Misinaris Sejati

Misionaris Sejati

Pada sore hari ini saya membaca kembali Maximum Illud. Ini adalah sebuah Surat Apsotolik yang ditulis oleh Paus Benediktus ke-XV pada tanggal 30 November 1919, sebagai reaksi gereja terhadap kehidupan misioner pasca perang dunia pertama tahun 1918. Saya menemukan kalimat-kalimat yang inspiratif berikut ini:

“Sebagaimana Gereja Allah adalah universal, ia tidak asing sama sekali bagi bangsa mana pun sehingga tepatlah bahwa di setiap bangsa muncul para imam yang mampu memimpin orang-orang sebangsanya, menjadi guru-guru hukum ilahi, dan pemimpin- pemimpin jalan kepada keselamatan kekal. Oleh karena itu, di mana ada jumlah yang cukup imam-imam pribumi yang terdidik dengan baik dan pantas dalam panggilan sucinya, di situ Gereja dapat dikatakan dibangun dengan baik, dan karya misioner tercapai. Dan jika kemu-dian muncul badai penganiayaan mengguncang Gereja itu dengan hebat, maka tidak perlu takut, bahwa dengan dasar itu dan dengan akar-akar yang begitu kuat, Gereja tidak akan hancur oleh serangan-serangan musuh.”

Saya bersyukur karena mengenal para imam sebelum saya tertarik untuk masuk kongregasi Salesian Don Bosco. Pertama para imam SVD yang berkarya sebagai misionaris di kampungku hingga akhir tahun 1980an. Mereka adalah para misionaris yang kudus sehingga buah kehidupan misioner mereka adalah kami anak-anak kampung yang saat ini menyebar di seluruh dunia sebagai misionaris. Kedua, para imam Fransiskan (OFM) yang juga menarik perhatian karena kesederhanaan hidup mereka. Jubah coklat memang menarik perhatian karena disitulah kesederhanaan hidup mereka terlukis seperti santu Fransiskus dari Asisi. Ketika para imam Diosesan, yang hidup dalam kesederhanaan sebagai imam ‘pribumi’. Bagi saya, ketiga tarekat ini memang mewarnai pengenalan saya akan kehidupan para imam, meskipun pada akhirnya hati saya tertambat pada Kongregasi Salesian Don Bosco (SDB), sebuah kongregasi misionaris juga. Maka perkataan Paus di atas sangat menginspirasi saya untuk merenung tentang kehidupan misioner.

Maka saya bersyukur karena pernah mengenal para misionaris yang sangat memperkaya panggilan imamatku. Saya berdoa semoga para misionaris yang sudah meninggal dan yang masih hidup tetap diberkati Tuhan. Kita semua adalah misionaris masa kini.

PJ-SDB