Hari Sabtu, Pekan Biasa V-PW. St. Sirilus & Metodius
Kej. 3:9-24
Mzm. 90:2,3-4,5-6,12-13
Mrk. 8:1-10
Dosa itu beranak cucu!
Tuhan memiliki rencana yang indah kepada setiap pribadi. Ia menciptakan manusia sebagai mahkota dari segala ciptaan, menyiapkan taman Eden yang indah dan nyaman sebagai tempat untuk bersenang-senang bagi manusia pertama, Ia membawa semua hewan ke hadapan manusia supaya manusia memberi nama, semua tumbuhan buah diberikan sebagai bahan makanan kecuali pohon kehidupan dan pohon pengetahuan yang baik dan jahat. Tuhan juga memberi kepada manusia pertama seorang penolong yang sepadan namanya Hawa dan akan menjadi ibu dari segala makhluk. Di balik semua hal yang begitu baik dari Tuhan itu muncul sisi gelap dari pihak manusia. Dalam hal ini manusia menyalahgunakan kebaikan Tuhan dan kebebasan yang Tuhan anugerahkan kepada mereka. Manusia pertama tidak tahan terhadap godaan iblis sehingga mereka makan buah dari pohon yang seharusnya mereka tidak boleh makan.
Pada hari ini kita mendengar kelanjutan kisah tragis jatuhnya manusia pertama ke dalam dosa. Setelah makan buah dari pohon yang dilarang Tuhan itu, manusia pertama menyembunyikan dirinya dari hadapan Tuhan. Manusia baru sadar bahwa mereka telanjang, hina dan memalukan. Hidup kita memang demikian: menikmati dosa tetapi ketika berada di hadirat Tuhan ada rasa hina dan malu. Adam dan Hawa sudah mengalaminya dan menurunkan kepada keturunannya. Dari pihak Tuhan, Ia memang sudah tahu bahwa manusia sudah melanggar perintahNya tetapi Tuhan masih mau mencari dan menyapa mereka dengan penuh kebapaan. Ia memanggil manusia dan bertanya: “Dimanakah engkau?” Tuhan Allah adalah kasih! Manusia boleh jatuh dalam dosa tetapi Ia tetap mencari, menyapa dan bertanya tentang keadaannya. Banyak di antara kita tidak akan menyerupai Tuhan. Yang ada pada kita hanyalah marah, kesal kalau ada yang bersalah kepada kita.
Di pihak manusia, hidup dan menikmati dosa itu indah pada saatnya, tetapi perasaan malu, hina, tak berguna, mati itu terjadi saat kita memeriksa bathin dan mengatakan penyesalan di hadapan Tuhan. Adam berkata kepada Tuhan: “Ketika aku mendengar, bahwa Engkau ada dalam taman ini, aku menjadi takut, karena aku telanjang; sebab itu aku bersembunyi.” (Kej 3:10). Pengalaman Adam dan Hawa adalah pengalaman anda dan saya pada saat ini. Kita juga merasa malu, hina dan takut ketika memeriksa bathin untuk mengakui dosa-dosa kita. Banyak yang menangisi dosanya di depan bapa pengakuan. Masalahnya adalah apakah benar-benar itu merupakan sikap bermetanoia? Jangan sampai kita hanya menyesal atas dosa-dosa tetapi tidak bermetanoia atau bertobat.
Di pihak Tuhan, Ia tetap menunjukkan kebaikan dan belas kasihNya. Ia bertanya perihal ketakutan dan ketelanjangan mereka. Tuhan tahu bahwa dosa mereka adalah melawan peraturan yang Tuhan berikan kepada mereka. Namun Tuhann tetap bertanya dengan baik! Di pihak manusia justru muncul sikap saling mengoper beban. Manusia tidak lapang dada untuk mengatakan bahwa dirinya sudah bersalah tetapi masih mau membenarkan dirinya di hadapan Tuhan. Simaklah dialog antara Tuhan dan manusia pertama: Manusia itu menjawab: “Perempuan yang Kautempatkan di sisiku, dialah yang memberi dari buah pohon itu kepadaku, maka kumakan.” Kemudian berfirmanlah Tuhan Allah kepada perempuan itu: “Apakah yang telah kauperbuat ini?” Jawab perempuan itu: “Ular itu yang memperdayakan aku, maka kumakan.” (Kej 3:12-13). Lihatlah kebiasaan manusia di hadapan Tuhan: mudah membenarkan diri dan melimpahkan kesalahan kepada sesamanya.
Akibat dari dosa adalah Penderitaan:
Pertama, kepada ular: “Karena engkau berbuat demikian, terkutuklah engkau di antara segala ternak dan di antara segala binatang hutan; dengan perutmulah engkau akan menjalar dan debu tanahlah akan kaumakan seumur hidupmu. Aku akan mengadakan permusuhan antara engkau dan perempuan ini, antara keturunanmu dan keturunannya; keturunannya akan meremukkan kepalamu, dan engkau akan meremukkan tumitnya.” (Kej 3:14-15).
Kedua, kepada perempuan: “Susah payahmu waktu mengandung akan Kubuat sangat banyak; dengan kesakitan engkau akan melahirkan anakmu; namun engkau akan berahi kepada suamimu dan ia akan berkuasa atasmu.” (Kej 3:16).
Ketiga, kepada Adam: “Karena engkau mendengarkan perkataan isterimu dan memakan dari buah pohon, yang telah Kuperintahkan kepadamu: Jangan makan dari padanya, maka terkutuklah tanah karena engkau; dengan bersusah payah engkau akan mencari rezekimu dari tanah seumur hidupmu: semak duri dan rumput duri yang akan dihasilkannya bagimu, dan tumbuh-tumbuhan di padang akan menjadi makananmu; dengan berpeluh engkau akan mencari makananmu, sampai engkau kembali lagi menjadi tanah, karena dari situlah engkau diambil; sebab engkau debu dan engkau akan kembali menjadi debu.” (Kej 3:17-19).
Meskipun manusia sudah jatuh dalam dosa dan akan mengalami penderitaan sebagai konsekuensi dari perbuatan dosanya, namun Tuhan tetap menunjukkann kasih sayangNya kepada mereka. Ia masih membuatkan pakaian dari kulit binatang dan mengenakan kepada mereka. Manusia yang berdosa martabatnya sudah seperti hewan! Tuhan mengusir menghalau mereka keluar dari taman Eden dan menempati sebelah Timur taman Eden dengan penjagaan ketat karena manusia akan cenderung untuk berbuat dosa.
Manusia jatuh ke dalam dosa tetapi Tuhan tetap mau menyelamatkannya. Akibat dosa maka manusia mengalami kematian: manusia dari debu dan akan kembali menjadi debu. Pemazmur mengungkapkannya begini: “Engkau mengembalikan manusia kepada debu, dan berkata: “Kembalilah, hai anak-anak manusia!” Sebab di mata-Mu seribu tahun sama seperti hari kemarin, apabila berlalu, atau seperti suatu giliran jaga di waktu malam. (Mzm 90:3-4). Manusia itu rapuh, selalu memiliki kecenderungan untuk berbuat dosa. Oleh karena itu hanya pada Tuhanlah ada Pengampunan dan belaskasihan.
Tuhan Yesus menunjukkan belaskasihNya kepada manusia yang lemah dan berdosa. Ia memperbanyak roti untuk empat ribu orang. Mereka makan sampai kenyang dan masih ada sisanya tujuh bakul. Ketika orang menaruh segala harapannya kepada Tuhan maka dalam situasi yang sulit, manusia masih bisa mengalami belaskasihNya.
PJSDB