Bacaan: Mrk. 10:35-45
Jangan lelah melayani!
Ada seorang temanku merasa bahagia mendapat nomor handphone-ku. Ia meneleponku seraya memperkenalkan dirinya bahwa dia adalah salah seorang teman kelasku di masa SMA doeloe. Ia pernah mendengar dari teman-teman lain bahwa saya sudah menjadi romo dan tinggal di komunitasku saat ini. Ia juga sekalian mengucapkan selamat berbahagia kepadaku. Dari suaranya di telephone, saya bisa merasakan rasa kagum dan bangganya kepadaku. Saya mengatakan kepadanya bahwa saya sedang menyiapkan diri untuk merayakan pesta perak (dua puluh lima tahun hidup membiara) dan lima belas tahun sebagai romo sehingga saya juga membutuhkan banyak doa darinya. Ia lalu mengatakan kepadaku kalimat sederhana, indah dan sangat bermakna ini: “Romo John, jangan lelah melayani Tuhan dan umat-Nya”. Kata-katanya ini memiliki kekuatan yang luar biasa bagiku. Semakin bertambahnya waktu sebagai abdi Tuhan di dalam biara, saya juga berjumpa dengan titik-titik kejenuhan dalam karya dan pelayanan saya sebagai biarawan dan gembala. Namun suara teman ini sangat menguatkan aku untuk tekun dalam melayani Tuhan dan sesama. Saya percaya bahwa Tuhan tidak pernah membiarkan saya merasakan sebuah kejenuhan jasmani dan rohani, tetapi Ia hadir dalam diri sesama untuk meneguhkanku.
Banyak orang berbicara tentang semangat untuk melayani dengan menggunakan teori yang indah, yang bisa memotivasi mereka untuk melayani dengan baik, entah di dalam Gereja atau di dalam masyarakat saat ini. Hanya bisa saja orang mudah lupa untuk melakukan teori yang indah itu dalam pelayanan-pelayanan mereka. Sekurang-kurangnya ada dua tipe orang dalam melayani. Pertama, ada orang yang menggunakan bendera pelayanan untuk melayani siapa saja, tanpa memilih siapa yang harus dilayani dan tanpa mengharapkan apa-apa. Kedua, ada orang yang masih memilih-milih siapa yang akan dilayani supaya bisa mendapatkan apa-apa. Hal-hal ini memang lumrah dalam masyarakat kita. Kita senantiasa menemukan dua kelompok pelayan ini dalam diri kita dan sesama, dan tentu saja dampaknya luas dalam masyarakat kita.
Pada hari ini mata kita tertuju pada Tuhan Yesus Kristus. Dia adalah model pelayanan kita yang paling tepat. Ia menunjukkan jalan supaya kita mengenal Jati Diri-Nya sebagai Tuhan yang melayani dan mengabdi bagi manusia. Ia mengetahui karakter setiap murid-Nya. Ada yang tidak tetap pendiriannya (Simon Petrus), ada yang kurang percaya (Thomas), ada yang memiliki ambisi untuk memiliki kedudukan tertentu dalam masyarakat (Yakobus dan Yohanes), ada yang menjadi pengkhianat (Yudas Iskariot) dan lain sebagainya. Mereka mengikuti Tuhan Yesus dengan alasan ilahi dan manusiawi. Alasan ilahinya adalah bahwa setiap orang berhak untuk mendapatkan keselamatan kekal. Ini mengandaikan bagaimana orang mengimani Tuhan Allah dan terbuka kepada-Nya. Alasan manusiawinya berhubungan dengan status sosial yang bisa diterima para murid dan bagaimana memenuhi kebutuhan hidup mereka (makan gratis) dan memperoleh kesembuhan dari sakit dan kelemahan mereka.
Apa yang Tuhan mau lakukan di hadapan para murid-Nya? Dengan memahami situasi hidup mereka yang nyata saat itu, Ia berkata: “Barangsiapa ingin menjadi besar di antara kamu, hendaklah ia menjadi pelayanmu, dan barangsiapa ingin menjadi yang terkemuka di antara kamu, hendaklah ia menjadi hamba untuk semuanya. Karena Anak Manusia juga datang bukan untuk dilayani, melainkan untuk melayani dan untuk memberikan nyawa-Nya menjadi tebusan bagi banyak orang.” (Mrk. 10:43-45). Perkataan Yesus ini membuat transformasi di dalam hidup mereka. Pertama, orang yang mau menjadi besar atau memiliki kuasa hendaklah menjadi pelayan. Kedua, orang yang mau menjadi terkemuka hendaklah menjadi hamba. Untuk menjadi pelayan dan hamba yang baik maka mereka harus mengikuti jejak Yesus. Yesus datang untuk melayani bukan untuk dilayani bahkan lebih ekstrim yakni menyerahkan nyawanya sebagai tebusan bagi banyak orang.
Kita memandang Yesus, mengagumi diri-Nya sebagai model yang tepat bagi semua Pria Katolik. Dia tidak hanya berbicara tentang melayani tetapi Ia menunjukkan diri sebagai seorang pelayan sejati. Dia tidak hanya berbicara tentang semangat menjadi hamba tetapi Ia sendiri adalah hamba sejati. Ia melayani dan menjadi hamba dengan mengurbankan diri-Nya sampai tuntas, tanda kasih-Nya yang abadi bagi manusia. Sambil memandang Yesus kita pun belajar untuk tidak lelah melayani Tuhan dan sesama. Kita menjadi hamba yang baik dan setia selamanya.
Doa: Tuhan, semoga pada hari ini kami boleh melayani Engkau dan sesama dengan sukacita. Amen
PJSDB