Homili 29 November 2018

Hari Kamis, Pekan Biasa ke-XXXIV
Why 18: 1-2.21-23; 19: 1-3.9a
Mzm 100:2-5
Luk 21: 20-28

Bangkitlah dan angkatlah mukamu!

Apakah anda pernah mengalami jatuh secara fisik dan mental? Pikirkanlah bahwa anda sedang berjalan di depan umum, terantuk dan jatuh. Mungkin anda cepat bangun kembali namun perasaan malu tetap menguasai dirimu. Sebab itu anda berkeringat, marah dan tidak menerima pengalaman terantuk dan jatuh di depan umum. Pikirkanlah anda jatuh secara mental karena mengalami direndahkan oleh orang lain di depan umum. Anda jatuh secara mental karena orang lain menganggap anda tidak mampu, dicaci maki di depan umum atau mengalami ‘digosipi’ atau ‘dicurigai’ dengan seseorang. Pemulihan dari jatuh secara mental itu bukanlah hal yang mudah. Anda butuh banyak waktu untuk mengalami pemulihan dan pengobatan luka bathin yang menimpah dirimu. Sebab itu pengalaman jatuh secara fisik dan jatuh secara mental tidaklah enak dalam pandangan diri pribadi dan pandangan orang lain. Pengalaman jatuh ini membutuhkan waktu, tenaga dan biaya yang besar untuk pemulihan dan penyembuhan luka.

Pada hari ini kita mendengar jatuhnya dua kota yang terkenal dalam Kitab Suci. Penulis Kitab Wahyu, memiliki sebuah visi yang tajam tentang akhir zaman. Ia melihat seorang malaikat turun dari Surga. Malaikat itu memiliki kekuasaan yang besar, kemuliaannya menerangi bumi. Malaikat itu menunjukkan kuasanya dalam seruan ini: “Sudah roboh, sudah robolah Babel, kota besar itu. Babel roboh sebab dihuni oleh roh-roh jahat, tempat bersembunyinya roh najis, dan segala burung yang najis dan yang dibenci”. Kota Babel akan dilemparkan dengan keras ke bawah dan takkan ditemukan lagi. Hal yang mirip juga kita dengar dalam bacaan Injil. Tuhan Yesus mengatakan kepada para murid tentang situasi yang akan terjadi di Yerusalem. Para tentara akan mengepung Yerusalem sebagai tanda bahwa keruntuhannya sudah dekat. Hal ini tentu menakutkan banyak orang, sebab itu orang-orang Yehuda akan melarikan diri ke pegunungan, orang-orang di dalam kota akan mengungsi, orang-orang di pedusunan jangan masuk ke dalam kota. Ini adalah saat pembalasan. Kedua kota ini menjadi symbol yang penting dalam hal kekuasaan dalam dunia perjanjian lama dan perjanjian baru. Kedua kota ini memiliki sejarah yang besar, dan memiliki kaitan erat dengan sejarah keselamatan kita.

Kota Babel dan Yerusalem merupakan lambang kehadiran umat manusia sepanjang sejarah. Di kedua kota ini pernah ada kekuasaan yang menyatukan semua orang dari berbagai suku, bangsa dan bahasa. Babel dengan para rajanya yang memiliki kekuasaan manusiawi yang besar dan luar biasa seperti raja Nebukhadnezar. Yerusalem memiliki raja-raja terkenal seperti Raja Daud dan Raja Salomo. Semua mata tertuju kepada kuasa para raja manusiawi dan lupa akan raja ilahi yang memiliki semua kuasa. Masalahnya adalah kedua kota ini terancam hancur karena manusianya begitu jauh dari Tuhan. Manusia menikmati dosa dan salah dan lupa bahwa dosa itu menjauhkan mereka dari Tuhan sendiri. Hukuman akan dosa merupakan jalan untuk memurnikan dan menyelamatkan kaum pendosa.

Tuhan Yesus menggunakan contoh kedua kota yakni Babel dan Yerusalem untuk mengingatkan kita supaya bertobat dan kembali kepada-Nya. Mari kita kembali ke Babel dan Yerusalem. Para penghuni kedua kota ini adalah para orang tua dan muda, para pasangan suami dan istri, para pekerja dan penganggur. Mereka sama-sama memiliki hati yang tegar karena tidak mendengar suara Tuhan. Mereka menjauhkan diri dari kuasa Tuhan. Akibatnya adalah kedua kota ini akan hancur. Tuhan menghendaki agar para penghuni kedua kota ini bertobat secara radikal. Hanya pertobatanlah yang dapat membuka jalan supaya berkat dan rahmat Tuhan mengalir ke dalam kedua kota ini.

Kita juga mendapat informasi dalam bacaan pertama bahwa kota Babel hancur, dan diikuti tanda-tanda lain: tidak akan terdengar lagi suara kecapi, seruling, penyanyi, peniup seruling dan sangkakala. Suara kilangan tidak terdengar lagi. Tak ada cahaya lampu. Dalam bacaan Injil, Tuhan Yesus menggambarkan tanda-tanda alamiah seperti yang dapat disaksikan pada matahari, bulan dan bintang-bintang. Selain itu, tanda alam seperti deru dan gelora laut yang menakutkan, kecemasan yang mematikan manusia terutama berkaitan dengan hal-hal yang menimpa bumi, dan kuasa-kuasa langit yang bergoncangan. Semua ini menakutkan dan mematikan.

Sabda Tuhan pada hari ini membantu kita untuk mawas diri terhadap dosa dan salah yang sudah sedang kita lakukan dalam hidup setiap hari. Setiap dosa memiliki kekuatan untuk menghancurkan hidup manusia. Kita selalu melakukan perbuatan salah dan dosa, bahkan kadang-kadang mengulangi dosa yang sama dalam hidup setiap hari. Sebab itu kita harus berusaha untuk mendekatkan diri dalam lingkaran kuasa Tuhan semesta alam, bukan percaya pada kekuatan gaib atau pada nabi-nabi palsu. Satu hal praktis yang harus kita lakukan sebagai orang beriman adalah bangkit dan mengangkat muka sebab waktu penyelamatanmu sudah dekat. Waktu penyelamatan adalah datangnya Anak Manusia dalam awan dengan segala kekuasaan dan kemuliaan-Nya. Waktu yang tepat hanya diketahui oleh Allah Bapa sendiri.

Mari kita bangkit setelah mengalami jatuh dalam dosa. Pengalaman jatuh ke dalam dosa adalah guru kehidupan. Sebab itu pertobatan adalah jalan terbaik untuk kembali mengalami kasih dan kerahiman Allah. Mari kita mengangkat muka sambil memandang Tuhan Yesus tersalib. In Cruce Salus. Pada salib ada keselamatan. Mengangkat muka untuk memandang keselamatan kita. Anda sudah pernah jatuh? Bangkitlah kembali karena masih ada pengalaman jatuh lagi dalam kesempatang dan waktu yang berbeda. Ingat, bangkitlah, angkatlah mukamu sebab keselamatan sedang datang kepada kita.

PJ-SDB

Leave a Reply

Leave a Reply