Homili 14 Oktober 2019

Hari Senin, Pekan Biasa ke-XXVIII
Rm. 1:1-7
Mzm. 98:1,2-3ab,3cd-4
Luk. 11:29-32

Yesus adalah Tuhan!

Saya mengawali hari baru ini dengan mengingat St. Petrus dalam kotbahnya yang menegaskan bahwa Yesus adalah Tuhan: “Jadi seluruh kaum Israel harus tahu dengan pasti, bahwa Allah telah membuat Yesus, yang kamu salibkan itu, menjadi Tuhan dan Kristus.” (Kis 2:36). Yesus adalah Tuhan karena Dia telah wafat dan bangkit dengan mulia dan kita mengambil bagian dalam Paskah-Nya. Dialah yang diurapi atau dikuduskan Allah untuk menebus dosa manusia. St. Paulus pernah memberi nasihat-nasihat bagi Jemaat di Filipi supaya bersatu dan merendahkan diri seperti Kristus sendiri. Ia mengakhiri nasihat-nasihatnya dengan berkata: “Segala lidah mengaku: “Yesus Kristus adalah Tuhan,” bagi kemuliaan Allah, Bapa!” (Flp 2:11). Di bagian lain Paulus berkata: “Ia [Yesus Sang Mesias] adalah Allah yang harus dipuji sampai selama-lamanya. Amin!” (Rom 9:5). Pengakuan iman St. Petrus dan St. Paulus bahwa Yesus adalah Tuhan memiliki konsekuensi logis yang sangat besar bagi pertumbuhan iman kita kepada Tuhan Yesus Kristus. Dalam hal ini kita semua percaya bahwa Yesus Kristus itu sungguh Allah dan sungguh manusia. Kita menyebut Yesus sungguh Allah berarti Dia adalah Tuhan. Perlu kita pahami bahwa Gereja Katolik memang tidak membedakan istilah antara Tuhan dengan Allah, karena memang keduanya sama maknanya, jika mengacu kepada Sang Ilahi.

Pada hari Tuhan Yesus sangat keras memberikan kritikan kepada orang banyak yang mengikuti-Nya dari dekat, mendengar Sabda dan menyaksikan atau mengalami sendiri tanda-tanda heran dari Yesus. Kritikan pantas diberikan Yesus kepada mereka sebab ‘orang banyak’ ini tidak malu menuntut suatu tanda. Padahal dari semua perkataan dan tanda-tanda heran, seharusnya sudah menunjukkan bahwa Yesus adalah Tuhan. Maka Yesus menamai ‘orang banyak’ itu sebagai angkatan yang jahat yang memiliki mata namun tidak melihat, memiliki telinga tetapi tidak mendengar. Yesus mengatakan bahwa Ia tidak akan memberi sebuah tanda khusus tentang diri-Nya di hadapan mereka. Mereka semua adalah orang Yahudi yang mengetahui seluk beluk kehidupan Yunus sehingga layaklah kisah hidup Yunus ini menjadi tanda bagi mereka. Yunus adalah tanda bagi orang-orang Ninive karena dua pengalaman ini: Ia pernah menghuni perut ikan selama tiga hari dan tiga malam (Yun 1:17) karena tidak mengikuti kehendak Tuhan. Dia juga menyatakan pertobatan kepada orang-orang Ninive. Tuhan Yesus menyatakan diri sebagai Anak Manusia, menjadikan Yunus sebagai tanda sebab Ia juga akan menghuni perut bumi selama tiga hari dan tiga malam karena ketaatan-Nya kepada Bapa. Dia menyerukan pertobatan manusia dan mengajak mereka untuk percaya kepada Injil. Dengan demikian keselamatan menjadi milik mereka.

Tuhan Yesus juga membuka pikiran ‘orang banyak’ dengan mengambil dan membandingkan contoh-contoh lain dalam Kitab Suci. Dia adalah Tuhan maka pasti lebih bijaksana dari Salomo. Semua orang akan mencari Dia untuk menemukan kebijaksanaan sejati. Yesus lebih besar dari Yunus sebab Yunus memulai perjalanannya dengan tidak taat kepada Tuhan kemudian baru taat kepada Tuhan. Yesus memulai segalanya dengan taat kepada kehendak Bapa di Surga. Saya membayangkan bahwa ‘orang banyak’ yang sedang mengerumuni Dia akan mengerti jati diri Yesus yang sebenarnya yakni Yesus adalah Tuhan bagi segalanya.

St. Paulus dalam suratnya kepada jemaat di Roma, coba membangkitkan pikiran kita untuk semakin mengimani Yesus sebagai Tuhan. Ini benar-benar sebagai tanda sejati dengan menghadirkan jati diri Yesus yang sebenarnya. Mula-mula Paulus mengaku diri sebagai hamba Kristus Yesus, mendapat panggilan untuk menjadi rasul supaya memberitakan Injil Allah. Baginya, isi pokok Injil adalah tentang Yesus sebagai Anak Allah. Dia sungguh manusia dan sungguh Allah sebab menurut daging dilahirkan dari keturunan Daud, menurut Roh kekudusan dinyatakan sebagai Anak Allah yang berkuasa. Paulus juga menjelaskan bahwa Paskah Kristus telah membuka pikiran kita supaya percaya bahwa Yesus Kristus adalah Tuhan. Dia menjadikan kita sebagai milik kepunyaan-Nya dan menguduskan kita semua.

Pada hari Tuhan menghendaki supaya kita semakin percaya dan mengasihi Yesus sebagai satu-satunya Tuhan kita. Mengikuti Santu Paulus, Yesus menjadi satu-satunya pengantara kita kepada Bapa (1Tim 2:5). Dia benar-benar tanda sejati bagi kita, tidak ada yang lain.

PJ-SDB

Leave a Reply

Leave a Reply