Kecemasan itu berbahaya bro!
Beberapa hari yang lalu saya mendapat telephon dari seorang pemuda yang mengaku diri bernama Thomy. Ia ingin berjumpa dengan saya untuk mengaku dosa dan meminta untuk counseling karena sedang berada dalam kecemasan yang besar. Ia menceritakan bahwa selama beberapa hari terakhir ia terjaga pada tengah malam, berkeringat dingin karena mencemaskan persoalah di kantor yang sangat berat. Salah seorang rekan kerjanya melakukan kejahatan berupa penipuan sehingga ia bisa kena imbasnya. Dia mengalami kesulitan untuk tidur karena masalah itu selalu terbayang, terngiang di dalam telinganya. Sayang sekali saya tidak bisa bertemu dengannya karena pemuda itu tinggal di Malang. Dia berpikir bahwa saya tinggal se kota dengannya.
Banyak orang mengalami kecemasan dalam hidupnya. Persoalan dan pergumulan hidup manusia datang silih berganti. Ada orang tertentu yang cemas sehingga menyembunyikan dirinya di dalam kamarnya. Nah, semua kecemasan hidup itu tentu tidak bisa diselesaikan dengan kecemasan dalam hidup sendiri. Oleh karena itu dibutuhkan keberanian untuk keluar dari zona berbahaya yakni zona kecemasan menuju kepada zona nyaman. Keberanian akan mendukung pikiran konstruktif untuk meninggalkan pikiran destruktif dalam diri setiap orang.
Apa yang harus kita lakukan untuk mengatasi kecemasan yang berbahaya bagi kesehatan diri kita? Dale Carnegie dalam bukunya “Overcoming Worry and Stress” mengemukakan tiga cara untuk mengurangi kecemasan dalam hidup, yakni:
Pertama, Janganlah anda memikirkannya terus menerus. Andalah yang harus berusaha untuk menuntaskan persoalan-persoalanmu. Buatlah sebuah keputusan dan berpeganglah teguh pada keputusanmu itu.
Kedua, Tetapkanlah di posisi mana logika berakhir dan dari mana kecemasan manusia itu bermula. Anda harus berpikiran positif karena sifatnya konstruktif sedangkan kecemasan itu sifatnya destruktif.
Ketiga, Lakukanlah sesuatu yang bisa membantu untuk menyelesaikan masalah anda.
Dengan mengikuti ketiga langkah ini maka diharapkan supaya setiap orang dapat bebas dari kecemasan hidupnya.
Dale Carnegie dalam buku yang sama memberi sepuluh petunjuk untuk mengurangi tingkat kecemasan:
Pertama, Sebaiknya jangan ikut campur tangan dalam urusan orang lain. Masing-masing kita menciptakan masalah untuk diri kita sendiri saat campur tangan dalam urusan orang lain. Ingat, seandainya kita tidak ikut campur tangan dalam urusan orang lain dan memberi nasihat hanya bila di minta maka kita tidak akan menjadi cemas.
Kedua, Jangan menaruh dendam. Ketika anda mengalami penolakan atau disakiti maka ada kecenderungan untuk menyimpan dendam terhadap orang lain. Hidup kita itu terlalu singkat maka silakan anda melupakan, memaafkan dan lanjutkanlah hidupmu secara normal.
Ketiga, Percaya pada diri sendiri. Ada orang yang cemas karena pencapaian dalam karya tidak diakui. Memang, sulit sekali orang-orang terdekat memberi pujian, lebih banyak kritikan-kritikan yang keluar dari mulut mereka. Anda harus percaya diri!
Keempat, Harus waspada terhadap monster bermata hijau. Banyak di antara kita pernah merasakan kecemburuan dari orang dekat. Ada orang yang bekerja keras di kantor tetapi orang lain yang santai mendapat kenaikan pangkat secara berkala. Mari kita mengontrol diri supaya jangan cemburu, iri hati sehingga bisa mendatangkan kecemasan.
Kelima, Jangan takut pada perubahan. Kita berada di dunia yang selalu berubah. Ada kemajuan dan kemunduran sebagai wujud perubahan yang nyata. Anda mengalami perubahan dari zona nyaman (comfort zone) kepada zona keberanian (courage zone). Ini adalah perubahan.
Keenam, Perlu belajar untuk memerima hal-hal yang tak terelakkan. Untuk itu kita perlu belajar untuk memanfaatkan potensi diri yang kita miliki, percaya bahwa Tuhan akan mengatasi kecemasan hidup kita.
Ketujuh, Jangan menangani tugas melampaui kemampuan kita. Orang bisa melakukannya hanya untuk memuaskan egonya.
Kedelapan, Pastikanlah bahwa benak kita selalu sibuk. Kalau anda tidak berpikir positif maka anda selalu hidup dalam kecemasan.
Kesembilan, Lakukanlah pekerjaanmu sekarang ini juga. Janganlah anda selalu menunda pekerjaanmu itu atau hanya melakukan pekerjaan yang anda sukai dan gampang.
Kesepuluh, Harus pandai belajar dari kesalahanmu. Kita semua bukanlah orang yang sempurna tetapi Tuhan menyempurnakan diri kita. Belajar dari kesalahan yang pernah dibuat maka mari kita belajar untuk mengatasinya.
Rekan-rekan Pria Katolik, apakah anda juga sering merasa cemas? Apa kata sang Maestro kita? Tuhan Yesus selalu mengingatkan kita semua: “Tenanglah, Aku ini, Jangan takut!” (Yoh 6:20). Sikap tenang, tidak takut merupakan jalan untuk mengatasi kecemasan hidup. Tuhan Yesus tidak mengajar kecemasan dalam diri tetapi keberanian. Dia sendiri menang melawan kematian. Dia hidup untuk selama-lamanya. Apakah anda masih cemas juga?
Saya mengakhiri renungan ini dengan mengutip Wendell Holmes (penyair dan filsuf Amerika). Ia berkata: “Jangan pernah menyerah. Kesempatan dan perubahan selalu ada, Menolong orang-orang yang berharap dengan kemungkinan yang sangat kecil; Dan di tengah kekacauan, Kebijaksanaan Tinggi mengatur kesuksesan, bisa saja anda mau bertahan, tidak pernah menyerah; karena orang yang paling bijak adalah orang yang paling berani. Mengetahui bahwa takdir menentukan nasib, dan dari semua ungkapan yang terbaik dan tertua, adalah kata-kata tegas: “Jangan pernah menyerah!”
Apakah anda masih mau cemas juga?
PJSDB