Homili Hari Raya Semua Orang Kudus – 2012

Why 7:2-4.9-14
Mzm 24:1-2.3-4ab.5-6
1Yoh 3:1-3
Mat 5:1-12

Besarlah ganjaranmu di Surga!
Pada hari ini, seluruh Gereja Katolik merayakan Hari Raya semua orang kudus. Para kudus atau santo dan santa adalah mereka yang telah diakui resmi oleh gereja atau dikanonisasikan dan para kudus lain yang belum dikenal oleh Gereja. Devosi kepada para kudus dimulai sejak abad kedua. Pada saat itu para kudus dan martir dihormati sebagai orang-orang yeng bersekutu dengan Tuhan.
Sebagai bukti adanya devosi kepada para kudus dapat dilihat dalam catatan kemartiran St. Polycarpus berikut ini: “Para prajurit menempatkan jenazah Polycarpus di tengah api. Lalu, kami mengambil tulang-tulangnya. Tulang-tulang itu lebih berharga daripada permata yang paling indah dan lebih murni dari emas, dan menyimpannya di dalam tempat yang layak. Setelah tulang-tulang dikumpulkan, Tuhan akan memberi kesempatan kepada kita untuk merayakan hari peringatan kemartirannya, baik untuk mengenang mereka yang telah menyelesaikan tugas mereka, maupun sebagai latihan dan persiapan bagi mereka yang mengikuti jejak para martir.”
Para Bapa Gereja, antara lain St. Sirilius dari Yerusalem (313-386) mengajarkan devosi kepada para kudus sebagai berikut: “Kami menyebutkan mereka yang telah wafat: pertama- tama para patriarkh, nabi, martir, bahwa Tuhan akan menerima doa-doa permohonan kita melalui doa- doa dan permohonan mereka.” Perayaan penghormatan kepada para kudus dimulai pada St. Efrem dari Syria. St. Yohanes Krisostomus (407) menetapkan hari perayaannya yaitu Minggu pertama setelah Pentakosta, yang masih diterapkan oleh Gereja- gereja Timur sampai sekarang. Gereja Katolik Roma, juga kemungkinan pada awalnya merayakan demikian, namun kemudian menggeserkannya ke tanggal 13 Mei, ketika Paus Bonifasius IV mengkonsekrasikan Pantheon di Roma kepada Santa Perawan Maria dan para martir pada tahun 610. Perayaan hari para orang kudus pada tanggal 1 November sekarang ini kemungkinan ditetapkan sejak jaman Paus Gregorius III (741) dan pertama kali dirayakan di Jerman.
Mengapa di dalam gereja katolik terdapat devosi kepada para kudus? Ini biasanya ditanyakan oleh saudara-saudara dari gereja-gereja yang lain. Pada umumnya gereja-gereja protestant tidak memberi tempat untuk devosi kepada para kudus dan malaikat. Mereka memiliki alasan: pertama, Kita hanya punya satu pengantara antara Allah dan manusia yaitu Yesus Kristus. Kedua, Doa dan penghormatan kepada Bunda Maria dan para kudus mengurangi penghormatan kepada Allah yang kudus. Gereja katolik melakukan penghormatan kepada para kudus dalam rangka memuji dan memuliakan Allah. Orang kudus dipuji dan dikagumi karena kemuliaan Allah. Kita mengagumi mereka dan mengikuti teladan mereka untuk menjadi kudus. Itu sebabnya kita menjadikan para kudus sebagai perantara dengan Bapa di Surga. Jadi di dalam Gereja katolik kita mengenal satu-satunya pengantara kita adalah Tuhan Yesus, sedangkan perantara kita sebagai manusia dengan Tuhan adalah para malaikat dan para kudus. Kita bersatu dengan mereka sebagai anggota dari satu keluarga besar yang disebut “persekutuan orang kudus”. Gereja mengajarkan bahwa setiap orang dipanggil menjadi kudus (Lumen Gentium, 39).
Bacaan-bacaan Kitab Suci pada Hari Raya ini mengarahkan kita untuk berjalan dalam kekudusan. Siapakah orang-orang kudus itu? Penulis Kitab Wahyu dalam bacaan pertama, memberi kesaksian yang bagus, “Aku melihat suatu kumpulan besar orang banyak yang tidak terhitung jumlahnya. Mereka terdiri dari segala bangsa dan suku, kaum dan bahasa. Mereka semua berdiri di hadapan takhta dan di hadapan Anak Domba, memakai jubah putih dan memegang daun-daun palem di tangan mereka”. Mereka yang mengenakan jubah putih adalah para kudus Allah karena mereka telah mencuci jubah mereka dan membuatnya putih di dalam darah Anak Domba.
Yohanes dalam Bacaan Kedua mengatakan bahwa orang-orang kudus adalah mereka yang akan melihat Kristus dalam keadaanNya yang sebenarnya. Yohanes meyakinkan kita semua, “Saudara-saudara terkasih, betapa besar kasih Allah yang dikaruniakan Bapa kepada kita, sehingga kita disebut anak-anak Allah”. Sebagai anak-anak Allah kita bertugas untuk menyucikan diri kita seperti Dia juga suci. Kita memiliki kerinduan untuk bertemu dengan Yesus. Ia sendiri mengatakan, “Jangan khawatir. Di rumah BapaKu banyak tempat. Aku pergi menyiapkannya dan Aku akan kembali untuk menjemput kalian, supaya di mana Aku berada, kamu juga berada.” (Yoh 14:1-4).
Di dalam bacaan Injil Tuhan mengajar Sabda Bahagia kepada para muridNya. Orang-orang kudus adalah mereka yang miskin, berdukacita, lemah lembut, lapar dan haus akan kebenaran, murah hati, suci hati, membawa damai, dianiaya demi kebenaran, dicela dan dianiaya karena Yesus, difitnahkan segala yang jahat. Mereka ini patut bersukacita karena besarlah ganjaran mereka di Surga. Sabda bahagia adalah ungkapan nyata diri Yesus bagi umat manusia maka orang yang mengikutiNya patut menghayati Sabda Bahagia ini.
Sabda Tuhan menjadi pelita yang menerangi langkah kaki kita menuju kekudusan. Berbahagialah kita yang berjalan di jalan Tuhan menuju kekudusan. Kita akan melihat Dia yang sebenarnya.
Doa: Tuhan, Engkau adalah Jalan, Kebenaran dan Hidup kami. Kami memuji Engkau. Amen.
PJSDB
Leave a Reply

Leave a Reply