Renungan 17 Oktober 2013

St. Ignasius dari Antiokhia

Hari Kamis, Pekan Biasa XXVIII
Rm 3:21-30
Mzm 130:1-2.3-4b.4c-6
Luk 11:47-54
Menjadi orang benar

Pada hari ini seluruh Gereja katolik merayakan pesta St. Ignasius dari Antiokhia. Ignasius adalah seorang Uskup yang diadili di Antoikhia tetapi harus menjalani hukuman di Roma. Sebagai seorang narapidana, ia diangkut melalui jalan darat ke Roma. Ia sempat singgah di beberapa tempat untuk menghibur dan meneguhkan jemaat. Ia menasihati mereka untuk bertumbuh dalam iman dan kepercayaan kepada Tuhan Yesus Kristus. Ia sempat menulis surat-surat terkenal dan menguhkan bagi jemaat. Ketika tiba di Roma, ia dibawa ke Koloseum dan di sana ia menjadi santapan bagi hewan-hewan buas. Ignasius menjadi gandum bagi Tuhan Yesus Kristus.

Selama beberapa hari terakhir ini St. Paulus mengingatkan kita tentang iman dan Injil yang memiliki kekuatan untuk menyelamatkan. Orang yang setia kepada Injil dan memiliki iman yang besar bleh disebut orang benar. Memang istilah orang benar sering kita temukan di dalam Kitab Suci. Istilah ini kiranya merujuk pada orang-orang yang percaya kepada Tuhan atau orang-orang yang setia menghayati imannya kepada Tuhan. Orang-orang yang menghayati iman dan kepercayaan kepada Tuhan dan hidup menurut hukum-hukumNya, mentaati kehendakNya, mendengar, merenungkan dan melakukan sabdaNya siang dan malam. Mereka ini rela menderita dan menerima penderitaan sebagai bagian dari kehendak Allah. Hidup mereka jujur dan tulus atau transparan di hadirat Tuhan. Contoh orang benar yang akrab dengan kita adalah St. Yosef, suami Bunda Maria. Ia dikatakan sebagai orang benar karena hidupnya tulus, jujur dan setia kepada Tuhan. Ia dapat menjadi orang benar karena ia percaya dan mengimani Allah yang benar.

St. Paulus mengatakan bahwa Allah telah menciptakan kita dan membawa kita kepada persatuan yang utuh dengan diriNya. Oleh karena kita tidak dapat mendekatiNya maka Ia sendiri datang dan mengulurkan tanganNya serta menjadikan kita orang benar. Jadi di sini Allah sendiri yang memiliki rencana untuk menjadikan kita orang benar atau orang kudus. Sebenarnya semua rencana untuk menjadikan kita sebagai orang benar sudah lama ada di dalam Kitab Taurat dan juga sudah dinubuatkan oleh para nabi, dalam hal ini kebenaran Allah karena iman dalam Yesus Kristus bagi semua orang yang percaya. Persoalan yang di hadapi jemaat di Roma adalah banyak di antara mereka berpikir bahwa dengan berbuat baik saja itu sudah cukup untuk menjadi layak di hadirat Tuhan apalagi kalau disertai dengan kebiasaan melakukan perintah-perintah Tuhan di dalam hukum Taurat. Namun St. Paulus mengatakan  bahwa hal ini belum cukup. Orang perlu menyadari bahwa kekudusan yang sebenarnya memang harus dikaruniakan oleh Tuhan. Sebab tidak ada kebenaran atau kekudusan selain mengambil bagian dalam kesempurnaan dan cinta kasih yang Allah miliki. Maka dari itu kita semua dipanggil untuk berpartisipasi di dalam kehidupan Allah yang kudus.

Menurut Paulus, semua orang memiliki persamaan yakni sama-sama telah berbuat dosa dan kehilangan kemuliaan Allah. Namun Allah sendiri yang memiliki inisiatif untuk mewujudkan kasihNya dengan mengutus Yesus Kristus PutraNya sebagai satu-satunya Penebus. Dialah yang menjadi jalan pendamaian karena iman dalam darahNya. Menurut Paulus, orang dibenarkan atau dikuduskan bukan semata-mata berdasarkan perbuatan baiknya tetapi dibenarkan karena imannya kepada Tuhan Yesus Kristus. Perbuatan baik itu dihubungkan dengan usaha untuk melakukan hukum Taurat. Tuhan membenarkan dan menguduskan semua orang beriman menurut kehendakNya.

Banyak orang bertanya, “Apakah hanya dengan iman saja kita diselamatkan?” St. Paulus memang memberi nasihat kepada jemaat di Roma sesuai dengan konteks kehidupan jemaat saat itu. Banyak di antara mereka masih percaya kepada dewa-dewi kota Roma. Banyak juga orang Yahudi di Roma yang berpikir bahwa dengan menghayati hukum Taurat saja mereka sudah bisa menjadi orang benar. Makanya Paulus lebih memfokuskan pikirannya pada iman sebagai anugerah cuma-cuma dari Tuhan. Namun demikian, iman sebagai iman saja juga tidak hidup. Iman akan hidup atau berinkarnasi kalau ditunjukkan di dalam perbuatan-perbuatan nyata setiap hari. Tentang hal ini St. Yakobus berkata: “Iman tanpa perbuatan adalah iman yang kosong” (Yak 2:20). Ia menambahkan, “Manusia dibenarkan karena perbuatan-perbuatannya dan bukan hanya karena iman karena iman tanpa perbuatan-perbuatan adalah mati” (Yak 2:26-27).

Tuhan Yesus di dalam bacaan Injil hari ini masih mengecam orang-orang Farisi dan para ahli Taurat. Orang-orang Farisi membangun makam para nabi padahal para nabi itu sendiri dibunuh oleh nenek moyang mereka. Menurut Yesus, dengan membangun makam para nabi sama saja mereka mendukung atau memihak nenek moyang mereka. Yesus mengatakan hal ini untuk menyadarkan mereka bahwa dalam waktu yang tidak lama lagi, kaum farisi pun memiliki andil untuk membunuh Yesus. Darah orang yang dibunuh di hitung mulai dari  Abel sampai Zakharia. Para ahli Taurat juga dikecam Yesus karena mereka menutup pintu keselamatan bagi orang lain. Mereka menyesatkan banyak orang.

Sabda Tuhan pada hari ini menyadarkan kita bahwa hidup sebagai orang benar, sebagai orang kudus adalah anugerah dari Tuhan. Tuhan yang memiliki rencana dan memanggil kita untuk berpartisipasi di dalam kehidupan ilahiNya. Anugerah terbesar yang Ia berikan adalah Yesus Kristus PuteraNya sebagai satu-satunya Penebus. Kita semua dipanggil untuk berpartisipasi di dalam kehidupan ilahi Yesus Kristus. Barangsiapa percaya kepada Yesus Kristus akan memperoleh hidup kekal. Hanya di dalam Yesus ada penebusan yang berlimpah-limpah.

Doa: Tuhan, kami berterima kasih kepadaMu karena anugerah terbesar yang Engkau berikan kepada kami, yakni Yesus Kristus PuteraMu. Bantulah kami untuk mengimaniNya dan setia kepadaNya hari demi hari. Amen
PJSDB
Leave a Reply

Leave a Reply