Homili 7 Mei 2015

Hari Kamis, Pekan Paskah V
Kis. 15:7-21
Mzm. 96:1-2a,2b-3,10
Yoh. 15:9-11.

Demikian juga Aku telah mengasihi kamu!

Fr. JohnAda seorang bapa mengaku bahwa ia pernah mengalami krisis iman. Apa yang terjadi pada dirinya? Ia lalai ke Gereja untuk beribadat, tidak aktif dalam hidup menggereja di lingkungan dan tidak setia dalam hidupnya. Ia sempat mengalami dilema ketika anak sulungnya hendak menikah di Gereja. Anaknya mengatakan kepadanya bahwa ia harus datang ke gereja sebagai orang tua, tidak bisa diwakili oleh siapapun. Ia terpaksa datang ke gereja setelah lima belas tahun tidak menginjakkan kaki di Gereja. Apa yang bisa mengubah hidupnya saat itu? Ternyata sangat mengagumkan, Sabda Tuhan bisa mengubah hatinya yang keras menjadi lembut. Ia mendengar perkataan Tuhan Yesus kepada para murid: “Demikian juga Aku telah mengasihi kamu” (Yoh 15:9). Kalimat ini sangat menusuk hatinya. Selama lima belas tahun ia berusaha melupakan Tuhan tetapi ternyata Tuhan tidak melupakannya bahkan tetap mengasihinya. Sejak saat itu ia mendapat kekuatan baru untuk kembali ke Gereja dan melayani dengan sukacita.

Tuhan Yesus dalam malam perjamuan terakhir mengamanatkan kasih-Nya kepada para murid-Nya. Ia dengan jelas mengatakan bahwa Ia mengasihi mereka: “Seperti Bapa telah mengasihi Aku, demikianlah juga Aku telah mengasihi kamu; tinggallah di dalam kasih-Ku itu.” (Yoh 15:9). Cinta kasih Tuhan itu serupa sebuah cincin yang tidak berujung dan pangkal. Cinta kasih Tuhan itu seumpama lingkaran kehidupan Tritunggal Yang Mahakudus. Allah Bapa mengasihi Yesus sebagai Putra-Nya dalam Roh Kudus. Cinta kasih Allah Tritunggal Mahakudus tercurah di dalam hati setiap orang beriman. Yesus berkata: “Aku mengasihimu” maka orang yang merasa dikasihi itu tinggal di dalam kasih-Nya. Ini adalah sebuah relasi kasih yang sangat indah.

Tuhan Yesus mengasihi kita. Ia menunjukkan kasih-Nya kepada kita bukan hanya dengan kata-kata tetapi dengan perbuatan nyata. Penginjil Yohanes mengatakan bahwa Yesus mengasihi para murid-Nya sampai tuntas (Yoh 13:1). Ia juga mengasihi kita bukan hanya dengan kasih manusiawi. Ia justru memberi kasih ilahi dari Bapa di Surga kepada kita. Kebahagiaan kita terletak pada cara kita menerima kasih dan tinggal di dalam kasih-Nya. Yesus berkata: “Tinggallah di dalam kasih-Ku.”

Di samping ajakan untuk merasakan kasih-Nya, Tuhan Yesus juga mengajak kita untuk menunjukkan bukti kasih kepada-Nya dengan mengikuti perintah-perintah-Nya. Cinta kasih itu bukan obralan kata dan janji tetapi perbuatan nyata yakni mengikuti perintah kasih-Nya. Mengikuti perintah Yesus berarti tinggal di dalam kasih-Nya. Ia sendiri mengikuti perintah Bapa dan tinggal di dalam kasih-Nya. Buah dari tinggal di dalam kasih Tuhan adalah sukacita kita menjadi penuh. Apa pun persoalan hidup yang kita alami tidak akan memisahkan kita dari kasih Tuhan.

