Homili 31 Juli 2018

Hari Selasa, Pekan Biasa ke-XVII
Yer. 14:17-22
Mzm. 79:8,9,11,13
Mat. 13:36-43

Kami telah berdosa kepada-Mu

Saya pernah diundang untuk melayani sakramen tobat pada sebuah kelompok kategorial di sebuah keuskupan. Sebelum pelayanan di mulai saya mendengar sharing-sharing pengalaman tertentu dari anggota-anggota kelompok kategorial ini. Seorang peserta mengakui dirinya sebagai orang yang memiliki banyak kekurangan. Dosa dan salah tertentu dilakukannya dengan sadar dan kadang mengulanginya meskipun sudah berniat untuk tidak mengulanginya. Dia akhirnya sampai pada satu pikiran yang dia selalu ungkapkan di hadirat Tuhan: “Aku telah berdosa kepada-Mu”. Ia mengatakan ini adalah doa yang diucapkannya di hadirat Tuhan. Sebuah doa yang menjadi miliki semua orang dan dapat didoakan seperti ini: “Kami telah berdosa kepada-Mu”. Saya yakin bahwa doa ini benar-benar menjadi milik kita sebagai orang berdosa dan doa ini juga menunjukkan kerendahan hati kita di hadapan Tuhan yang mahabaik. Tuhan pasti tidak akan memperhitungkan dosa-dosa kita. Ia justru melihat iman kita kepada-Nya dan iman menyelamatkan kita.

Nabi Yeremia melanjutkan sharing pengalamannya sebagaimana kita dengar dalam bacaan pertama. Ia mengaku bercucuran air mata pada waktu siang dan malam sebab anak-anak Israel jatuh terus menerus dalam dosa. Mereka itu ibarat orang yang luka parah dan tidak dapat disembuhkan. Ia juga melihat betapa banyak orang yang mati terbunuh oleh pedang. Ada yang kelaparan dan mengalami aneka penderitaan lainnya. Semua kejadian ini menandakan betapa banyak kerapuhan di dalam hidup manusia saat itu. Betapa banyak dosa yang dilakukan oleh manusia dahulu dan sekarang di hadirat Tuhan. Yeremia melihat semuanya ini dan sebagai seorang nabi, ia menyampaikannya dalam doa kepada Tuhan. Ia memohon kerahiman Tuhan bukan kutukan kepada bangsa Israel.

Inilah sepenggal doa nabi Yeremia: “Ya Tuhan, kami mengetahui kefasikan kami dan kesalahan nenek moyang kami; sungguh, kami telah berdosa kepada-Mu. Janganlah Engkau menampik kami, oleh karena nama-Mu, dan janganlah Engkau menghinakan takhta kemuliaan-Mu! Ingatlah perjanjian-Mu dengan kami, janganlah membatalkannya!” (Yer 14:20-21). Yeremia tidak mengingat dirinya sendiri tetapi sebagai seorang nabi, ia mendoakan umat Israel untuk bersatu dengan Tuhan sesuai dengan janji keselamatan dari Tuhan sendiri. Doa Yeremia ini sejalan dengan doa raja Daud dalam Kitab Mazmur: “Janganlah perhitungkan kepada kami kesalahan nenek moyang kami; kiranya rahmat-Mu segera menyongsong kami, sebab sudah sangat lemah kami. Tolonglah kami, ya Allah penyelamat kami, demi kemuliaan nama-Mu! Lepaskanlah kami dan ampunilah dosa kami oleh karena nama-Mu!” (Mzm 79:8-9).

Di dalam bacaan Injil, Tuhan Yesus menjelaskan perumpamaan tentang penabur. Yesus adalah penabur sejati dan benih-benih adalah setiap perkataan yang keluar dari mulut-Nya. Namun iblis tetap bekerja untuk menghancurkan manusia yang menjadi milik Kristus. Ladang adalah dunia di mana manusia berpijak. Benih yang baik adalah anak-anak Kerajaan sedangkan lalang adalah anak-anak si jahat. Iblis adalah musuh yang menaburkan lalang di antara gandum. Waktu menuai adalah akhir zaman. Para penuai adalah malaikat. Setelah mereka semua memahami penjelasan Yesus ini maka Ia masuk lebih dalam lagi dalam pengajaran tentang keselamatan pada akhir zaman nanti.

Yesus sebagai Anak Manusia akan mengutus malaikat-Nya dan mereka akan mengumpulkan segala sesuatu yang menyesatkan dan semua orang yang melakukan kejahatan dari dalam Kerajaan-Nya. Siksaan api adalah jaminan bagi mereka. Sedangkan anak-anak Kerajaan akan mengalami keselamatan. Mereka akan bercahaya seperti matahari di dalam Kerajaan Bapa.

Apa yang hendak Tuhan Yesus katakan kepada kita semua? Kita perlu membangun semangat pertobatan yang radikal. Kita dapat menjadi anak-anak Kerajaan kalau kita mengenali diri dan kedosaaan kita. Kita melakukan penyesalan dan membangun pertobatan yang radikal. Mengapa masih banyak orang yang jatuh ke dalam dosa? Jawabannya sederhana yakni karena orang belum menyadari bahwa bertobat dari dosa dan salah kita adalah sebuah kebutuhan. Kita membutuhkan Tuhan. Kita membutuhkan pertobatan. Kita membutuhkan surga. Kita membutuhkan keselamatan abadi.

PJ-SDB

Leave a Reply

Leave a Reply