Homili 22 Desember 2014

22 Desember 2014
1Sam 1:24-28
Mzm (1Sam) 2: 1.4-5.6-7.8abcd
Luk 1:46-56

Segala keturunan menyebut aku berbahagia

Fr. JohnPada hari ini banyak di antara kita mengenang dan mengingat figur ibu. Di media sosial, banyak orang mengekspresikan perasaan, kasih sayang, ucapan terima kasih entah dengan menyebut nama atau memajang foto ibu. Ibu itu Tuhan yang memberikan kepada kita. Kita secara pribadi tidak akan memilih orang lain sebagai ibu atau menggantikannya di dalam hidup kita. Ibu itu ciptaan yang unik yang akan selalu dikenang oleh setiap anak yang pernah menghuni dan keluar dari rahimnya. Saya mengingat George Washington, pernah mengungkapkan isi hatinya tentang ibunya. Ia berkata: “My mother was the most beautiful woman I ever saw. All I am I owe to my mother. I attribute my success in life to the moral, intellectual and physical education I received from her.” (Ibuku adalah seorang wanita paling cantik yang pernah saya lihat. Segala yang kumiliki berasal dari ibuku. Segala kesuksesanku dalam dalam hidup moral, intelektual, dan pendidikan jasmani, semuanya saya terima daripadanya). Hari ini memang istimewa dan kita patut bersyukur kepada Tuhan karena memberikan kepada kita masing-masing seorang ibu.

Kita memasuki masa triduum menjelang perayaan Natal. Bacaan-bacaan Kitab Suci mengantar kita untuk semakin dalam mengalami kasih dan kebaikan Tuhan. Bertepatan dengan hari ibu, kita berjumpa dengan figur dua orang ibu yang hebat di dalam Kitab Suci. Figur kedua ibu ini boleh dibilang tahan banting atau tegar dan berpasrah kepada tuhan. Segala keturunan manusia patut menyebut kata berbahagia kepada mereka. Siapakah kedua ibu itu?

Pertama, Hana. Suaminya bernama Elkana, dari Ramataim-Zofim, pegunungan Efraim. Elkana sendiri memiliki dua istri. Hana adalah istri pertama tanpa dikaruniai anak. Penina adalah istri kedua Elkana dan dikaruniai anak. Hana tidak putus asa karena tidak dikaruniai anak mesikupun selalu disakiti. Ia menerima dirinya dan berpasrah kepada Tuhan. Ia sering pergi ke Silo untuk berdoa dan mempersembahkan kurban kepada Tuhan. Pada suatu kesempatan ia berdoa di Silo memohon seorang anak laki-laki. ia berjanji kepada Tuhan bahwa ia akan memberikannya kembali kepada Tuhan untuk menjadi pelayannya. Imam Eli berpikir bahwa Hanna mabuk anggur sehingga menegurnya. Hanna menjelaskan siapa dirinya maka imam Eli mengatakan bahwa Tuhan pasti akan menyertainya.

Selanjutnya Hana hamil dan melahirkan seorang anak laki-laki. Diberinya nama Samuel artinya: “aku telah memintanya dari Tuhan”. Ketika Samuel beranjak dewasa, Hanna membawanya kepada imam Eli di Silo. Ia juga membawa seekor lembu jantan, satu efa tepung dan sebuyung anggur untuk dipersembahkan kepada Tuhan di Silo. Hanna mengisahkan semua pengalaman hidupnya kepada imam Eli bahwa Tuhan sudah mendengar semua doanya. Ia juga menepati janjinya untuk mempersembahkan anaknya kepada Tuhan. Samuel selamanya menjadi milik Tuhan.

Hanna adalah model seorang ibu yang tahan banting. Meskipun dihina karena dianggap tidak memiliki anak tetapi karena imannya kepada Tuhan maka ia menerima yang terbaik.Tuhan mendengar doa-doa dan kelu kesanya. Ia juga menepati janjinya kepada Tuhan. Ia sadar bahwa anak adalah pemberian Tuhan dan hanya kepada Tuhan, ia juga mempersembahkannya. Segala keturunan menyebut Hanna berbahagia.

Kedua, Bunda Maria. Maria adalah seorang wanita muda yang berbeda dengan Hanna. Ia dipilih Tuhan menjadi ibu Yesus Kristus. Ada keraguan besar karena ia belum bersuami tetapi malaikat meyakinkannya bahwa Roh Kuduslah yang akan turun atasnya. Lagi pula Yesus yang dilahirkannya akan menjadi penyelamat bagi banyak orang. Bunda Maria sendiri sebenarnya memikul salib yang berat. Ia harus berhadapan dengan masyarakat sosial yang tentu akan mengatakan sebuah aib karena mengandung sebelum waktunya. Ia juga pasti berpikir bagaimana mempertanggungjawabkan keadaannya di hadapan Yusuf tunangannya.

Namun demikian Allah turut bekerja. Yusuf disadarkan melalui mimpi untuk menerima Maria apa adanya. Bunda Maria menyadari kasih dan kuasa Allah maka ia mengidungkan syukurnya dalam magnificat. Jiwanya tak henti-hentinya memuliakan Tuhan, hatinya juga bergembira karena Allah sebagai Juru selamatnya. Tuhan memperhatikan kerendahan hati Maria. Karena karya Tuhan, ia akan disebut yang berbahagia oleh semua generasi manusia. Tuhan juga melakukan perbuatan-perbuatan besar yakni memilihnya menjadi ibu Yesus Kristus. Tuhan Yesus puteranya akan menjadi segalanya bagi umat manusia.

Kedua figur ibu dalam bacaan Kitab Suci hari ini turut membantu kita untuk bersyukur kepada Tuhan karena sudah memberi pribadi terbaik dalam hidup kita masing-masing yakni ibu. Kita hanya bisa membalas jasanya dengan banyak berdoa dan meminta maaf ketika menyakiti hatinya. Saya mengakhiri homili ini dengan mengutip kalimat dalam lagu Mama dari il Divo: “Mama thank you for who I am. Thank you for all the things I’m not.Forgive me for the words unsaid for the times I forgot. Mama remember all my life you showed me love, you sacrificed.” Ibu selalu istimewa di dalam hidup kita. Segala keturunan akan selalu mengenang ibu dan layaklah disapa berbahagia.

PJSDB

Leave a Reply

Leave a Reply