Pada hari ini seluruh Gereja Katolik merayakan Peringatan Arwah semua orang beriman. Kemarin kita merayakan Hari Raya semua orang kudus. Perayaan liturgi kemarin mengorientasikan kita untuk menuju kepada Bapa di Surga dan kediaman kekalNya. Mengapa demikian? Karena kita percaya bahwa ada persekutuan para kudus dan kehidupan kekal. Ini adalah iman para Rasul yang diturunkan turun temurun di dalam Gereja. Sepanjang bulan November ini Gereja mengajak kita semua untuk berdoa dan berkorban untuk memohon kerahiman Allah atas mereka yang sudah meninggal dunia. Hal ini dapat dilakukan karena di dalam Yesus Kristus ada keselamatan kekal. Kita semua tetap bersatu baik sebagai orang yang hidup maupun orang yang sudah meninggal dunia. Dalam iman akan Kristus itu kita juga bersama-sama membentuk dan terhimpun di dalam satu Gereja sebagai Tubuh Mistik Kristus.
Kita semua selalu mengenang, sambil berdoa untuk keselamatan abadi bagi orang beriman yang sudah
meninggal dunia. Bagi kita kematian sesungguhnya merupakan peristiwa puncak kehidupan. Hidup kita yang fana ini tidak dilenyapkan tetapi diubah menjadi baru. Artinya setelah kita mengembara di atas dunia ini masih ada tempat yang kekal di Surga. Maka kematian bagi kita merupakan saat kita mempercayakan diri secara total kepada Yesus Kristus Tuhan. Dia sendiri adalah kebangkitan dan hidup kita. Untuk itu setiap kali kita mendoakan orang yang sudah meninggal dunia, kita memohon supaya saudara-saudari kita dapat disucikan dari segala dosa, dibebaskan dari segala hambatan dan noda supaya boleh menikmati kebahagiaan kekal di surga.
Kematian adalah puncak kehidupan kita. St. Agustinus pernah berkata: “Segala sesuatu dalam hidup kita, baik atau buruk, adalah tidak pasti, kecuali kematian; hanya kematianlah yang pasti.” Pemazmur sendiri seakan bertanya kepada Tuhan: “Siapakah orang yang hidup dan yang tidak mengalami kematian?” (Mzm 89:49). St. Siprianus mengatakan bahwa kita semua dilahirkan dengan tali pengikat di leher, dan setiap derap langkah hidup mendekatkan kita kepada kematian. Kematian itu laksana saudara kembar maka kita harus selalu siap untuk menerimanya. Prinsip diri yang bagus: “Saya selalu memikirkan kematian, dan bahwa sekarang ia tiba, saya tidak akan terkejut”.


Leave a Reply