Homili 28 Agustus 2015

Hari Jumat, Pekan Biasa XXI
1Tes 4:1-8
Mzm 97: 1-2b.5-6.10-12
Mat 25 1-13

Memahami Kehendak Allah

Fr. JohnPada hari ini kita mengenang St. Agustinus, putra St. Monika yang pestanya kemarin kita rayakan. Tuhan Allah memiliki rencana yang indah untuk mengubah seluruh hidup Agustinus melalui ibunya Monika. Dalam pengakuannya ia berkata kepada Tuhan: “Tardi ti ho amato” artinya “terlambat aku mengasihi-Mu ya Tuhan”. Saya juga mengingat sebagian doa yang ditulisnya, bunyinya: “Aku memohon kepada-Mu, Allahku, izinkan aku mengenal dan mencintai-Mu sehingga aku berbahagia di dalam Engkau. Dan meskipun aku tidak bisa melakukan ini secara utuh dalam hidup ini, izinkan aku memperbaiki diri hari demi hari sampai aku dapat melakukannya dengan seutuhnya di hadirat-Mu.” Ini memang sebuah doa sederhana namun sangatlah mendalam dan inspiratif. Bertobatnya St. Agustinus menginspirasikan kita semua bahwa Tuhan menghendaki pertobatan itu dilakukan oleh semua orang. Adalah sukacita besar di surga ketika satu orang berdosa bertobat (Luk 15:7).

Bacaan-bacaan Kitab Suci pada hari ini membuka mata kita untuk memiliki kebijaksanaan Tuhan, supaya bisa merasakan kekudusan-Nya. Kita harus memiliki kemampuan untuk menjadi bijaksana sehingga layak menyongsong kedatangan Tuhan. Tuhan Yesus, dalam bacaan Injil memberikan sebuah perumpamaan kepada para murid-Nya. Di sini, Tuhan Yesus menghendaki supaya para murid-Nya bisa memiliki kebijaksanaan istimewa untuk mencapai kekudusan. Menjadi kudus berarti tinggal dan merasakan Kerajaan Allah. Hidup sepenuhnya dikuasai Allah.

Tuhan Yesus mengatakan bahwa hal Kerajaan Surga itu seumpama sepuluh gadis yang mengambil pelitanya untuk pergi menyongsong sang pengantin. Dari kesepuluh gadis itu ada lima yang bijaksana dan lima lainnya tidak bijaksana (bodoh). Para gadis yang bijaksana membawa pelita dan minyaknya dalam buli-bulinya sedangkan para gadis yang tidak bijaksana (bodoh) membawa pelitanya tetapi tidak membawa minyaknya. Mereka sama-sama menunggu sang pengantin namun ia lambat datang sehingga mereka tertidur. Pada tengah malam sang pengantin datang, maka para gadis itu harus menyongsongnya. Tentu saja para gadis bijaksana tidak mengalami kesulitan untuk menyongsong pengantin. Para gadis bodoh memang memiliki pola hidup gampang. Mereka berpikir akan mendapat kemudahan dari para gadis bijaksana. Pada akhirnya mereka harus mencari minyak sementara pengantin datang dan pesta dimulai. Pintu ruang pesta pun di tutup. Para gadis bodoh berusaha untuk masuk namun tuan pesta mengatakan bahwa ia tidak mengenal mereka.

Yesus mengakhiri perumpamaan ini dengan mengatakan kepada para murid-Nya: “Berjaga-jagalah, sebab kamu tidak tahu akan hari maupun saatnya.” (Mat 25:13). Pesan Yesus kepada para murid-Nya ini masih aktual hingga saat ini. Kita sebagai Gereja diingatkan terus menerus untuk berjaga-jaga, menantikan kedatangan Tuhan. Tuhan Yesus menggambarkan hidup manusia di hadirat-Nya, seumpama kesepuluh gadis ini. Ada yang bijaksana, selalu siap untuk menyambut kedatangan Tuhan. Mereka memiliki semangat pertobatan yang luar biasa. Ada juga yang santai, memiliki pola hidup gampang. Tuhan memberi kebijaksanaan supaya kita mengetahui mana yang baik dan berkenan kepadan Tuhan, mana yang bisa menjerumuskan kita ke dalam dosa.

Hal yang seharusnya membuat kita lebih siap menyambut kedatangan Tuhan adalah Sabda Tuhan Yesus ini: “Aku tidak mengenal kamu.” (Mat 25:12). Ucapan Yesus ini mendorong kita untuk lebih siap lagi menanti kedatangan Tuhan. Kita semua tidak tahu kapan Ia akan datang, kitalah yang harus siap untuk menyongsong-Nya. Tentu saja Tuhan tidak menghendaki supaya kita hidup dalam ketakutan. Kita justru harus hidup sebagai anak-anak Allah, hidup sebagai orang beriman, memiliki harapan dan cinta kasih yang bertanggung jawab kepada Tuhan. Tuhan tetap menantikan jawaban pasti dari kita, khususnya iman, harapan dan kasih kita kepada-Nya.

St. Paulus mengingatkan kita semua dalam bacaan kedua bahwa Tuhan Allah memiliki kehendak bagi semua orang supaya bertumbuh sebagai orang kudus. Ia terus menerus menasihati jemaat di Tesalonika supaya hidupnya berkenan kepada Allah. Paulus berharap supaya jemaat tidak hanya menuruti kehendak Tuhan tetapi melakukannya dengan sungguh-sungguh sesuai dengan petunjuk dan pengajaran yang diberikan atas nama Yesus Kristus. Tuhan menghendaki semua orang menjadi kudus! Apa yang harus dilakukan? Jemaat harus menjauhi percabulan, setia dengan pasangan hidup demi kekudusan bukan karena nafsu. Artinya pasangan suami dan istri hidup bersama untuk mencapai kekudusan, bukan hidup bersama karena nafsu manusiawi.

St. Agustinus sudah mengalami kehendak dan rencana Tuhan supaya semua orang menjadi kudus. Tuhan Yesus datang untuk menyelamatkan semua orang. Mari kita siap untuk menyambut hari keselamatan Tuhan. Hanya Bapa yang tahu saat yang tepat supaya kita menghadap-Nya. Tugas kita adalah hidup bijaksana, kudus supaya layak menyambut kedatangan-Nya kembali.

PJSDB

Leave a Reply

Leave a Reply