Homili 17 Oktober 2014

Hari Jumat, Pekan Biasa XXVIII
Ef 1:11-14
Mzm 34:2-3.4-5.6-7.8-9
Luk 12:1-7

Roh Kudus adalah Jaminannya

Fr. JohnPaus Emeritus Benediktus XVI dalam kesempatan tuguran Pentekosta tahun 2006 silam memberi sebuah refleksi yang bagus sebagai berikut: “Dalam Yesus Kristus, Allah sendiri menjadi manusia dan mengizinkan kita untuk mencicipi hubungan akrab dengan Allah sendiri. Dan di sana, kita akan melihat sesuatu yang tak terduga sama sekali: Allah yang misteri itu bukan pribadi yang sendirian abadi. Allah sendiri merupakan peristiwa cinta kasih. Ada Putra yang berbicara kepada Bapa, dan keduanya adalah dalam Roh, yang menciptakan suasana memberi dan mencintai yang menjadikan Mereka satu Allah.” Refleksi Paus Benediktus XVI ini sangat mendalam. Ia melihat relasi kasih antara Bapa dan Putra di dalam Roh.

Katekismus Gereja Katolik (KGK) mengajarkan bahwa kita sebagai umat beriman percaya kepada Roh Kudus. Artinya kita menyembahNya sebagai Allah yang satu dan sama sebagai Bapa dan Putra. Jadi, percaya kepada Roh Kudus memasuki hati kita supaya kita sebagai anak-anak Allah dapat mengenalNya (KGK, 683-686). Roh Kudus dijanjikan oleh Yesus sebagai Paracletos diutus oleh Bapa dalam nama Yesus sendiri sebagai Putra Allah. Dia bertugas untuk mengajar dan mengingatkan segala sesuatu yang telah diajarkan Yesus. (Yoh 14:26). Dia juga akan memberi kesaksian tentang Yesus (Yoh 15:26). Konsekuensinya adalah setiap orang yang dibaptis menerima Roh Kudus dan memiliki tugas panggilan untuk bersaksi karena dari semula sudah bersama-sama dengan Yesus (Yoh 15:27).

Seorang sahabat pernah bertanya kepada saya apakah saya pernah melihat patung Roh Kudus. Saya mengatakan kepadanya bahwa saya sendiri pernah belajar di Yerusalem, pernah tinggal di Roma tetapi tidak pernah melihat patung Roh Kudus. Namanya saja Ruach Elohim maka pasti tidak bisa dilukiskan. Katekismus Gereja Katolik mengajarkan bahwa Roh Kudus turun atas Yesus dalam rupa burung merpati. Orang-orang Kristen mula-mula mengalami Roh Kudus seperti basuhan yang menyembuhkan, air hidup, deru badai atau nyala api. Tuhan Yesus mengatakanNya sebagai Penasihat, Penghibur, Pengajar dan Roh Kebenaran. Dalam sakramen Gereja, Roh Kudus dikaruniakan melalui penumpangan tangan dan pengurapan minyak. (KGK, 691-693).

St. Paulus pada hari ini melanjutkan pengajarannya kepada jemaat Efesus. Sebelumnya ia sangat menekankan tentang meterai kekudusan bagi setiap orang yang percaya kepada Tuhan Yesus. Sejak awal mula, Tuhan sudah membuka pikiran setiap orang supaya sadar diri bahwa ia memiliki orientasi atau arah untuk menjadi kudus dan tak bercacat cela di hadirat Tuhan. Untuk itu orang harus tinggal di dalam Kristus. Menurut Paulus, tinggal di dalam Kristus berarti kita mau menimba kekuatan yang hanya berasal dariNya. Tinggal di dalam Kristus berarti mendapat bagian dari janji Tuhan dan setia kepadaNya. Dengan demikian setiap orang yang menaruh harapan kepada Kristus boleh menjadi puji-pujian bagi kemuliaanNya. Satu hal penting yang juga ditekankan oleh Paulus adalah percaya dan dimeteraikan oleh Roh Kudus yang di janjikan Yesus sendiri.

