Apakah hatimu damai?
Saudari dan saudara terkasih. Saya pernah ditanya oleh seorang calon imam: “Romo John, apakah hatimu damai?” Saya merasa kaget dengan pertanyaan ini. Saya bertanya kepadanya: “Mengapa anda bertanya demikian kepada saya?” Ia menjawabku: “Karena saya sedang mencari damai.” Pertanyaan sederhana ini lalu menjadi penuntun bagiku juga: “Apakah ada damai dalam hatiku?” Terlepas dari si calon imam mencari damai dalam hatinya, banyak orang mencari damai dan berpikir bahwa damai itu berasal dari luar atau dari lingkungan sosialnya. Jadi orang mendambakan damai dari lingkungannya dan lupa bahwa damai itu haruslah berasal dari dalam hati kita masing-masing. Kalau kita sendiri memiliki damai di dalam hati maka dengan sendirinya damai itu keluar dan menyapa setiap orang.
Tuhan Yesus ketika menampakkan diri-Nya kepada para murid-Nya, berkata: “Damai sejahtera bagi kamu!” (Yoh 20:21). Sebelumnya, pada malam perjamuan terakhir Ia berkata: “Damai sejahtera Kutinggalkan bagimu. Damai sejahtera-Ku Kuberikan kepadamu, dan apa yang Kuberikan tidak seperti yang diberikan oleh dunia kepadamu. Janganlah gelisah dan gentar hatimu.” (Yoh 14:27). Tuhan meninggalkan damai sejahtera-Nya bagi kita, meterai damai-Nya ada di dalam hati kita masing-masing. Damai yang sangat pribadi itu kita bagkan kepada sesama. Mengikuti St. Fransiskus dari Asisi kita boleh berdoa: “Tuhan jadikanlah aku pembawa damai”. Dan sungguh berbahagialah orang yang membawa damai karena ia akan disebut anak Allah (Mat 5:9). Bagilah damai di dalam hatimu supaya anda bisa disebut Anak Allah.
St. Paulus menasihati jemaat di Kolose: “Hendaklah damai sejahtera Kristus memerintah dalam hatimu, karena untuk itulah kamu telah dipanggil menjadi satu tubuh.” (Kol 3:15). Tuhan menjanjikan damai sejati maka tugas kita adalah membawa damai Kristus kepada sesama. Apakah ada damai dalam hatimu?
PJSDB