Renungan 7 September 2013

Hari Sabtu, Pekan Bisa XXII

Kol 1:21-23

Mzm 54:3-4.6.8

Luk 6:1-5

Bertekunlah dalam iman


Pada tanggal 1 September 2013 yang lalu, Paus Fransiskus meminta seluruh dunia untuk bergabung bersamanya melakukan puasa dan doa untuk penyelesaian konflik di Siria. Sudah banyak orang tak bersalah yang tewas. Paus Fransiskus mengecam pertikaian Siria dengan mengatakan bahwa Allah dan sejarah akan mengadili orang-orang yang menjadi penjahat dalam perang”. Ia berkata: “Kekerasan tidak akan mendukung perdamaian dunia. Perang akan menjadi perang, kekerasan juga akan menjadi kekerasan”. Semoga doa dan puasa dunia hari ini membawa perkembangan yang positif untuk perdamaian di Siria. Kiranya semua orang merasakan perdamaian, sekaligus kehangatan sebagai saudara. 

Santo Paulus dalam suratnya kepada jemaat di Kolose mengingatkan kita dalam bagian Kidung Kristologi tentang Yesus Kristus sebagai Yang Sulung dari segala yang diciptakan dan menjadi kepala tubuh yaitu jemaat atau Gereja. Dia juga memperdamaikan segala sesuatu dengan diriNya, baik yang ada di bumi maupun yang ada di Sorga dengan darahNya yang mulia. Pengorbanan diri Kristus ini menunjukkan ketekunan diriNya sebagai Putera Allah yang datang untuk menebus dan menyelamatkan umat manusia. Pengalaman penebusan seperti apa yang ada di dalam pikiran Paulus?



Pada hari ini Paulus mengingatkan jemaat di Kolose akan masa lalu mereka ketika masih hidup dalam dosa. Pengalaman penebusan yang mereka alami adalah pertobatan total supaya dapat mengalami Allah di dalam hidup mereka. Paulus berkata: “Kamu yang dahulu hidup jauh dari Allah dan yang memusuhiNya dalam hati dan pikiran seperti yang nyata dari perbuatanmu yang jahat, sekarang diperdamaikanNya di dalam tubuh jasmani Kristus oleh kematianNya, untuk menempatkan kamu kudus dan tak bercela dan tak bercacat di hadapanNya” ( Kol 1:21-22). Tuhan Yesus Kristus mempersatukan atau memperdamaikan pribadi dengan pribadi dan pribadi dengan Tuhan. Upaya perdamaian dengan Tuhan mengantar orang untuk bertumbuh menjadi kudus.  Hidup tanpa cacat dan cela di hadirat Tuhan merupakan panggilan luhur untuk bersatu dengan Tuhan yang kudus.



Apa yang harus dilakukan untuk memelihara kekudusan hidup? Paulus mengatakan kita harus bertekun dalam iman, tetap teguh dan tidak bergoncang, jangan mau digeser dari pengharapan Injil yang telah kamu dengar dan yang telah dikabarkan di seluruh alam di bawah langit dan aku Paulus telah menjadi pelayanNya. Bagi Paulus, iman dan tobat merupakan tawaran kasih Allah bagi umat manusia. Allah sendiri yang memiliki kehendak untuk mempersatukan yang tercerai berai, mendamaikan semua orang ke dalam satu persekutuan yang dipimpin oleh sang gembala utama yakni Yesus Kristus. Ia rela wafat di kayu salib untuk menunjukkan betapa besarnya kasih Allah bagi manusia.Tindakan Yesus dengan menumpahkan darahNya di atas kayu salib membawa dampak positif bagi pengudusan umat Tuhan. Sakramen-sakramen dicurahkan Allah di dalam Gereja melalui Yesus Kristus puteraNya.



Di dalam bacaan Injil, Lukas mengisahkan bagaimana orang-orang Farisi datang kepada Yesus untuk bertanya kepadaNya alasan mengapa para muridNya tidak berpuasa tetapi justru makan pada hari Sabat dengan memakan bulir gandum karena mereka kelaparan. Perilaku para murid ini menjadi alasan bagi mereka untuk berlaku kasar terhadap Yesus karena tidak mengindahkan Hari Sabat. Yesus tidak bereaksi frontal. Ia hanya mengingatkan mereka untuk membaca kembali 1Sam 21:1-6). Diceritakan bahwa Daud bersama para tentara kelaparan. Mereka masuk ke dalam bait Allah, mengambil roti dan memakannya, padahal Daud bukanlah seorang imam. Pada akhirnya Yesus mengatakan: “Anak manusia adalah Tuhan atas Hari Sabat”.



Seringkali orang bersifat legalistik. Mereka lebih mengutamakan hukum sebagai hukum padahal isi hukum itu membuat manusia menjadi sungguh-sungguh manusia. Isi hukum harus benar-benar memperhatikan keadilan dan belas kasih bagi manusia. Dengan demikian hukum dan peraturan janganlah menjadi penghalang untuk mempersatukan manusia dengan Tuhan sendiri karena manusia selalu ingin bersatu dengan Allah dan sesama dalam kasih. Jadi hukum dan peraturan adalah sarana yang membantu manusia untuk bertumbuh menjadi lebih baik, semakin bertekun dalam iman dan bersatu sebagai saudara. Realitas menunjukan bahwa sejak dahulu kala hukum dan peraturan selalu mengekang, menakutkan manusia.



Sabda Tuhan pada hari ini mengantar kita untuk berjumpa dengan Tuhan Yesus Yang Mahakudus. Kita menyadari bahwa melalui Sakramen Pembaptisan, kita dipanggil untuk bertumbuh menjadi kudus. Mari kita mengarahkan pandangan kita kepada Tuhan Yesus yang Mahakudus dan memohon rahmat istimewa untuk menyerupaiNya. Yesus sendiri bersabda: “Hendaklah kamu sempurna seperti BapaMu di Surga sempurna adaNya” (Mat 5:48). St. Petrus menulis: “Kuduslah kamu, sebab Aku kudus” (1Pt 1:16; Im 11: 44-45). Untuk mencapai kekudusan, hidup tanpa cela di hadirat Tuhan maka butuh ketekunan dalam iman. Pertanyaan bagi kita adalah apakah kita sungguh-sungguh beriman? Kalau kita memang beriman, apakah kita juga bertekun dalam iman seperti diminta oleh Paulus kepada jemaat di Kolose? 


Doa: Tuhan bimbinglah kami untuk bertumbuh dalam kekudusan. Engkau sendiri Kudus maka kuduskanlah diri kami untuk menjadi serupa dengan diriMu sendiri. Amen

PJSDB

Leave a Reply

Leave a Reply