Homili 5 Oktober 2019

Hari Sabtu, Pekan Biasa ke-XXVI
Bar. 4:5-12,27-29
Mzm. 69:33-35,36-37
Luk. 10:17-24

Kuatkanlah hatimu!

Pengalaman masa lalu adalah guru kehidupan kita sekarang dan menyongsong masa depan. Adalah Jeremy Iron, seorang aktor kenamaan dari Inggris pernah berkata: “Kita memiliki mesin waktu sendiri-sendiri. Sebagian membawa kita ke masa lalu yang disebut memori. Sebagian lain membawa kita ke masa depan yang disebut mimpi.” Pengalaman masa lalu selalu menjadi memori yang dapat mendewasakan kita sekarang dan nanti. Maka kurang begitu bijak jika kita membenarkan diri dengan mengatakan bahwa masa lalu tidaklah berguna. Masa lalu ada gunanya yakni mengoreksi kita untuk menjadi pribadi yang terbaik di masa sekarang dan nanti. Kita butuh kesempatan untuk menguatkan hati dan pikiran kita di hadirat Tuhan dan sesama.

Pada hari ini kita mendengar bacaan pertama yang merupakan kelanjutan dari Kitab Barukh. Nama Barukh berarti ‘diberkati’, maka apa yang kita dengar dan baca juga kiranya menunjukkan berkat Tuhan yang tiada habisnya bagi orang-orang berdosa. Barukh mencoba membuka pikiran bangsa Israel untuk mengingat-ingat kembali masa lalu yang penuh kekelaman namun tersembunyi berkat Tuhan yang tiada berubah dan habisnya. Kita membacanya: “Kuatkanlah hatimu, hai bangsaku, yang membawa nama Israel! Kamu telah dijual kepada bangsa-bangsa lain, tetapi tidak untuk dibinasakan. Karena telah memurkakan Allah maka kamu diserahkan kepada para lawan.” (Bar 4:5-6). Dosa-dosa masa lalu dari bangsa Israel adalah mereka tidak taat kepada peraturan yang ditetapkan Tuhan Allah, mereka tidak mendengar suara Tuhan dan menyembah berhala. Mereka memberi kurban kepada setan bukan kepada Tuhan Allah. Ini adalah kejahatan dan dosa bangsa Israel yang mengundang murkah Allah atas diri mereka.

Murka Allah yang mendatangi bangsa Israel adalah sebuah pengalaman yang keras. Ini adalah sebuah kesedihan besar. Perbuatan jahat dan dosa telah menjauhkan manusia dari Tuhan sumber kasih dan kehidupan. Tuhan menunjukkan diri-Nya laksana manusia yang kesepian: “Janganlah seorangpun bersukaria oleh karena diriku, seorang janda yang telah ditinggalkan banyak anak. Karena dosa anak-anakku aku menjadi kesepian, sebab mereka telah berpaling dari hukum Taurat Allah.” (Bar 4:12). Tuhan tentu bermaksud supaya manusia dapat sadar diri dan kembali kepada Tuhan melalui pertobatan yang radikal.

Tuhan bagi Barukh, benar-benar menunjukkan kasih dan kerahiman-Nya. Segala berkat akhirnya mengalir kembali bagi manusia yang berdosa. Tentang hal ini barukh berkata: “Kuatkanlah hatimu, anak-anakku, berserulah kepada Allah; Dia yang mengirim bencana itu akan teringat kepadamu pula. Seperti dahulu angan-angan hatimu tertuju untuk bersesat dari Allah, demikian hendaklah kamu sekarang berbalik untuk mencari Dia dengan sepuluh kali lebih rajin. Memang Dia yang telah mengirim segala bencana itu kepada kamu akan mengirim pula sukacita abadi bersama dengan penyelamatanmu.” (Bar 4: 27-29).

Mari kita kembali kepada pengalaman masa lalu kita. Bangsa Israel mengalami kesulitan karena diri mereka yang tidak merasakan kasih dan kerahiman Allah sendiri. Mereka memilih untuk berpaling dari Tuhan sehingga mendatangkan murkah Allah. Namun demikian sifat Allah adalah Maharahim dan besar kasih setia-Nya. Sebab itu Tuhan Allah akan mendengar orang yang membuka hati dan berseru kepada-Nya, dan mereka yang berbalik kepada-Nya secara radikal. Tuhan tetaplah menjadi sumber sukacita dan keselamatan kita. Maka orang harus tetap berharap kepada Tuhan, menguatkan hati dan menaruh harapannya kepada Tuhan.

Para murid yang diutus Tuhan Yesus sebanyak tujuh puluh, kembali dengan sukacita karena tanda-tanda ajaib yang telah mereka lakukan. Dengan bangga mereka membagi pengalaman hidup mereka kepada Yesus. Dengan hanya berkata, “Dalam nama Yesus…” setan-setan menjadi takhluk. Nama Yesus dalam naskah bahasa asli Yunani: “ιησους χριστος – IÊSOUS KHRISTOS”. Dan Nama Yesus dalam aksara Ibrani adalah יֵשׁוּעַ הַמָּשִׁיחַ – YESHUA HAMASIAKH. Nama Yeshua berarti Allah adalah keselamatan. Sebab itu sangat tepat bilah dengan mengatakan nama Yesus, setan-setang menjadi takhluk. Ini menjadi sukacita para murid yang diutus Yesus. Ini benar-benar pikiran para murid yang sangat manusiawi.

Tuhan Yesus meluruskan sukacita manusiawi para murid dengan sukacita surgawi. Ia berkata: “Aku melihat Iblis jatuh seperti kilat dari langit. Sesungguhnya Aku telah memberikan kuasa kepada kamu untuk menginjak ular dan kalajengking dan kuasa untuk menahan kekuatan musuh, sehingga tidak ada yang akan membahayakan kamu. Namun demikian janganlah bersukacita karena roh-roh itu takluk kepadamu, tetapi bersukacitalah karena namamu ada terdaftar di sorga.” (Luk 10: 18-20). Maka sukacita yang besar adalah ketika seorang murid atau utusan melakukan tugasnya dengan setia dan surga adalah jaminannya bukan suasana takhluknya setan-setan saja.

Tantangan Gereja masa kini adalah para pelayan mudah puas dengan hal-hal lahiria saja dan lupa akan kehendak Tuhan yang sebenarnya. Seorang pelayan Tuhan mudah jatuh dalam pujian-pujian manusiawi sehingga ia melayani bukan untuk kemuliaan Tuhan melainkan untuk kemuliaan namanya sendiri. Seorang gembala mudah jatuh ketika dia mendapat pujian bahwa homilinya bagus, pelayanannya keren dan akhirnya Tuhan Yesus menjadi nomor dua dalam hidup dan pelayanannya. Yesus memberi warning bagi Gereja dan kita semua bahwa yang terpenting dari pelayanan kita adalah nama kita tercatat di surga.

Maka kita harus berani menguatkan hati kita di hadapan Tuhan Yesus yang mengutus kita untuk bersaksi. Hal yang perlu kita lakukan di dalam hidup kita adalah selalu menguatkan hati dan bersukacita dalam Tuhan. Kita bersyukur atas segala pengalaman hidup kita, suka dan duka yang kita alami setiap hari. Dengan hati penuh syukur maka Tuhan akan menguatkan kita dalam hidup dan karya selanjutnya. Kita menjadi berkat bagi mereka yang sedang membutuhkan berkat Tuhan sebab kita membawa kabar gembira dan kasih Tuhan kepada mereka.

PJ-SDB

Leave a Reply

Leave a Reply