Homili 9 Desember 2014

Hari Selasa, Pekan II Adven
Yes. 40:1-11
Mzm. 96:1-2,3,10ac,11-12,13
Mat. 18:12-14

Hiburlah yang berduka

Fr. JohnDalam acara rekoleksi bersama, sang pembimbing rekoleksi meminta kepada para peserta utuk mengambil kupon-kupon yang sudah disediakannya. Masing-masing kupon memiliki kutipan-kutipan tertentu dari Kitab Suci atau dari seorang kudus. Ada seorang pemuda yang dikenal di kalangan para sahabatnya sebagai pribadi yang pelit, suka membuat perhitungan kalau membantu sesama yang sedang mengalami kesulitan, sulit untuk menghibur sesama yang sedang mengalami kemalangan. Ia mendapat sebuah kutipan dari tulisan St. Paulus: “Hiburlah mereka yang tawar hati” (1Tes 5:14). Dia duduk menyendiri dan merenungkan kalimat ini. Ia dengan jujur mengatakan kepada Tuhan bahwa selama hidupnya, sangat jarang ia menghibur sesama yang tawar hati. Orang yang tawar hati adalah orang yang memiliki perasaan gundah gulana, putus asa, tanpa harapan, menganggap masa depannya suram, merasa tidak ada yang mengasihi dirinya, menganggap diri dilecehkan dan tidak dihargai sama sekali dan sebagainya. Mereka-mereka inilah yang harus dihiburnya, tetapi kenyataannya dialah yang selalu menyebabkan banyak orang merasa tawar hati. Sejak saat itu ia berusaha untuk bertobat sampai sekarang. Ia berprinsip: Lebih baik meghibur dari pada dihibur.

Tuhan berfirman melalui nabi Yesaya supaya ia menghibur umat Tuhan. Tuhan berfirman: “Hiburkanlah, hiburkanlah umat-Ku, tenangkanlah hati Yerusalem dan serukanlah kepadanya, bahwa perhambaannya sudah berakhir, bahwa kesalahannya telah diampuni, sebab ia telah menerima hukuman dari tangan Tuhan dua kali lipat karena segala dosanya.” (Yes 40:1-2). Seorang nabi adalah utusan Tuhan yang bertugas untuk melayani Tuhan di tengah umat manusia. Ia bertindak atas nama Tuhan bukan atas nama dirinya sendiri. Yesaya misalnya, melayani Tuhan dengan menyerukan penghiburan kepada umat Israel di Babel bahwa masa kelam sebentar lagi akan berakhir. Dosa dan salah mereka akan diampuni oleh Tuhan. Dengan demikian mereka akan menjadi pribadi yang merdeka dan bisa kembali ke Sion.

Nabi Yesaya mendapat tugas istimewa untuk mempersiapkan jalan bagi Tuhan. Apa yang harus dilakukannya untuk menyiapkan jalan bagi Tuhan? Inilah perkataan Tuhan kepada Yesaya: “Persiapkanlah di padang gurun jalan untuk Tuhan, luruskanlah di padang belantara jalan raya bagi Allah kita! Setiap lembah harus ditutup, dan setiap gunung dan bukit diratakan; tanah yang berbukit-bukit harus menjadi tanah yang rata, dan tanah yang berlekuk-lekuk menjadi dataran; maka kemuliaan Tuhan akan dinyatakan dan seluruh umat manusia akan melihatnya bersama-sama; sungguh, Tuhan sendiri telah mengatakannya.” (Yes 40:3-5). Dalam kacamata kristiani, perkataan Tuhan melalui Yesaya ini menjadi sempurna di dalam diri Yohanes Pembaptis. Ia menyiapkan jalan bagi Tuhan dengan seruan tobat dan membaptis banyak orang supaya bertobat dan layak menyambut kedatangan Tuhan.

Tuhan juga melihat dalam diri umatNya banyak kelemahan dan kerapuhan hidup. Manusia diibaratkan dengan rumput yang mudah layu dan kering. Namun Tuhan tetap mengasihi manusia apa adanya. Tuhan berkata: “Seluruh umat manusia adalah seperti rumput dan semua semaraknya seperti bunga di padang. Rumput menjadi kering, bunga menjadi layu, apabila Tuhan menghembusnya dengan nafas-Nya. Sesungguhnyalah bangsa itu seperti rumput. Rumput menjadi kering, bunga menjadi layu, tetapi firman Allah kita tetap untuk selama-lamanya.” (Yes 40:6-8). Tuhan Allah kita hebat. Meskipun banyak orang memiliki aneka kelemahan manusiawi namun Ia tidak pernah lalai untuk mewujudkan janji kasihNya.

Tuhan mengasihi manusia laksana seorang gembala memperhatikan domba-dombanya. Ia datang dengan penuh kekuatan dan tangan penuh kuasa. Cinta kasihNya tercurah untuk semua orang yang terbuka kepadaNya. Orang-orang yang lemah dan tawar hati dihibur dengan kasih yang besar. Kita bersyukur karena sebagai manusia kita tetaplah makhluk yang luhur dan mulia di mata Tuhan Allah kita.

Tuhan Yesus di dalam bacaan Injil mewujudkan kasihNya kepada manusia. Ia datang dengan sebuah misi khusus: supaya semua orang selamat. Ia memberi perumpamaan tentang domba yang tersesat. Kalau seorang gembala yang memiliki seratus ekor domba, dan salah satunya tersesat maka Ia akan pergi mencari domba yang tersesat dan meninggalkan sembilan puluh sembilan ekor yang lain, dan apabila menemukannya maka hatinya akan bersukacita dan bergembira bersama sahabat-sahabatnya. Bapa di surga menurut Yesus, juga tidak menghendaki supaya salah seorang umatNya hilang. Keselamatan datang dari Tuhan untuk semua orang.

Bacaan Kitab Suci pada hari ini memfokuskan perhatian kita pada hal-hal berikut. Pertama, keterbukaan hati untuk bertobat. Selama masa adventus ini kita disapa oleh Tuhan untuk tak henti-hentinya membangun semangat pertobatan. Ini adalah salah satu cara kita menyiapkan jalan untuk Tuhan. Ini juga menjadi sukacita besar bagi Tuhan karena hati yang tegar dan menyukai dosa berubah menjadi hati yang lembut dan menjauhi dosa. Kedua, menghibur sesama. Selama masa adventus, kita diarahkan untuk saling menghibur satu sama lain, terutama mereka yang sedang mengalami kesulita dalam hidup. Kita menghibur mereka dengan kabar sukacita supaya mereka juga merasakan kasih dan kemurahan Tuhan. Bagaimana dengan pertobatanmu? Apakah anda bisa menghibur sesama yang tawar hati?

PJSDB

Leave a Reply

Leave a Reply