Homili 30 Januari 2015

Hari Jumat, Pekan Biasa III
Ibr. 10:32-39
Mzm. 37:3-4,5-6,23-24,39-40
Mrk. 4:26-34.

Serahkanlah hidupmu kepada Tuhan

Fr. JohnAda seorang pemuda datang ke pastoran menjelang makan siang. Wajahnya pucat dan tatapannya kosong. Ia kelihatan seperti sedang mengalami kesulitan besar. Ia masuk ke dalam kantor dan menceritakan pengalaman, pergumulan, suka dan dukanya selama hari-hari ini. Ia bahkan merasa sudah tidak punya masa depan lagi. Saya duduk, diam dan hanya mendengar seluruh kisah hidupnya. Setelah dia selesai berbicara saya menguatkannya dengan dua kalimat yang selalu saya ingat yakni: “Serakanlah segala kekuatiranmu kepadaNya, sebab Ia yang memelihara kamu.” (1Ptr 5:7) dan “Serahkanlah hidupmu kepada Tuhan dan percayalah kepada-Nya, dan Ia akan bertindak.” (Mzm 37:5). Wajahnya berubah menjadi lebih segar karena ia membutuhkan orang yang mau mendengarnya dan kuasa Sabda Tuhan untuk meneguhkannya. Banyak di antara kita mungkin hanya berhenti pada pengalaman penderitaan dan kemalangan dan tidak berusaha untuk keluar dari pengalaman itu. Mereka lupa bahwa Tuhan punya kuasa atas diri kita.

Mazmur Tanggapan untuk bacaan-bacaan Liturgi hari ini diambil dari Mazmur 37. Antifonnya berbunyi: “Orang-orang benar akan diselamatkan oleh Tuhan.” (Mzm 37:39). Siapakah orang benar itu? Orang benar adalah mereka yang hidupnya mengikuti perintah dan hukum Tuhan. Di dalam perintah dan Torah, umat Allah merasakan kedekatan dan keterikatan bathinnya dengan Tuhan. orang akan berjalan dalam hukum Tuhan dan merasakan kekudusanNya. Orang-orang yang dibaptis juga mempersembahkan diri, berjalan dalam terang Sabda Tuhan untuk mencapai kekudusan. Orang benar adalah mereka yang mendengar Sabda Tuhan dan tekun melaksanakannya di dalam hidup setiap hari.

Pemazmur mengajak umat Allah untuk selalu percaya kepada Tuhan, melakukan perbuatan-perbuatan baik, berdiam di negeri yang Tuhan berikan, berlaku setia dan selalu bergembira karena Tuhan. Nah, kita sebagai Gereja masa kini juga diajak untuk berlaku demikian. Prinsip-prinsip umum seperti selalu berbuat baik, setia dalam hidup, selalu bergembira dalam Tuhan merupakan modal yang baik bagi setiap pengikut Kristus. Ini bukan berarti kita bebas dari beban-beban kehidupan. Semua pengalaman penderitaan atau beban kehidupan itu untuk melengkapi penderitaan Kristus yang masih kurang di dalam Gereja sebagai Tubuh Mistik Kristus (Kol 1:24).

Pemazmur juga mengingatkan kita semua untuk berpasrah dan memberi diri kepada Tuhan: “Serahkanlah hidupmu kepada Tuhan dan percayalah pada-Nya, maka Ia akan bertindak; Ia akan memunculkan kebenaranmu seperti terang, dan menampilkan hakmu seperti siang.” (Mzm 37:5-6). Hal yang paling sulit bagi kita adalah ketika mengalami pengalaman yang keras, kita selalu sulit untuk menerima diri dan berpasrah kepada Tuhan. Pikiran kita adalah bahwa kita mampu sebagai manusia yang bisa menyelesaikan segala persoalan hidup secara pribadi. Ini sebuah kekeliruan yang fatal. Seharusnya kita menyerahkan seluruh hidup kita kepada Tuhan. Ia akan bertindak dan tindakan berupa pertolongannya itu tidak pernah terlambat. Tuhan Yesus sendiri bersabda: “Terlepas dari Aku kamu tidak dapat berbuat apa-apa.” (Yoh 15:5).

Kemampuan kita untuk berpasrah kepada Tuhan dengan menyerahkan suka dan duka kita ke dalam tanganNya maka pertolonganNya akan mengalir bagaikan sungai kehidupan. Mengapa? Karena hanya Dialah yang menetapkan langkah-langkah hidup kita supaya berkenan kepadaNya. Dialah yang punya inisiatif untuk menyelamatkan kita. Dialah yang menjadi penopang hidup kita. Dialah satu-satunya penyelamat kita. Pemazmur dengan tepat berkata: “Orang-orang benar akan diselamatkan oleh Tuhan; Dialah tempat perlindungan mereka pada waktu kesesakan; Tuhan menolong dan meluputkan mereka dari tangan orang-orang fasik. Tuhan menyelamatkan mereka, sebab mereka berlindung pada-Nya.” (Mzm 37: 39-40). Mazmur ini sangat indah karena merupakan doa orang yang benar-benar mau berpasrah kepada Tuhan.

Penulis surat kepada Umat Ibrani memambangun ingatan-ingatan akan masa lalu di mana umat Tuhan mengalami terang yakni Kristus Tuhan dan penderitaan hidup yang datang bertubi-tubi tetapi mereka bisa bertahan dalam perjuangan yang berat. Menjadi pengikut Kristus berarti siap untuk mengikutiNya dari dekat, menderita serupa denganNya dan merasakan kemuliaan kebangkitanNya. Umat Tuhan bisa menjadi orang benar kalau berjuang bukan untuk dirinya sendiri melainkan berjuang untuk keselamatan saudara-saudara yang lain juga. Nah, sikap empati perlulah dimiliki oleh umat, dalam hal ini ikut mengambil bagian dalam penderitaan sesama. Orang-orang yang setia melakukannya maka upahnya besar di surga. Satu sikap bathin yang patut dimiliki adalah ketekunan dalam hidup. Dengan tekun maka kita bisa melakukan kehendak Allah dan memperoleh janji-janji Tuhan. Orang-orang benar akan hidup oleh iman kepada Allah.

Kerajaan Allah itu sebuah anugerah istimewa dari Tuhan. Tuhan memberi, Tuhan sendiri juga yang menumbuhkannya di dalam hidup setiap pribadi. Tujuannya adalah supaya setiap orang merasakan kuasa dan kasih dari Tuhan. Setiap pribadi merasa dirajai oleh Tuhan sendiri. Banyak kali orang tidak menyadarinya tetapi Tuhan tidak berhenti menumbuhkan KerajaanNya di dalam hidup manusia. Ibarat benih yang ditaburkan ke dalam tanah dan alam sendiri menumbuhkannya sampai musim panen tiba. Tuhan berkarya dalam seluruh proses itu. Demikian hal yang terjadi pada biji sesawi yang kecil akan bertumbuh menjadi besar karena kuasa Tuhan.

Iman kristiani juga bertumbuh demikian. Setiap orang menerimanya secara cuma-cuma dari Tuhan. Manusia boleh tidak menyadarinya tetapi Tuhan tetap bekerja, menambah dari saat ke saat imannya. Para murid Yesus sendiri meminta kepada Tuhan: “Tuhan tambahlah iman kami!” (Luk 17:5). Mari kita berserah kepada Tuhan dan bertumbuh dalam iman kepadaNya.

PJSDB

Leave a Reply

Leave a Reply