Homili 3 Maret 2015

Hari Selasa Pekan II Prapaskah
Yes. 1:10,16-20
Mzm. 50:8-9,16bc-17,21,23
Mat. 23:1-12.

Belajarlah berbuat baik!

Fr. JohnPada suatu kesempatan saya diundang untuk merayakan misa sekolah. Tema misanya ditulis dalam bahasa Italia: “Imparate a fare il bene” artinya “Belajarlah untuk berbuat baik”. Saya bertanya-tanya kepada salah seorang guru tentang alasan mengapa mereka memilih tema dan menulisnya dalam bahasa Italia. Ia mengatakan bahwa ini adalah strategi saja untuk menarik perhatian komunitas sekolah. Tujuan yang hendak dicapai bersama adalah supaya para siswa bertumbuh sebagai anak-anak Tuhan yang selalu belajar untuk berbuat baik bagi semua orang. Berbuat baik dengan tidak menghancurkan sesama teman. Ada kebiasaan yang berkembang misalnya membantu teman untuk menyontek di saat ulangan. Ada siswa yang berpikir bahwa ini adalah hal baik karena meringankan beban teman yang tidak belajar untuk menghadapi ulangan. Padahal tindakan ini tidak akan masuk kategori berbuat baik. Menyontek adalah satu perbuatan jahat yang menghancurkan masa depan. Setiap siswa diberikan stiker bertuliskan: “Katakan tidak pada nyontek!” setelah perayaan Ekaristi.

Untuk bisa berbuat baik dan benar di hadapan Tuhan dan sesama maka kita harus selalu belajar dari pengalaman hidup yang bisa membantu kita untuk bertumbuh secara jasmani dan rohani dengan baik. Belajar berbuat baik itu di mulai dari dalam keluarga kita masing-masing. Orang tua sebagai pendidik nomor satu mengajarkannya dalam hal-hal praktis. Seorang anak usia dini bisa berbuat baik kalau melihat ayah dan ibunya berbuat baik satu sama lain. Setiap kali orang tua berbuat baik satu sama lain, rasanya seperti ada tulisan yang lewat: “Buatlah seperti contoh”. Apakah anda sudah belajar untuk berbuat baik kepada sesamamu?

Nabi Yesaya dalam bacaan pertama mengingatkan kita supaya membangun pertobatan. Ia memulai nubuatnya dengan berkata: “Dengarlah Firman Tuhan”. Seruan ini disampaikan kepada para pemimpin Sodom dan Gomora yang menyukai dosa dan tidak mengikuti ajaran Tuhan. Ia mengajak mereka dengan seruan: “Basuhlah, bersihkanlah dirimu, jauhkanlah perbuatan-perbuatanmu yang jahat dari depan mata-Ku. Berhentilah berbuat jahat, belajarlah berbuat baik; usahakanlah keadilan, kendalikanlah orang kejam; belalah hak anak-anak yatim, perjuangkanlah perkara janda-janda!” (Yes 1:16-17).

Seruan sekaligus ajakan Yesaya ini penting untuk direnungkan dalam konteks pertobatan. Bertobat berarti membersihkan diri dari segala perbuatan jahat dan sebagai gantinya kita berbuat baik dan membangun keadilan. Hal lain yang penting adalah pelayanan kasih kepada orang-orang kecil seperti membela hak hidup anak-anak dan perkara para janda. Tuhan Yesus sendiri mengatakan bahwa apa yang kita lakukan bagi kaum kecil ini, kita melakukannya untuk Dia sendiri. Orang-orang kecil adalah Yesus yang lain yang siap untuk kita layani.

Tuhan Allah Bapa kita maharahim dan kasihNya kekal selamanya bagi manusia yang berdosa. Ia tidak memperhitungkan dosa dan salah yang sudah dilakukan manusia. hanya pada Tuhan ada pengampunan dan kasih sayang ilahi yang berlimpah. Yesaya bernubuat: “Sekalipun dosamu merah seperti kirmizi, akan menjadi putih seperti salju; sekalipun berwarna merah seperti kain kesumba, akan menjadi putih seperti bulu domba.” (Yes 1:18). Umat Israel juga diajak untuk mengikuti jalan Tuhan. Mengikuti jalan Tuhan berarti ada jaminan kehidupan kekal, menjauh dari Tuhan berarti kematian.

Mengikuti jalan Tuhan juga berarti mengasihi Tuhan dengan seluruh totalitas kehidupan kita. Pemazmur hari ini mengajak kita untuk mempersembahkan seluruh hidup kita kepada Tuhan, mendengar setiap perkataan dan melakukannya di dalam hidup. Inilah perkataan Tuhan: “Siapa yang mempersembahkan syukur sebagai kurban, ia memuliakan Daku; dan siapa yang jujur jalannya, akan menyaksikan keselamatan dari Allah.” (Mzm 50:23). Apakah anda dan saya sudah jujur di hadapan Tuhan?

Pertanyaan mengenai kejujuran menjadi sulit bagi banyak orang. Tuhan Yesus mengetahui situasi hidup manusia sehingga Ia mengajak kita untuk membuang sikap munafik seperti para ahli Taurat dan kaum Farisi di dalam hidup pribadi kita. Yesus mengatakan bahwa mereka ini sudah menduduki kursi Musa. Mereka berlaku seolah-olah menjadi Musa yang berbicara atas nama Tuhan kepada umat Israel, padahal hidup mereka jauh dari Musa sahabat Allah. Mereka hanya bisa berteori tetapi tidak melakukannya di dalam hidup mereka. Hal-hal yang ada pada mereka hanya kemunafikan saja. Oleh karena itu Yesus berpesan kepada para muridNya supaya mengikuti segala sesuatu yang mereka ajarkan tetapi tidak mengikuti apa yang mereka lakukan.

Sikap para ahli Taurat dan kaum Farisi ini masih aktual pada zaman ini. Banyak orang tua, pemimpin, pembina mengatakan hal yang baik dan muluk-muluk tetapi mereka sendiri tidak melakukannya di dalam hidup. Mari kita semua membenahi diri kita di masa prapaskah ini. Mari kita selalu belajar berbuat baik dan melakukan keadilan di dalam hidup setiap hari. Tuhan mengasihi dan tidak menghitung dosa kita. Ia menghendaki supaya kita juga menjadi kudus.

PJSDB

Leave a Reply

Leave a Reply