Homili Hari Raya Paskah – 2018

Hari Raya Paskah, Kebangkitan Tuhan
Kis 10:34a.37-43
Mzm 118:1-2.16ab-17.22-23
Kol 3:1-4
Yoh 20:1-9

Pokoknya Ia harus bangkit dari antara orang mati!

Selamat Pesta Paskah saudari dan saudara terkasih di dalam Tuhan Yesus Kristus. Kita mengawali perayaan syukur pada Hari Raya Paskah ini dengan sebuah antifon pembuka yang indah: “Aku telah bangkit dan tetap bersama Engkau, Alleluia. Tangan kanan-Mu Engkau tumpangkan atas diriku, Alleluia. Kebijaksanaan-Mu sangat menakjubkan, Alleluia” (Mzm 139:5-6). Antifon Pembuka ini mengantar kita untuk memahami makna perayaan Paskah pada hari ini bahwa Tuhan Yesus Kristus telah menderita sengsara, wafat dan bangkit dengan mulia. Ia berasal dari Bapa dan akan tetap bersama Bapa dalam Roh Kudus. Di pihak kita sebagai manusia, merayakan Paskah berarti merasakan kuasa kebangkitan Tuhan, dengan tangan kanan-Nya yang kuat untuk melindungi dan memberkati kita semua. Ia mengajarkan kebijaksanaan-Nya supaya kita hidup layak sebagai anak-anak dengan martabat baru yakni sebagai anak Allah.

Pada hari ini kita mengenangkan dengan sukacita, tanpa ketakutan untuk mewartakan bahwa Tuhan Yesus Kristus telah bangkit dengan mulia. Ia mengalahkan dosa dan maut satu kali untuk selama-lamanya. Tuhan Yesus yang satu dan sama membangkitkan iman, harapan dan cinta kasih yang tertuju kepada Bapa. Ia juga menganugerahkan hidup kekal bagi kita semua. Kebangkitan Yesus Kristus memiliki daya transformatif yang luar biasa bagi kita yang mengimani-Nya.

Banyak orang mempertanyakan kebenaran kebangkitan Kristus. Mereka meragukan adanya misteri makam kosong dan berbagai teori tertentu yang mengaburkan iman kristiani akan kebangkitan Yesus Kristus. Katekismus Gereja Katolik mengajarkan begini: “Misteri Paskah salib dan kebangkitan Kristus adalah jantung warta gembira, yang harus disampaikan para Rasul – dan Gereja sebagai penerusnya – kepada dunia. Dalam kematian Putera-Nya Yesus Kristus, rencana keselamatan Allah terpenuhi “satu kali untuk selama-lamanya” (Ibr 9:26).” (KGK, 571). Jadi kebangkitan Kristus adalah jantung warta gembira yang harus diwartakan oleh para rasul dan Gereja hingga saat ini.

St. Petrus menyadari tugas istimewa untuk mewartakan kebangkitan Yesus Kristus. Di dalam Injil Markus, para wanita yang pergi ke makam Yesus mendapatkan pesan pewartaan dari pemuda yang berpakaian putih di dalam makam Yesus untuk pergi dan menyampaikan para murid-Nya dan Petrus bahwa Ia mendahului mereka ke Galilea dan di sana mereka akan melihat dengan mata mereka sendiri. Petrus mengingat tugas perutusan maka ia tanpa ragu mewartakan kebangkitan Tuhan Yesus Kristus kepada banyak orang. Di rumah Kornelius, Petrus mengakui iman dan pengalamannya bersama Yesus Kristus. Seluruh hidup Yesus diwartakannya dengan penuh sukacita. Ia menegaskan kesaksiannya akan kebangkitan Yesus seperti ini: “Kami telah makan dan minum bersama dengan Yesus setelah Ia bangkit dari antara orang mati.” Petrus tidak berteori tentang kebangkitan Yesus, tetapi Ia mewartakan pengalamannya akan Yesus Kristus yang bangkit mulia kepada sesamanya di rumah Kornelius.

Sikap hidup Petrus ini patutlah kita ikuti dalam hidup sebagai pengikut Kristus masa kini. Kita semua menerima pembaptisan yang satu dan sama maka tugas kita adalah mewartakan kebangkitan Yesus Kristus dengan hidup pribadi, dalam pikiran, perkataan dan perbuatan kita. Apa yang kita dengar, yang kita hayati dan kita alami, itulah yang kita wartakan kepada semua orang. Kita mengikuti para rasul yang menjadi saksi mata kebangkitan Yesus, bahkan sampai menjadi martir bagi Yesus yang bangkit.

St. Paulus dalam bacaan kedua menguatkan kita supaya menjadi saksi kebangkitan dengan sebuah skala prioritas yang tepat. Dia mengatakakan bahwa dengan kebangkitan Kristus maka kita perlu mencari perkara yang di atas atau perkara surgawi. Di sanalah Kristus berada, duduk di sebelah kanan Allah. Maka orientasi hidup kita sebagai pengikut Kristus adalah memikirkan perkara surgawi bukan perkara duniawi. Mengapa kita perlu mencari perkara yang di atas? Alasan utamanya adalah karena Kristus adalah hidup kita. Kita semua adalah orang berdosa yang sudah mati dan hidup tersembunyi bersama Kristus dalam Allah. Nah, apakah kita sadar bahwa kita sedang hidup bersama dengan Kristus? Apakah hidup kita sungguh-sungguh tersembunyi bersama Yesus di dalam Allah?

Dalam bacaan Injil Yohanes kita mendengar kisah kebangkitan Yesus. Ketika itu Maria Magdalena pergi melihat kubur Yesus. Suasananya masih pagi-pagi buta dan ia hanya melihat makam kosong. Ia membutuhkan komunitas untuk meneguhkannya. Sebab itu ia berlari-lari ke rumah untuk mendapatkan Simon Petrus dan Yohanes dan menyampaikan bahwa Tuhan telah diambil dari kubur-Nya dan ia tidak tahu di mana Yesus diletakkan. Tentu saja berita seperti ini mengagetkan komunitas. Simon Petrus pun menyusul ke kubur Yesus bersama Yohanes. Mereka berdua juga menyaksikan hal yang sama. Hanya ada makam kosong! Ini sebuah realitas. Mengapa kedua rasul inti ini juga hanya menyaksikan makam kosong? Alasan utamanya adalah sebab mereka belum mengerti isi Kitab Suci yang mengatakan bahwa Yesus harus bangkit dari antara orang mati.

Perayaan Ekaristi pada Hari Raya Paskah ini mengundang kita untuk memberi kesaksikan tentang kebangkitan Yesus dari pengalaman bersama Yesus. Simon Petrus bersaksi tentang Yesus di rumah Kornelius ini berdasarkan pengalaman pribadinya bersama Yesus. Kita juga perlu mengikuti teladan inspiratif dari St. Paulus yang mengajak kita untuk memiliki rasa optimisme yang kuat. Hanya dengan demikian kita berani bersaksi dengan benar tentang kebangkitan Yesus Kristus. Selamat merayakan Paskah 2018.

PJSDB

Leave a Reply

Leave a Reply