Hari Minggu Biasa XXI/A
Yes 22:19-23
Mzm 138:1-2a. 2bc-3.6.8bc
Rm 11:33-36
Mat 16:13-20
Engkau adalah Mesias, Anak Allah yang hidup
Ketika mengunjungi sebuah toko buku rohani katolik, saya memperhatikan banyak judul buku yang terpampang di rak buku. Ada sebuah yang menarik perhatian saya. Buku itu memiliki gambar depan Tuhan Yesus dan para muridNya sedang berkumpul bersama, seorang murid yakni Petrus sedang berbicara dengan Yesus. Lukisan sederhana itu kiranya merupakan lukisan seorang anak Sekolah Dasar, yang sifatnya masih polos dan jujur. Wajah Yesus kelihatan penuh dengan belas kasih kepada para muridNya. Judul buku itu adalah: “You are Mesiah, Son of The Living God”. Saya mengambil dan membuka buku tersebut. Di halaman pertama dari buku itu tertulis dua pertanyaan: “Kata orang siapakah Anak Manusia itu?” Dan “Apa Katamu, siapakah Aku ini?” Isi buku ini menggambarkan identitas Yesus dalam sejarah. Saya kembali ke rumah dengan kesan-kesan yang baru tentang Yesus dan mendorong saya untuk membaca dan merenungkan kembali perikop Injil yang kita dengar pada hari ini.
Para murid Yesus telah melakukan perjalanan untuk mewartakan Injil. Mereka tentu berbicara banyak hal tentang Yesus dari Nazareth, seluruh hidup dan karyaNya pada saat itu. Tentu para murid yang setiap hari bersama-sama dengan Yesus mengatakan apa adanya tentang Dia. Ketika mereka kembali, Yesus mengajak mereka ke daerah Kaisarea Filipe dan di sana menjadi kesempatan bagi para murid untuk memberi kesaksian.
Memang kalau berbicara tentang Yesus itu mudah sekali, tetapi akan sulit kalau berbicara dengan Yesus. Hal ini terbukti dalam pertanyaan Yesus: “Kata orang, siapakah Anak Manusia itu?” Para murid dengan mudah menjawab “apa kata orang”. Ada yang mengatakan Yohanes Pembaptis, Elia, Yeremia atau salah seorang dari para nabi. Orang pasti mudah mengingat Yohanes Pembaptis karena dialah yang menyiapkan jalan bagi Tuhan, membaptis orang di sungai Yordan. Elia juga disebut karena bagi orang Yahudi, dia adalah nabi yang diangkat ke surga dan kelak akan menjadi utusan Tuhan yang mendahului kedatangan Mesias. Yeremia kiranya mewakili para nabi besar dan nabi kecil yang kurang dikenal.
Pengakuan semacam ini menandakan bahwa para utusan Tuhan memiliki pengaruh yang kuat, dan orang masih mengenal mereka. Mereka sendiri belum mengenal siapakah Yesus itu sebenarnya. Mereka memiliki mata namun tidak melihat!
Yesus melontarkan pertanyaan kedua: “Apa katamu, siapakah Aku?” Ketika berbicara dengan Yesus maka kesulitan pun akan muncul. Petrus dengan anugerah dari Bapa di Surga mengakui imannya dengan berkata: “Engkau adalah Mesias, Anak Allah yang hidup!” Petrus pun mendapat ucapan selamat berbahagia sekaligus mendapat kepercayaan dari Yesus. Artinya iman Petrus ini adalah anugerah istimewa dari Tuhan bukan sekedar usaha manusia sendiri.
Apa yang membuat Petrus mampu mengakui imannya bahwa Yesus adalah Mesias, Anak Allah yang hidup? Sebagaimana dikatakan di atas bahwa Petrus mendapat anugerah iman dari Bapa di Surga sehingga ia bisa mengakuinya di hadapan Yesus. Hal semacam ini bisa terjadi di dalam diri kita. Tuhan menganugerahkan iman secara gratis supaya kita mengakuiNya sebagai Tuhan dan Penebus kita. Iman sebagai anugerah itu juga membantu kita untuk mengenalNya lebih dalam bahwa Dia adalah bagian dari hidup kita dan kita sendiri adalah bagian dariNya.
Selanjutnya, Yesus menjadikan Petrus sebagai batu karang, landasan kokoh bagi Gereja Kristus. Alam maut tidak akan menguasainya. Kunci Kerajaan Surga diberikan kepadanya. Di dalam Gereja, Petrus akan mengikat dan melepaskan hal-hal yang dialami manusia. Yesus juga dengan rendah hati mengingatkan para murid untuk tidak memberitakan bahwa Dialah Mesias. Saatnya belum tiba untuk mewartakannya.
Pengalaman para murid bersama Yesus ini mengundang kita untuk bertanya di dalam diri kita sebagai orang yang dibaptis, apakah kita juga mengenal jati diri Yesus yang sebenarnya dalam kehidupan iman kita. Para murid melihat Yesus secara nyata, tetapi masih kesulitan mengatakan siapakah Yesus itu sebenarnya. Kita sudah dibaptis dan menjadi bagian dari Yesus, apakah kita mengenal Yesus yang sebenarnya? Bagaimana relasi pribadi dengan Yesus secara pribadi dan di dalam keluarga serta masyarakat? Kita selalu berjumpa dengan Yesus dalam Sabda, dalam sakramen-sakramen dan ajaran-ajaran iman, apakah ada dampaknya di dalam hidup pribadi kita?
Di dalam bacaan pertama, kita mendengar bagaimana Allah memiliki kuasa penuh bagi manusia. Ia mengatur segalanya. Sebna adalah pengurus istana raja tetapi Tuhan melepaskan jabatannya dan diganti oleh Elyakim bin Hilkia. Segala hal yang melekat pada diri Sebna yakni pakaian kebesaran dan atribut-atributnya akan diberikan kepada Elyakim. Artinya bahwa kekuasaan yang selama ini dipegang oleh Sebna akan berakhir dan dialihkan kepada Elyakim. Kunci rumah Daud akan diletakkan di bahu Elyakim dan Tuhan sendiri menjadi Bapa bagi penduduk Yerusalem dan Yehuda. Elyakim akan mendapat kuasa yang mirip dengan Petrus. Elyakim sebagai pemegang kunci rumah Daud, ketika membuka maka tidak aka nada yang mampu menutupnya atau sebaliknya. Hal ini mirip dengan Tuhan Yesus yang memberi kuasa kepada Petrus untuk mengikat dan melepaskan.
St. Paulus dalam bacaan kedua membantu kita untuk mengagumi Allah. Allah senantiasa berbeda karena merupakan Pribadi yang tidak dapat terselami oleh pikiran manusia. RencanaNya sendiri tidak dapat dipahami oleh pikiran manusia. Allah memang sempurna. Dengan tegas Paulus berkata: “Segala sesuatu berasal dari Allah, ada karena Allah dan menuju Allah.” Dialah sumber segalanya.
Sabda Tuhan pada hari Minggu ini membantu kita untuk membuka mata dan hati kita, memandang dan mengagumi Yesus satu-satunya Tuhan dan penebus kita. Dia adalah Mesias, Anak Allah yang hidup. Ia memilih para rasul dan mewariskan iman sebagai harta yang berharga bagi kita semua. Bersama Daud kita berdoa: “Sendengkanlah telingaMu, ya Tuhan, dan dengarkanlah aku. Selamatkanlah hambaMu, yang berharap kepadaMu. Kasihanilah aku, ya Tuhan, kepadaMulah aku berseru sepanjang hari.” (Mzm 86:1-3).
PJSDB