Gereja perdana merasakan kasih Tuhan. Ketika jemaat di Antiokhia mengalami kesulitan seputar keselamatan bagi kaum bersunat dan tidak bersunat maka mereka mengutus Paulus, Barnabas dan beberapa pemuka jemaat. Konflik internal gereja perdana dapat diselesaikan dengan musyawara untuk mufakat. Konsili Gereja pertama di Yerusalem pun dibuat, setelah mendengar kesaksian iman Paulus dan Barnabas. Tuhan Yesus hadir dan memberi anugerah kebijaksanaan kepada para peserta konsili. Hasil konsili yang terpenting adalah Yesus Kristus adalah satu-satunya Penyelamat bagi semua orang tanpa memadang siapakah orang itu di hadapan-Nya.

Ada dua figur yang berpidato dalam Konsili Yerusalem:

Pertama, Petrus sebagai wadas bagi Gereja. Ia berkata: “Hai saudara-saudara, kamu tahu, bahwa telah sejak semula Allah memilih aku dari antara kamu, supaya dengan perantaraan mulutku bangsa-bangsa lain mendengar berita Injil dan menjadi percaya. Dan Allah, yang mengenal hati manusia, telah menyatakan kehendak-Nya untuk menerima mereka, sebab Ia mengaruniakan Roh Kudus juga kepada mereka sama seperti kepada kita, dan Ia sama sekali tidak mengadakan perbedaan antara kita dengan mereka, sesudah Ia menyucikan hati mereka oleh iman. Kalau demikian, mengapa kamu mau mencobai Allah dengan meletakkan pada tengkuk murid-murid itu suatu kuk, yang tidak dapat dipikul, baik oleh nenek moyang kita maupun oleh kita sendiri? Sebaliknya, kita percaya, bahwa oleh kasih karunia Tuhan Yesus Kristus kita akan beroleh keselamatan sama seperti mereka juga.” (Kis 15:7-11).

Kedua, Yakobus sebagai kepala Gereja di Yerusalem. Ia berkata: “Hai saudara-saudara, dengarkanlah aku: Simon telah menceriterakan, bahwa sejak semula Allah menunjukkan rahmat-Nya kepada bangsa-bangsa lain, yaitu dengan memilih suatu umat dari antara mereka bagi nama-Nya. Hal itu sesuai dengan ucapan-ucapan para nabi seperti yang tertulis: Kemudian Aku akan kembali dan membangunkan kembali pondok Daud yang telah roboh, dan reruntuhannya akan Kubangun kembali dan akan Kuteguhkan, supaya semua orang lain mencari Tuhan dan segala bangsa yang tidak mengenal Allah, yang Kusebut milik-Ku demikianlah firman Tuhan yang melakukan semuanya ini, yang telah diketahui dari sejak semula. Sebab itu aku berpendapat, bahwa kita tidak boleh menimbulkan kesulitan bagi mereka dari bangsa-bangsa lain yang berbalik kepada Allah, tetapi kita harus menulis surat kepada mereka, supaya mereka menjauhkan diri dari makanan yang telah dicemarkan berhala-berhala, dari percabulan, dari daging binatang yang mati dicekik dan dari darah. Sebab sejak zaman dahulu hukum Musa diberitakan di tiap-tiap kota, dan sampai sekarang hukum itu dibacakan tiap-tiap hari Sabat di rumah-rumah ibadat.” (Kis 15:13-21).

Dengan pidato dari Petrus dan Yakobus, juga sharing iman dari Paulus dan Barnabas maka suasana Konsil di Yerusalem menjadi cair. Wajah Yesus Kristus yang mengasihi sampai tuntas  menjadi semakin mempesona karena hanya di dalam nama-Nya ada keselamatan. Sabda Tuhan Yesus diperuntukan bagi semua orang. Para rasul juga semakin insaf bahwa Gereja tidak boleh menghalangi manusia, siapa pun dia untuk bersatu dengan Kristus. Cinta kasih Allah menjadi segalanya bagi umat manusia yang percaya kepada-Nya.

PJSDB

Leave a Reply

Leave a Reply