Homili 30 Mei 2015

Hari Sabtu, Pekan Biasa VIII
Sir. 51:12-20
Mzm. 19:8,9,10,11
Mrk. 11:27-33

Mempertanyakan kuasa Yesus

Fr. JohnGod complex! Ini adalah sebuah istilah yang pernah dipopulerkan Ernest Jones (1913-1951). Dalam pemahamannya, god complex sering terjadi pada orang-orang tertentu yang dalam hidupnya berlaku seolah-olah dirinya adalah Tuhan. Mereka ini biasanya menolak untuk mengikuti aturan main secara umum dalam masyarakat meskipun mereka sedang berhadapan dengan bukti-bukti yang tak terbantahkan. Mereka bisa mengabaikan aturan umum dalam masyarakat karena merasa memiliki kekuatan dan pertimbangan tertentu atau memiliki hak-hak istimewa. Istilah god complex ini menjadi trend tersendiri bagi orang yang menyukai kekuasaan dan tidak mau mendapat saingan dari orang lain. Ada tiga kata kunci yang menggambarkan orang tertentu yang memiliki god complex yakni mengandalkan kemampuan diri (ability), merasa memiliki hak istimewa (privilege), dan kebal salah (infallibility).

Apakah anda juga memilik sindrom god complex? Orang yang memiliki sindrom god complex akan merasa bersaing kalau ada orang lain yang lebih mampu dari dirinya. Ia bisa berlaku curang terhadap sesamanya. Hal ini bisa saja terjadi di dalam keluarga, di tempat di mana kita bekerja dan melayani. Ada orang bisa menjadi gila kuasa di hadapan sesamanya. Akibat gila kuasa adalah mereka akan leluasa menguasai dan menindas sesamanya.

Perikop Injil hari ini mengisahkan bahwa Tuhan Yesus sedang berjalan bersama para murid-Nya di halaman Bait Allah di Yerusalem. Ia memiliki kebiasaan mengajar di dalam Bait Allah dan melakukan semua pekerjaan Bapa dalam bentuk tanda-tanda heran. Para imam kepala dan pemimpin Yahudi di Yerusalem mengetahuinya. Mereka lalu mendatangi-Nya dan mempertanyakan asal muasal kekuasaan-Nya. Tetapi Ia tidak menjawab dari mana kekuasaan-Nya berasal. Ia hanya mengingatkan mereka tentang para utusan Tuhan atau nabi yang datang dan berbicara atas nama Tuhan. Ia menghadirkan Yohanes Pembatas yang mereka semua kenal. Yesus akhirnya bertanya kepada mereka: “Baptisan Yohanes itu berasal dari surga atau dari dunia”. Orang-orang itu tidak mampu menjawabnya, maka Yesus juga tidak memberi jawaban kepada mereka. Kita semua tahu bahwa Yesus adalah utusan Tuhan Allah Bapa. Ia sendirilahyang telah menyerahkan segala kekuasaan kepada-Nya (Yoh 13:3).

Dalam masyarakat kita, ada banyak orang yang lebih suka menyebarkan ancaman, orang-orang yang merasa diri sebagai orang berkuasa melebihi orang yang lainnya bahkan melebihi Tuhan sendiri. Mentalitas preman sudah merasuki kehidupan banyak orang. Mungkin orang lupa bahwa kekuasaan itu berasal dari Tuhan. Kekuasaan itu bertujuan untuk kemerdekaan lahir dan batin dari setiap orang. Kekuasaan juga bertujuan untuk mensejahterakan manusia bukan menghancurkan manusia. Sayang sekali ketika kekuasaan itu disalahgunakan untuk tujuan dosa.

Kekuasaan haruslah mengabdi kepada manusia untuk kebaikan umum. Saya teringat pada Presiden Soekarno yang pernah berkata: “Jadikan deritaku ini sebagai kesaksian, bahwa kekuasaan seorang Presiden sekalipun ada batasnya. Karena kekuasaan yang langgeng hanyalah kekuasaan rakyat dan di atas segalanya adalah kekuasaan Tuhan Yang Maha Esa.”

Apakah implikasi Sabda Tuhan bagi kita pada hari ini?

Tuhan menghendaki agar kita tidak mempertanyakan kuasa Tuhan tetapi mengaplikasikannya untuk melayani dengan tulus hati. Tuhan menghendaki supaya kita tidak menyalahgunakan kekuasaan untuk “hidden agenda” demi popularitas diri kita semata. Kekuasaan itu bertujuan untuk memuliakan nama Tuhan. Kuasa Tuhan menaungi anda dan saya untuk melayani lebih sungguh.

PJSDB

Leave a Reply

Leave a Reply