Homili 23 Agustus 2014

Hari Sabtu, Pekan Biasa XX
Yeh. 43:1-7a
Mzm. 85:9ab-10,11-12,13-14
Mat. 23:1-12.

Merindukan Kemuliaan Tuhan

Fr. JohnPada suatu kesempatan saya mendampingi seorang bapa yang sedang dalam keadaan sekarat. Sebelumnya dia adalah seorang aktivis gereja di parokinya. Banyak orang dewasa mengenal dia dan merasa terpanggil untuk menjadi pengikut Kristus karena pengajaran-pengajaran agama yang diberikan puluhan tahun sebelumnya. Orang-orang di daerah itu bahkan menyembutnya sebagai orang kudus. Ketika memasuki masa senja ia lebih suka berdoa di dalam kamarnya, dan doa yang paling popular adalah doa Rosario. Saya bertanya kepadanya apa yang ia harapkan dari doa bersama saat itu. Ia menjawab: “Saya mau merasakan kemuliaan Tuhan.” Ini sebuah jawaban yang mengagetkanku. Saya berpikir bahwa ia mengharapkan kesembuhan supaya hidup lebih lama, ternyata ia menghendaki hidup lebih cepat supaya bisa menikmati kemuliaan Tuhan. Setelah beberapa jam, ia pergi untuk selama-lamanya. Saya yakin bahwa ia sudah merasakan kemuliaan Tuhan di bumi ini.

Musa adalah orang yang sangat bersahabat dengan Tuhan sehingga bisa melihat Tuhan dengan matanya sendiri. Dengan demikian ketika berjumpa dengan umat Israel, mereka masih bisa menyaksikan kemuliaan Tuhan yang terpancar di wajah Musa (Kel 34:35). Dalam peziarahannya di padang gurun, umat Israel merasakan kemuliaan Tuhan (Kel 16:7), melihat kemuliaan Tuhan di gunung dan awan menutupinya (Kel 24:16), kemuliaan Tuhan sebagai api yang menghanguskan (Kel 24:17). Kemuliaan Tuhan memenuhi kemah Pertemuan dalam bentuk awan (Kel 40:35). Daud sendiri berdoa: “Biarlah kemuliaan Tuhan tetap untuk selama-lamanya.” (Mzm 104:31). Para nabi juga memberi kesaksian yang sama tentang kemuliaan Tuhan. Yesaya merasakan kemuliaan Tuhan terbit untuk Sion (Yes 60:1). Yehezkiel juga merasakan kemuliaan Tuhan yang meninggalkann Sion ke Babel untuk menyertai umat Israel di pembuangan (Yeh 10: 1-22). Habakuk mengatakan bahwa bumi penuh dengan pengetahuan tentang kemuliaan Tuhan, seperti air yang menutupi dasar laut (Hab 2: 14). Kemuliaan Tuhan merupakan pengalaman iman yang dirasakan langsung oleh manusia dan ingin dirasakan selamanya.

Pada hari ini kita mendengar Yehezkiel mengisahkan tentang bagaimana Allah yang mewahyukan kemuliaanNya di dalam baitNya yang suci (Yeh 43:1-7a). Malaikat Tuhan membawa Yehezkiel ke pintu gerbang Bait Suci yang menghadap ke Timur. Yehezkiel melihat kemuliaan Tuhan Allah Israel datang sebelah timur, ada suara seperti air terjun yang menderu, bumi juga bersinar penuh dengan kemuliaan Tuhan. Yehezkiel merasakan kemuliaan Tuhan berdasarkan pengalaman hidup yang konkret sebelumnya. Ia juga merasa diangkat oleh Roh Tuhan ke atas pelataran Bait Suci Yerusalem. Tuhan lalu menunjukkan tempat untuk bersemayam: “Hai anak manusia, inilah tempat takhta-Ku dan inilah tempat tapak kaki-Ku; di sinilah Aku akan diam di tengah-tengah orang Israel untuk selama-lamanya.” (Yeh 43:7).

Dalam bacaan Injil, Tuhan Yesus mengingatkan para muridNya untuk setia mengikuti pengajaran para ahli Taurat dan kaum Farisi tetapi tidak boleh mengikuti perbuatan-perbuatan mereka. Mereka itu mengajarkan hal-hal yang baik tetapi hidup mereka jauh dari apa yang mereka ajarkan. Para ahli Taurat dan kaum farisi telah menduduki kursi Musa maka mereka juga mengikat beban-beban berat lalu meletakkannya di atas bahu orang tetapi mereka sendiri tidak menyentuhnya. Kemunafikan menguasai hidup mereka. Mereka berpikir sudah menjadi orang sempurna karena mengikuti adat istiadat Yahudi dan sudah cukup. Bagi Yesus semua ini tidak lebih dari ungkapan kesombongan manusiawi dan tidak berarti apa-apa di hadirat Tuhan. Yesus justru meminta kerendahan hati di hadapanNya.

Perhatikanlah hidup kita masing-masing. Kita selalu berjumpa dengan banyak orang yang berbicara dengan baik tetapi hidup mereka jauh dari apa yang mereka bicarakan. Banyak orang tua yang memberi nasihat supaya anak-anak memanfaatkan waktu dengan baik tetapi orang tua sendiri tidak memanfaatkan waktu untuk kebaikan. Banyak pemimpin agama yang menghendaki perdamaian tetrapi mereka sendiri yang memprovokasi untuk membenci sesama. Kita butuh Tuhan untuk memnganugerahkan kebajikan kerendahan hati bagi kita. Yesus berkata: “Barangsiapa meninggikan diri akan direndahkan dan barangsiapa merendahkan diri akan ditinggikan.” ( Mat 23:12).

Pada hari ini kita juga diingatkan untuk mengalami kemuliaan Tuhan dalam hidup setiap hari. Kemuliaan Tuhan yang terpancar dalam segala ciptaan, termasuk sesama yang ada di sekitar kita. Mereka juga menampakkan kebaikan Tuhan. Mungkin banyak kali kita kurang menyadarinya karena kita terlalu ingat diri. Semoga pada hari ini kita juga menampakkan kemuliaan Tuhan melalui perbuatan-perbuatan baik yang tak henti-hentinya kita lakukan bagi sesama.

Doa: Tuhan bantulah kami untuk menikmati kemuliaanMu. Amen

PJSDB

Leave a Reply

Leave a Reply