Renungan 19 Oktober 2013

Hari Sabtu, Pekan Biasa XXVIII

Rm 4:13.16-18

Mzm 8:2-3a.4-5.6-7

Luk 12:8-12

“Aku percaya untuk mengerti, 
aku mengerti untuk percaya lebih baik”


Abraham adalah salah satu figur penting di dalam Kitab Suci Perjanjian Lama. Kalau kita membaca Kitab Perjanjian Lama, khususnya Kitab Kejadian, kita akan menemukan bahwa pada bagian awal Kitab ini dikisahkan tentang kisah penciptaan dunia dan isinya dan bagaimana manusia mengenal dosa yang memutuskan relasi manusia pertama dengan Tuhan. Tuhan memberi manusia martabat luhur dan melengkapinya dengan akal budi, suara hati dan kebebasan sejati namun manusia sendiri menyalahgunakan kebebasannya di hadirat Tuhan dengan jatuh ke dalam dosa. Dosa yang dibuat oleh manusia merupakan ungkapan kesombongan dan keangkuhan, keinginan untuk menjadi seperti Allah sendiri. Dengan demikian ada dosa membunuh seperti yang dilakukan Kain terhadap Abel, mereka menguji kemampuan apakah dapat menyerupai Tuhan dalam kisah menara Babel. Tuhan akhirnya berkehendak untuk membaharui manusia menjadi sebuah generasi baru dalam peristiwa air bah. Jadi, gambaran manusia pada awal Kitab Kejadian adalah kemuliaan sebagai ciptaan yang sewajah denagn Allah dan kehancurannya akibat dosa. Namun demikian Allah tetap menunjukkan kuasaNya untuk menyelamatkan manusia.


Abraham adalah tokoh atau figur yang dipanggil oleh Tuhan di Ur daerah Kasdim. Dia dipanggil oleh Tuhan Allah karena mengimaniNya. Ia beriman kepada seorang Allah yang menciptakan langit dan bumi dan segala sesuatu yang kelihatan dan tak kelihatan. Imannya ini yang mengubah seluruh hidupnya karena ia bisa mendengar dan mentaati Allah. Ia terbuka kepada Allah dan membiarkan dirinya dibimbing oleh Allah sendiri. Ia juga belum mengenal yang namanya Hukum Taurat atau Hukum Musa yang diwahyukan di atas gunung Sinai. Namun karena imannya maka Tuhan melakukan karya-karya besar di dalam hidupnya. Oleh karena itu Paulus berkata: “Sebab bukan karena hukum Taurat telah diberikan janji kepada Abraham dan keturunannya, bahwa ia akan memiliki dunia, tetapi karena kebenaran berdasarkan iman” (Rm 4:13).


Iman Abraham adalah iman yang murni dan total. Seluruh hidupnya ia percayakan kepada Tuhan Allah yang mahabesar. Hal ini ia tunjukkan dalam pengalaman kebersamaan dengan Sara. Sara sudah memasuki usia senja dan rahimnya boleh dikatakan sudah mati. Tetapi Tuhan memiliki rencana istimewa baginya. Tuhan memberinya keturunan sebagaimana Ia sudah menjanjikannya kepadanya. Karena imannya Tuhan menjadikan dia sebagai bapa segala bangsa. Berkaitan dengan ini Paulus menulis: “Karena itulah kebenaran berdasarkan iman supaya merupakan kasih karunia, sehingga janji itu berlaku bagi semua keturunan Abraham, bukan hanya mereka yang hidup dari hukum Taurat, tetapi juga bagi mereka yang hidup dari iman Abraham.” (Rm 4:16). Jadi menurut Paulus janji Tuhan kepada Abraham berlaku untuk semua orang dari segala bangsa.



Kisah Abraham dengan imannya yang murni dan total membantu kita untuk mengikuti teladannya. Ia mendengar Tuhan dan mematuhi semua rencanaNya. Ketaatan Abraham sebagai orang beriman masih memiliki dampak bagi kehidupan kita secara pribadi. Kita mengimani Tuhan Allah di dalam diri Yesus Kristus PuteraNya melalui pewartaan para Rasul. Setiap kali kita mengakui iman kita, kita mengakui iman dan kepercayaan yang pernah diakui para rasul. Mereka mewariskan kepada kita secara turun temurun iman yang sama. Kalau kita telusuri lebih jauh, kita akan tetap merasa bahwa Tuhan sudah menjanjikan kepada Abraham dan keturunannya termasuk kita semua. Apakah anda bersyukur karena memiliki iman sebagai anugerah cumi-cuma dari Tuhan?

Katekismus Gereja Katolik  mengajarkan bahwa iman adalah keutamaan adikodrati yang mutlak perlu bagi keselamatan. Iman adalah anugerah cuma-cuma dari Allah dan tersedia bagi semua orang yang dengan rendah hati mencarinya. Tindakan iman adalah tindakan manusiawi, yaitu tidakan intelek manusia, terdorong oleh kehendak yang digerakkan oleh Allah yang dengan bebas mengamini kebenaran ilahi. Iman juga pasti karen mempunyai dasar pada Sabda Allah, iman bekerja  “oleh kasih” (Gal 5:6). Iman berkembang terus menerus dengan mendengarkan Sabda Allah dan doa.Dengan iman, bahkan sekarang ini juga, orang mencecap kegembiraan surga. (Kompendium Katekismus Gereja Katolik, 28). St. Agustinus berkata: “Aku percaya untuk mengerti, dan aku mengerti untuk percaya lebih baik”. 

Berkaitan dengan iman, Tuhan Yesus berkata: “Setiap orang yang mengakui Aku di depan manusia, Anak Manusia juga akan mengakui di depan malaikat-malaikat Allah. Tetapi barangsiapa menyangkal Aku di depan manusia, ia akan disangkal di depan malaikat-malaikat Allah”. Para murid Yesus diingatkan untuk tidak malu atau minder dalam memberi kesaksian akan Yesus karena Yesus sendiri memberi kesaksian kepada BapaNya. Apabila Yesus Putera tidak mengakui manusia di depan Allah Bapa dengan mengatakan “tidak mengenal” maka dampaknya adalah kehancuran. Roh Kudus bekerja di dalam diri setiap orang percaya untuk mengakui imannya. Oleh karena itu celakalah orang yang menutup hatinya kepada rencana keselamatan yang di berikan Allah di dalam diri Yesus. Tentang hal ini Yesus mengatakan bahwa barangsiapa menghujat Roh Kudus tidak akan diampuni. Roh Kuduslah yang mengajar manusia untuk beriman.

Sabda Tuhan pada hari ini mengarahkan kita untuk bertumbuh dalam iman. Iman diwariskan Tuhan secara turun temurun dalam diri orang-orang benar. Semoga dengan iman kita semua memperoleh keselamatan di dalam diri Yesus Kristus.

Doa: Tuhan Yesus Kristus, jangan memperhitungkan dosa kami, tetapi perhatikanlah selalu iman dan kepercayaan kami kepadaMu. Amen

PJSDB

Leave a Reply

Leave a Reply