Homili Misa Fajar Hari Natal A-B-C – 2018

Hari Raya Natal – Misa Fajar
Yes 62: 11-12
Mzm 97:1.6.11-12
Tit 3:4-7
Luk 2:15-20

Yesus lahir dalam keluarga

Apa yang terlintas dalam pikiran kita tentang kelahiran Yesus Kristus? Pada malam Natal, kita semua mendapat gambaran yang jelas tentang kelahiran Yesus Kristus di kota Daud yaitu Bethlehem. Para penginjil, khususnya Matius dan Lukas memberi kesaksian bahwa Yesus memiliki ibu, namanya Maria dan ayah bernama Yusuf. Maria adalah wanita kudus, dia dikandung tanpa noda dosa. Yusuf adalah seorang pria hebat. Kehebatannya terletak pada ketulusan hati dan kejujurannya di hadirat Tuhan untuk menerima Maria dan Yesus sebagai bagian dari hidupnya. Di dalam keluarga ini lahir Yesus Penebus kita. Ia menjadi bagian dari keluarga kudus dari Nazaret.

Saya teringat pada pengalaman rohan St. Paus Paulus VI. Ia pernah berziarah ke Nazareth, dan coba merenungkan lebih dalam spiritualitas keluarga kudus dari Nazareth. Ia sampai pada kesimpulan dalam perkataan ini begini: “Keluarga kudus dari Nazareth adalah sebuah sekolah. Betapa aku ingin kembali ke masa kanak-kanakku dan belajar di sekolah yang sederhana namun mendalam.” Bagi St. Paus Paulus VI, ada tiga hal penting yang patut kita pelajari dari keluarga kudus Nazareth: Pertama, kita belajar dari keheningan yang ada di dalam keluarga itu. Sikap bathin yang mengagumkan ini kita butuhkan untuk memerangi tekanan dan kebisingan dunia. Kedua, Keluarga Nazareth merupakan contoh yang harus ditiru oleh setiap keluarga, suatu komunitas kasih dan sharing yang indah karena keragaman masalah yang dihadapinya dan karena ganjaran yang ia nikmati. Keluarga Nazareth merupakan satu setting yang sempurna untuk membesarkan anak-anak dan untuk ini tidak ada gantinya. Ketiga, Di Nazareth, di dalam rumah anak tukang kayu itu, kita belajar tentang bekerja dan disiplin yang dituntutnya.

Penginjil Lukas pada pagi hari ini mengisahkan tentang para gembala yang bersukacita karena mendengar ajakan malaikat untuk pergi ke Bethlehem. Para gembala adalah orang-orang sederhana yang merasa menjadi satu keluarga, mendengar perkataan Malaikat dan ingin melihat dan percaya kepada Yesus yang barusan lahir. Inilah perkataan di antara mereka: “Marilah kita pergi ke Betlehem untuk melihat apa yang terjadi di sana, seperti yang diberitahukan Tuhan kepada kita.” (Luk 2:15). Mungkin saja ada di antara mereka yang masih meragukan perkataan dan kesaksian malaikat. Sebab itu merekapun bergegas pergi ke Bethlehem. Ternyata apa yang dikatakan malaikat itu benar adanya. Mereka menemukan keluarga kudus: Maria, Yusuf dan bayi yang terbaring di dalam palungan.

Ada satu hal yang menarik perhatian kita yakni sosok Bunda Maria. Sebenarnya dia juga sosok utama dalam peristiwa Natal. Ia mendengar kesaksian para gembala dan semua orang yang heran mendengar kesaksian para gembala itu. Ia memilih diam dan menyimpan semua perkara ini di dalam hati dan merenungkannya. Ini adalah nilai tambah yang dimiliki oleh Bunda Maria. Ia tidak ikut ramai, menepuk dada sambil menunjukkan kehebatannya sebagai ibu Yesus. Ia hanya diam sambil merenung misteri ilahi ini. Hanya dia dan Tuhan yang mengetahui semua ini.

Perayaan natal dalam keluarga memang membawa sukacita tersendiri. Kelahiran Yesus membuka jalan bagi setiap keluarga katolik untuk memberikan ruang yang cukup bagi kasih Tuhan Allah dalam keluarga. Kasih itu universal, menjangkau hidup setiap pribadi, orang jahat dan baik yang mungkin juga menjadi bagian dalam keluarga. Natal sungguh membaharui kita untuk menjadikan keluarga atau komunitas sebagai sebuah pilihan prioritas. Nomor satu adalah keluarga, nomor dua adalah keluarga, nomor tiga adalah keluarga. Keluarga adalah segalanya karena Yesus selalu hadir.

Pada hari ini kita berusaha juga untuk melihat kedatangan sang penyelamat. Dia akan menyelamatkan kita seturut belas kasih-Nya. Hanya dengan demikian kita bersatu sebagai satu keluarga Allah dalam diri Yesus Penebus kita.

Selamat Natal 25 Desember 2018

PJ-SDB

Leave a Reply

Leave a Reply