Renungan 26 November 2012

Hari Senin, Pekan Biasa XXXIV

Why 14:1-3.4-5

Mzm 24: 1-2.3-4.5-6

Luk 21:1-4

Persembahan yang Murni!
Dalam wawancara dengan para calon yang hendak memasuki hidup bakti dalam sebuah tarekat religius, saya menemukan pertanyaan-pertanyaan yang mirip seputar pemberian diri secara total kepada Tuhan. Dari banyak calon yang diwawancarai umumnya memiliki satu kekhawatiran terutama tentang apa yang dapat mereka peroleh sebagai imbalan dari pemberian diri atau membaktikan kepada Tuhan. Apa yang dapat diberikan sebagai anak yang membaktikan diri sepenuhnya untuk Tuhan bagi orang tuannya. Gambaran umum yang diperoleh adalah belum ada pemahaman yang mendalam dalam arti masih dangkal dalam membaktikan diri untuk Tuhan dan sesama.


Mengikuti Kristus bukanlah hal yang mudah. Orang perlu matang dalam mengambil keputusan untuk membaktikan diri bagi Kristus. Para murid Yesus Kristus yang setiap hari bersama denganNya saja masih labil dalam hal iman. Namun demikian Sabda Tuhan selalu memiliki kekuatan untuk membimbing mereka bersatu dengannya. Pengalaman para rasul juga menjadi pengalaman kita saat ini. Sabda Tuhan adalah pelita bagi langkah kaki kita (Mzm 119:105).


Yohanes dalam Kitab Wahyu melanjutkan penglihatannya. Inilah penglihatan Yohanes: “Aku melihat Anak Domba berdiri di bukit Zion dan bersama dengan Dia seratus empat puluh empat ribu orang. Pada dahi mereka tertulis nama Anak Domba dan nama BapaNya.” Pada zaman Yohanes ada kekuatan-kekuatan yang harus dilawan hanya dengan mengandalkan Kristus. Binatang-binatang buas yang diungkapkan dalam Kitab Wahyu ini melambangkan kuasa jahat setan dalam Kerajaan Romawi. Hanya dengan kuasa Yesus maka kuasa jahat ini dapat dikalahkan. Penglihatan Yohanes tentang Anak Domba yang berdiri di Gunung Sion. Sion mewakili Gereja duniawi dan surgawi. Tuhan Yesus memerintah di tengah umat kesayanganNya yang bahagia dan yang dikejar-kejar, ditindas dan dibelenggu oleh orang yang tidak percaya.


Yohanes mengungkapkan angka-angka orang benar dengan dahi bertuliskan Anak Domba dan nama BapaNya. Angka seratus empat puluh empat ribu menunjuk pada orang-orang Kristen dalam Kerajaan Romawi yang tetap teguh imannya meskipun ada penganiayaan, penindasan dan dibelenggu. Mereka adalah orang-orang pertama yang ditebus dan mereka mewakili kaum beriman di masa-masa berikutnya. Angka  seratus empat puluh empat ribu ini menarik. Simaklah apa yang sudah diungkapkan Yohanes dalam Wahyu 7:4-9. Seratus empat puluh empat ribu orang itu mewakili para terpilih orang Yahudi. 

Dengan perhitungan lain ada dua belas suku Israel. Kalau masing-masing suku memiliki duabelas ribu orang maka totalnya seratus empat puluh empat ribu. Secara matematis duabelas dipangkatkan dua dan dikali seribu. Mereka-mereka ini adalah orang murni. Mereka bisa saja para perawan dan martir. Seratus empat puluh empat ribu orang ini bernyanyi di hadapan Tuhan suatu nyanyian baru. Seratus empat puluh empat ribu orang ini juga merupakan orang-orang benar yang mengikuti Anak Domba kemana saja Dia pergi. Mereka adalah kurban sulung bagi Allah dan bagi Anak Domba. Mereka tidak berdusta, mereka tidak bercela di hadirat Tuhan.

Yohanes mengantar kita untuk memahami bagaimana menjadi orang benar di hadirat Tuhan. Bagaimana menjadi orang yang hidup tanpa cela di hadirat Tuhan. Satu hal yang penting di sini adalah persembahan atau pemberian diri secara total kepada Tuhan. Dalam bacaan Injil Tuhan Yesus memuji janda miskin yang memberi seluruh yang ia miliki untuk Tuhan. Orang-orang yang kaya memberi dari kelebihan tetapi orang yang miskin memberi seluruh yang dimiliki untuk Tuhan. Jadi bagi Kristus dalam memberi atau berderma bukan tergantung pada apa dan berapa yang diberikan tetapi apa yang  dimiliki oleh seseorang.  Janda miskin adalah penderma sejati yang memberi tanpa perhitungan tertentu. Bagaimana dengan anda dalam berbagi?


Sabda Tuhan menguatkan kita untuk menyadari betapa besar kasih dan kesetiaan Tuhan bagi kita. Ia memanggil dan menguduskan kita sesuai rencanaNya. Ia tidak pernah memperhitungkan dosa dan salah kita. Ia memperhatikan martabat kita sebagai orang yang diciptakan menurut gambar dan rupa Allah sendiri. Dia juga menghendaki agar kita mempersembahkan segalanya bagi Tuhan. 

Semua orang akan dikumpulkan  di Gunung Sion mengelilingi sang Anak Domba. Sudah ada meterai di dahi masing-masing orang bertuliskan Anak Domba dan Bapa Surgawi. Mengapa ada meterai? Karena orang-orang benar sudah mengikuti Yesus dan mencintainya sampai tuntas. Pertanyaan bagi kita adalah, apakah kita menulis nama Yesus di dalam hati kita? Apakah anda juga dapat mempersembahkan diri sampai tuntas?


Doa: Tuhan, terima kasih atas segala  yang Engkau  limpahkan kepada kami. Amin


PJSDB

Leave a Reply

Leave a Reply