Paulus pada akhirnya berkata: “Roh Kudus itu adalah jaminan bagian kita sampai kita memperoleh seluruhnya, yaitu penebusan yang menjadikan kita milik Allah, untuk memuji kemuliaan-Nya.” (Ef 1:14). Roh Kudus adalah jaminan bahwa kita akan berbahagia selamanya karena melayani Tuhan dan sesama. Roh Kudus yang memampukan kita untuk mengasihi dengan hati tak terbagi kepada Tuhan dan sesama. Karena pentingnya peran Roh Kudus maka Yesus sendiri mengatakan bahwa dosa melawan Roh Kudus itu tidak bisa diampuni (Mat 12:31). Apakah anda masih percaya kepada Roh Kudus?

Dalam bacaan Injil, setelah Yesus mengecam orang-orang Farisi dan para ahli Taurat, kini Yesus memfokuskan pengajaranNya kepada para muridNya. Di samping para muridNya ada juga orang banyak yang mendengar pengajaran Yesus, dan kiranya bagi penginjil mewakili umat Kristiani yang kelak ikut melakukann pengajaran-pengajaran Yesus (Luk 12:1.13.54). Perikop kita dimulai dengan pengajaran Yesus supaya para muridNya berhati-hati terhadap ragi kemunafikan orang-orang Farisi. Ragi berfungsi untuk membuat adonan menjadi besar, mirip dengan kemunafikan, hidup keagamaan palsu yang dimiliki oleh orang-orang Farisi. Orang-orang Farisi mengajar banyak hal yang baik tetapi mereka sendiri tidak melakukannya. Untuk itu para murid Tuhan dengan bantuan Roh Kudus haruslah berhat-hati dengan orang-orang munafik.

Selanjutnya, Lukas mengisahkan bagaimana Yesus menguatkan para muridNya untuk berani menjadi misionaris untuk mewartakan Injil dengan terbuka. Dalam pewartaan itu, mereka tidak harus terpengaruh oleh ragi kemunafikan orang-orang Farisi tetapi mewartakan Injil dengan terbuka. Artinya seorang murid itu harus berani dan terbuka kepada Tuhan dalam pewartaannya. Dengan kuasa Yesus dan RohNya maka suara para murid akan didengar sampai ke ujung bumi. Sebagai pewarta Injil Yesus Kristus, pengalaman penderitaan selalu ada dan dialami oleh setiap murid. Ada yang menjadi martir demi Injil suci. Yesus menasihati supaya mereka tidak boleh takut dengan orang yang hanya bisa membunuh tubuh. Para murid justru harus takut kepada pengadilan Tuhan. Tuhan Allah yang memiliki kuasa untuk memasukkan orang ke dalam neraka.

Di samping motivasi supaya para muridNya berani menjadi Penginjil, Yesus juga memberikan penghiburan kepada para muridNya. Sebagai murid, mereka memiliki nilai hidup yang luhur sehingga layak untuk dikasihi Tuhan dan mereka juga menikmati kasih Tuhan. Yesus mengatakan bahwa burung pipit yang bisa dijual saja tidak dilupakan oleh Tuhan demikian setiap orang dikasihi Tuhan apa adanya. Rambut kepala setiap orang saja terhitung semuanya. Hal yang penting di sini adalah bahwa Tuhan tidak akan lupa dengan manusia ciptaanNya. Roh KudusNya akan menaungi seluruh hidup manusia yang diciptakan sewajah denganNya. Apakah anda sudah bersyukur karena dikasihi Tuhan apa adanya?

Doa: Tuhan, bantulah kami untuk patuh kepada Roh Kudus yang Engkau berikan kepada kami. Amen.

PJSDB

Leave a Reply

Leave a Reply