Renungan 12 Nopember 2012

St. Yosafat, Martir

Hari Senin, Pekan Biasa XXXII
Tit 1: 1-9
Mzm 24: 1.3-4ab.5-6
Luk 17:1-6
Menjadi Pemimpin Gereja

Pada hari ini seluruh Gereja Katolik merayakan peringatan St. Yosafat. Yosafat terlahir dengan nama Yohanes Kunzewich. Ia rajin belajar dan bekerja. Itu sebabnya pada tahun 1600, saat masih berusia 16 tahun ia dikirim oleh orang tuanya untuk belajar ilmu perdagangan di kota Wilma, bagian Barat Rusia. Meskipun ia rajin belajar tetapi minatnya bukan pada dunia perdagangan, ia justru lebih suka ke hal yang rohani. Pada waktu itu Yosafat melihat situasi Gereja yang tidak menentu. Ada pengaruh skisma bagi para umat. Umat juga memutuskan hubungannya dengan Vatican, artinya tidak mengakui lagi kuasa Paus di Roma. Apa yang ia lakukan untuk menjawabi situasi ini? Ia kembali kepada dirinya. Ia bersuaha membaharui dirinya dengan melakukan kegiatan-kegiatan liturgi, menjadi lektor dan penyanyi Mazmur.
Pada tahun 1604, ia masuk biara Tritunggal Mahakudus dan menerima nama baru Yosafat. Ia menjadi calon biarawan sendirian sehingga setiap hari ia belajar bertapa, berdoa, meditasi, serta bermatiraga. Semua ini ia lakukan dengan intensi untuk persatuan Gereja katolik dan ortodox. Pada tahun 1609, ia ditahbiskan sebagai imam dan delapan tahun kemudian ditahbiskan sebagai uskup Polotsk. Ia menjadi uskup yang saleh, keras terhadap diri atau disiplin diri, murah hati terhadap sesamanya. Ia seorang rasul yang giat terhadap usaha mempersatukan gereja ortodoks dan Katolik. Hasilnya adalah Rusia Putih kembali kepada ikatan cinta kasih bersama Paus di Roma. Hal ini juga membuat banyak orang memusuhi dia. Pada bulan Oktober 1623 ia pergi ke kota Witesbek untuk melayani dengan kotbah-kotbahnya. Pada tanggal 12 Nopember, ada penjahat  yang masuk ke dalam gereja dan membunuh uskup Yosafat dan jenasahnya dibuang ke sungai Dvina.
Apa pesan Sabda Tuhan bagi kita hari ini? Santo Paulus mengakhiri suratnya kepada jemaat di Filipi dengan rasa syukur yang tiada habisnya. Semua karyanya di Filipi bisa berjalan lancar karena bantuan dari jemaat di Filipi. Ia juga mengatakan bahwa dirinya tabah dan tenang baik dalam masa kelimpahan maupun masa kekurangan. Ia juga merasa bahwa Tuhan senantiasa menguatkannya. Perhatikan ungkapannya: “Sekarang ini aku berkecukupan, malah berkelimpahan oleh segala yang telah dibawa dari kamu kepadaku oleh Epafroditus dan yang telah kuterima sebagai persembahan  yang harum mewangi dan yang berkenan kepada Allah” (Flp 4: 18). 
Pada hari ini kita mulai mendengar bacaan pertama dari tulisan Paulus untuk Titus. Titus adalah seorang rekan perjalanan Paulus. Ia berasal dari Antiokhia, di Asia kecil. Dia berasal dari keluarga kafir dan bertobat karena pewartaan Paulus. Dia menemani Paulus ke Yerusalem untuk menghadiri Konsili Pertama, dia menjadi utusan Paulus untuk mengajar jemaat di Korintus tentang hal-hal prinsipal yang penting bagi pertumbuhan iman mereka, dan masalah-masalah yang membahayakan iman mereka. Karena ketekunannya dalam pelayanan maka Paulus mengangkatnya menjadi Uskup (episcopos) di Kreta. 
Perikop kita hari ini merupakan kata hati Paulus bagi Titus untuk mengatur gereja-gereja yang masih muda. Titus ditugaskan untuk memilih pribadi-pribadi tertentu yang hidupnya dapat diandalkan untuk melangsungkan pengajaran dan pewartaan Injil. Paulus memberi persyaratan untuk menjadi presbiter atau episcopos sebagai berikut: 
Pertama, Menikah hanya satu kali. Ini bukan keharusan untuk berstatus kawin, tetapi pada usia tertentu dan kebanyakan mereka yang sudah menikah ditahbiskan untuk melayani Tuhan dan sesama. Paulus tahu bagaimana jemaat tertentu mudah bercerai dan kawin lagi selama beberapa kali karena mereka sebelumnya masih kafir. 
Kedua, Ia harus tidak bercela. Keluarganya juga hendaknya hidup layak di hadirat Tuhan. dengan demikian dia bisa menjadi figur penting yang dapat diterima public.
Ketiga, Ia harus ramah. Kalau sebagai pemimpin bersikap ramah maka dengan sendiri dapat menerima semua orang apa adanya. Episcopos dan presbiter harus memiliki kepribadian yang seimbang dan berwibawa.
Pemimpin-pemimpin gereja memiliki kewibawaan tertentu karena mereka harus bertindak sebagai guru, nabi dan raja. Tentu dengan tugas-tugas seperti ini ia harus berwibawa terhadap sesama dengan tidak menyesatkan mereka dalam segala pengajarannya. Pemimpin Gereja juga bertugas menjaga diri dan memberi koreksi kepada saudara yang bersalah supaya semuanya hidup layak di hadirat Tuhan.  Pemimpin Gereja juga memiliki kemampuan untuk mengampuni tanpa batas seperti Yesus sendiri. Pemimpin gereja juga harus memiliki iman yang teguh kepada Tuhan.
Yesus juga mengatakan dua kekuatan yang bekerja di dalam hidup manusia. Kuasa yang berasal dari godaan untuk jatuh dalam dosa dan salah dan kuasa iman untuk mengatasi gangguan-gangguan yang menghalangi kita untuk tidak mencintai Allah. Kita membutuhkan Tuhan untuk tidak jatuh dalam dosa dan salah. Bersama Tuhan kita juga akan mampu menerima sesama apa adanya dan berani untuk memaafkan tanpa batas. 
Kita bersyukur kepada Tuhan karena melalui SabdaNya, Ia senantiasa membaharui kita. Jadilah abdi Tuhan yang mengabdi tanpa pamrih.
Doa: Tuhan, terima kasih atas penyertaanMu bagiku. Amen
PJSDB
Leave a Reply

Leave a Reply