Homili 15 Agustus 2014

Hari Jumat, Pekan Biasa XIX
Yeh 16:1-15.60.63
Mzm (Yes) 12:2-3.4abcd, 5-6
Mat 19: 3-12

Tuhan mempersatukan setiap keluarga!

Fr. JohnAda seorang sahabat yang membagi pengalamannya di saat rekoleksi bersama. Ia menikah beda agama. Dari awal mereka sepakat untuk saling menghormati dan berkomitmen untuk membangun persekutuan keluarga. Mereka menjalani hidup berkeluarga dengan berpegang pada komitmen mereka masing-masing. Namun demikian sejalan dengan waktu ia merasa bahwa terkadang menjadi penghalang bagi pasangannya untuk berjumpa dengan Tuhan demikian juga pasangannya kadang menjadi penghalangnya untuk berjumpa dengan Tuhan. Ada saja usaha untuk membenarkan diri di hadapan Tuhan ketika ia lalai berdoa, beribadat dan dan hal lain untuk menunjukkan iman kepada pasangannya. Namun demikian ia merasa bersyukur karena halangan-halangan itu belum mampu memisahkan mereka dari kasih Kristus. Mereka tetap sadar untuk menjadi suami dan istri yang menyatu dalam kasih Tuhan.

Pada hari ini kita mendengar kisah injil yang bagus tentang rencana Tuhan untuk mepersatukan keluarga-keluarga, dalam hal ini pasangan suami dan sitri. Tuhan Yesus berbicara tentang keutuhan perkawinan dalam rencana Tuhan. Kisah injil dimulai dengan datangnya orang-orang Farisi untuk mencobai Yesus. Mereka bertanya kepada Yesus: “Apakah diperbolehkan orang menceraikan istrinya dengan alasan apa saja?” (Mat 19:3). Tuhan Yesus mendengar pertanyaan ini dengan baik tetapi tidak langsung menjawab pertanyaan mereka. Ia menyadarkan mereka akan kisah penciptaan manusia dalam Kitab Kejadian. Tuhan Allah menciptakan pria dan wanita sesuai dengan rencana ilahiNya. Yesus menambahkan di dalam perikop injil hari ini: “Demikian mereka bukan lagi dua melainkan satu, karena itu apa yang dipersatukan Allah, janganlah diceraikan manusia.” (Mat. 19: 6). Tentu saja apa yang Yesus katakan di sini berdasar pada Kitab Taurat dan mereka semua pasti mengetahuinya secara teoritis. Hanya saja mereka tidak menyadarinya dan mau bertanya untuk mencobai Yesus.

Untuk membenarkan diri mereka dalam usaha mencoba Yesus, mereka berdalil bahwa Musa sendiri memerintahkan untuk membuat surat cerai sehingga suami bisa menceraikan istrinya. Tuhan Yesus dengan tegas berkata: “Karena ketegaran hatimulah maka Musa mengijinkan kalian untuk menceraikan istrimu tetapi sejak semula Tuhan tidak merencanakannya demikian.” (Mat 19: 8). Di dalam Kitab Kejadian kita membaca: “Sebab itu seorang pria akan meninggalkan ayah dan ibunya, dan bersatu dengan istrinya, sehingga keduanya menjadi satu daging.” (Kej 2:24; Mat 19:5). Aspek persekutuan, tidak ada perceraian menjadi kunci bagi setiap pasangan suami dan istri. Manusia tetaplah manusia yang lemah. Hatinya juga tegar. Konsekuensi dari ketegaran hati adalah seorang suami yang menceraikan istrinya kecuali karena zinah lalu kawin dengan wanita lain maka suami itu berzinah!

Tuhan Yesus juga membuka wawasan para muridNya tentang keluhuran perkawinan dan nilai rihani selibatg. Yesus berkata: “Ada orang yang tidak dapat kawin karena ia memang lahir demikian dari rahim ibunya; dan ada orang yang dijadikan demikian oleh orang lain; dan ada orang yang membuat dirinya demikian karena kemauannya sendiri, demi Kerajaan Surga.” (Mat 19:12).

Di dalam bacaan pertama kita menengar nubuat Yehezkiel bahwa berkali-kali Yerusalem mengkhianati Tuhan. Yerusalem itu laksana seorang istri yang tidak setia kepada pasangannya. Namun satu hal yang tidak boleh kita lupakan adalah bahwa Tuhan tetap mengampuni dan berkenan menerima umat yang berdosa. Allah itu kasih dan Ia pasti akan melakukan yang terbaik bagi manusia. Gambaran Yehezkiel tentang relasi antara Yerusalem dan Yahwe juga sama saja dengan relasi antara Tuhan dan manusia. Manusia berkali-kali tidak setia tetapi Tuhan tetap setia. Andaikan sikapTuhan ini dimiliki para suami dan istri maka dunia kita akan berbeda dengan yang sekarang ini. Keluarga-keluarga masih dihiasi dengan ketidaksetiaan!

Pada hari ini kita berdoa secara istimewa bagi keluarga-keluarga supaya menyadari panggilan mereka masing-masing. Hal terpenting yang tekankan oleh Tuhan Yesus dalam wejanganNya adalah bahwa pernikahan itu merupakan ikatan suami dan istri yang tidak dapat dipisahkan. Hanya maut yang dapat memisahkan suami dan istri. Tuhan setia kepada umatNya maka pada hari ini para suami dan istri juga dipanggil dan diingatkan untuk menyadari kembali kesetiaan dalam kasih.

Doa: Tuhan, mohon berkatMu untuk persekutuan keluarga-keluarga kami. Amen

PJSDB

Leave a Reply

Leave a Reply