Homili 17 Maret 2016

Hari Kamis, Pekan Prapaskah V
Kej 17:3-9
Mzm 105: 4-5.6-7.8-9
Yoh 8:51-59

Tuhan tidak pernah ingkar janji

imageAda seorang pekerja yang merasa kecewa dengan pimpinannya karena pimpinannya itu menjanjikan banyak hal yang muluk-muluk dan indah-indah tetapi hampir seratus persen janji-janji itu tidak dipenuhinya. Janji-janji itu hanya untuk menyenangkan hati sesaat. Saya mengatakan kepadanya bahwa selagi manusia masih hidup yang namanya ingkar janji atau tidak setia pada janji pasti tetap ada. Hanya Tuhan saja yang tidak pernah ingkar janji. Semua orang bisa mengucapkan secara lisan dan tertulis janji atau sumpahnya demi Tuhan Allah. Para pasutri saling berjanji untuk setia satu sama lain, dalam untung dan malang, di waktu sehat dan sakit namun mereka harus berjuang dan berkorban untuk tetap setia pada janji pernikahannya. Apabila pasutri tidak berjuang dan berkorban maka mereka pun akan mudah mengingkari janji pernikahannya. Para imam, biarawan dan biarawati mengikrarkan kaul di depan umum. Mereka harus berjuang dan berkorban untuk setia menghayati janjinya sebagai pribadi yang taat, miskin dan murni. Para wakil rakyat di parlamen sebagai legistlatif, pemerintahan eksekutif dan yudikatif juga memiliki sumpah jabatan berisi janji untuk mengabdi bagi rakyat bangsa dan negara. Mereka pun harus berjuang dan berkurban untuk mewujudkan janji mereka. Ketika mereka tidak berjuang dan berkurban maka mereka mengingkari sumpah jabatan mereka. Semua janji atau sumpah itu selalu dimulai dengan kalimat: “Demi Allah, saya bersumpah” maka orang harus malu kalau tidak setia pada janji atau sumpahnya.

Pada hari ini kita berjumpa dengan Tuhan Allah yang sudah memanggil Abram untuk sebuah perutusan istimewa. Ia melihat di dalam diri Abram ada sebuah potensi yang besar yaitu iman kepada-Nya. Sebab itu Tuhan memanggilnya untuk keluar dari Ur di Kasdim. Tuhan berkata kepadanya: “Pergilah dari negerimu dan dari sanak saudaramu dan dari rumah bapamu ini ke negeri yang akan kutunjukkan kepadamu. Aku akan membuat engkau menjadi bangsa yang besar dan memberkati engkau serta membuat namamu masyhur, dan engkau menjadi berkat.” (Kej 12:1-2). Untuk lebih meyakinkan Abram maka Tuhan membuat sunat sebagai tanda perjanjian-Nya dengan Abraham.

Apa yang terjadi saat itu? Abram bersujud di depan Tuhan Allah. Tuhan memandang Abraham dan mengikat perjanjian yang isinya adalah: Pertama, Abram akan menjadi bapa sejumlah besar bangsa. (Kej 17: 4) sehingga namanya berubah dari Abram menjadi Abraham. Tuhan sendiri menetapkannya menjadi bapa sejumlah besar bangsa. Kedua, Tuhan berjanji untuk membuat anak cucu Abraham bertambah sangat banyak, keturunannya menjadi bangsa-bangsa bahkan raja-raja akan berasal dari padanya. Ketiga, perjanjian Allah dan Abraham ini sifatnya mengikat Abraham dan seluruh keturunannya. Sebab itu Tuhan akan menjadi Allah Abraham dan keturunannya. Keempat, Tuhan akan memberikan tanah Kanaan kepada Abraham dan keturunannya. Kelima, Abraham dan keturunannya berkewajiban untuk memegang janji Tuhan ini.

Tuhan Allah kita itu hebat. Dia memberikan kepercayaan penuh kepada manusia untuk membuka diri dan percaya kepada-Nya. Abraham dan keturunannya mengalami kasih Tuhan. Kasih Tuhan itu terungkap dalam poin-poin perjanjian yang Tuhan tetapkan dan mengikatnya dengan Abraham. Abraham mendengarnya dan menerima perjanjian ini. Kita semua percaya bahwa Tuhan mengikat janji dengan manusia dan Ia tidak pernah ingkar janji. Ia memiliki komitmen ilahi untuk menyelamatkan manusia dan manusia diharapkan percaya kepada-Nya.

Orang-orang Yahudi yakin bahwa mereka semua adalah keturunan Abraham. Mereka juga memanggil Abraham sebagai bapa. Sebenarnya Tuhan Yesus sendiri tidak mempertentangkan pandangan mereka bahwa Abraham adalah Bapa leluhur mereka. Hanya yang mengherankan Yesus adalah kalau mereka mengakui Abraham sebagai Bapa mereka, mengapa mereka tidak percaya kepada-Nya? Mengapa mereka bertegar hati di hadapan Yesus? Satu hal yang Tuhan minta dari mereka adalah kesediaan untuk mendengar-Nya. Untuk itu Tuhan Yesus dengan tegas berkata: “Sungguh, barangsiapa menuruti Firman-Ku, ia tidak akan mengalami maut sampai selama-lamanya.” (Yoh 8:51). Menjadi murid Kristus yang sejati berarti selalu siap untuk mendengar, merenungkan dan melakukan Sabda Tuhan Yesus. Dia sendiri adalah Sabda kehidupan. Dia sendiri adalah tanda Tuhan menepati janji keselamatan umat manusia.

Tuhan Yesus juga menunjukkan diri-Nya sebagai Anak Allah. Ia mengatakan bahwa Bapa di Surga memuliakan-Nya. Dia sebagai Anak tidak memuliakan diri-Nya sendiri. Hanya Dia sebagai Anak yang mengenal Bapa dan menguruti Sabda Bapa. Yesus juga menunjukkan superioritas-Nya bahwa Ia ada mendahului Abraham. Hanya sayang sekali karena orang-orang Yahudi tidak membuka diri mereka untuk mengenal Yesus dan menerima Dia sebagai perwujudan janji Bapa.

Sabda Tuhan pada hari ini memanggil kita untuk selalu bersyukur kepada Tuhan karena Ia selalu memenuhi janji-Nya. Hanya Tuhan saja yang setia, tidak pernah ingkar janji. Janji-Nya yang paling sempurna adalah kehadiran Yesus Putra-Nya sebagai satu-satunya penebus kita. Mari kita belajar untuk setia pada janji-janji kita sebagai orang tua yang menikah, sebagai pejabat publik dan sebagai imam, biarawan dan biarawati.

PJSDB

Leave a Reply

Leave a Reply