Homili 10 Juli 2020

Hari Jumat, Pekan Biasa ke-XIV
Hos. 14:2-10
Mzm. 51:3-4,8-9,12-13,14,17
Mat. 10:16-23

Memandang Wajah Kerahiman Allah

Paus Fransiskus menulis dalam Misericordiae Vultus perkataan yang sangat menginspirasi berikut ini: “Kerahiman adalah fondasi Gereja sendiri. Segala kegiatan pastoralnya harus terungkap dalam kelembutan yang dinyatakan pada umat beriman. Tak satu pun khotbah-khotbah dan kesaksian Gereja kepada dunia tanpa belas kasih. Kredibilitas Gereja itu sendiri terlihat dalam bagaimana ia menunjukkan cinta yang penuh belas kasih dan bela rasa. Gereja tak pernah kehabisan semangat untuk menunjukkan kemurahan hati.” (MV, 10). Saya mengatakan bahwa perkataan Paus Fransikus ini sangat menginspirasi karena kita semua diingatkan bahwa Allah yang kita imani itu Maharahim. Dia adalah seorang Allah Bapa yang Mahabaik, berhati ibu yang penuh kasih. Kerahiman Allah menjadi fondasi gereja kita karena gereja juga memiliki andil besar untuk menunjukkan Wajah Allah yang Maharahim kepada semua orang. Ada kasih yang penuh belas kasih dan empati. Ini menjadi semacam kampanye dari Paus Fransiskus bagi Gereja masa kini supaya benar-benar menunjukkan wajah kerahiman Allah bagi dunia.

Pengalaman akan Allah ditandai dengan pertobatan yang terus menerus. Pertobatan sendiri lalu menjadi kesempatan untuk mengalami kerahiman Allah. Sebelum menjadi seorang imam, saya berpikir bahwa orang mengaku dosa itu hanya menuruti sebuah kebiasaan di mana kita memeriksa batin, mengaku dosa, memperoleh penitensi yang berguna dan selesai. Namun setelah menjadi imam, pikiran saya semakin luas dan berkembang. Saat mengaku dosa saya merasa yakin bahwa Tuhan mengampuni dosa-dosaku dan mengasihi aku apa adanya. Tuhan itu baik, maharahim dan besar kasih setia-Nya bagi manusia yang berharap kepada-Nya. Dan saya tetap merasa yakin bahwa Tuhan tetap menunjukkan kerahiman-Nya bagi manusia.

Pada hari ini kita mendengar nabi Hosea dalam bacaan pertama mengingatkan orang-orang Samaria untuk melakukan pertobatan secara radikal sebab Allah itu senantiasa besar kasih setia-Nya. Allah itu Maharahim kepada orang-orang berdosa. Tuhan berkata: “Bawalah sertamu kata-kata penyesalan, dan bertobatlah kepada Tuhan! katakanlah kepada-Nya: “Ampunilah segala kesalahan, sehingga kami mendapat yang baik, maka kami akan mempersembahkan pengakuan kami.” (Hos 14:2). Kerahiman Allah itu menjadi nyata ketika kita mengakui dosa dan salah kita. Ada rasa penyesalan mendalam karena semua dosa dan salah yang sudah dilakukan dan keterbukaan hati untuk bertobat. Keterbukaan hati itu ditandai dengan sikap memohon ampun atas dosa dan salah kita.

Tuhan sendiri menujukkan kasih dan kebaikan-Nya dengan mengampuni dosa dan salah. Inilah janji Tuhan bagi manusia: “Aku akan memulihkan mereka dari penyelewengan, Aku akan mengasihi mereka dengan sukarela, sebab murka-Ku telah surut dari pada mereka.” Tuhan mengampuni dan memulihkan kita dari segala dosa dan salah kita. Murkanya yang bernyala-nyala menjadi surut karena kasih dan kerahiman-Nya. Itulah Tuhan kita, Allah pengasih dan penyayang. Ia mengasihi kita semua sampai tuntas. Bukti kasih-Nya nyata dalam perkataan ini: “Aku akan memulihkan mereka dari penyelewengan, Aku akan mengasihi mereka dengan sukarela, sebab murka-Ku telah surut dari pada mereka.” Tuhan juga menyebut diri-Nya sebagai embun bagi Israel, bunga bakung dan menjulurkan akar seperti pohon hawar, pohon zaitun dan memberikan aroma keharuman.

Gambaran alamiah tentang kerahiman Allah terlukis dalam analogi-analogi alamiah seperti disebutkan di atas. Dalam pandangan manusia, orang berdosa itu patut dihukum, dalam pandangan Tuhan, orang berdosa patut dikasihi. Orang berdosa yang dikasihi Tuhan akan menunjukkan pertobatan yang radikal. Pertobatan menjadi kesempatan untuk kembali mengalami kasih Allah dalam hidup setiap hari. Pertobatan menjadi momen yang tepat untuk mengalami kerahiman Allah dan siap mewartakan kerahiman atau menjadi saksi kerahiman.

Tuhan Yesus dalam Injil hari ini meminta para murid untuk menjadi saksi kerahiman Allah dengan menyerukan pertobatan dalam pewartaannya. Untuk menjadi pewarta kerahiman Allah tidaklah muda. Ia sendiri berkata: “Lihat, Aku mengutus kamu seperti domba ke tengah-tengah serigala, sebab itu hendaklah kamu cerdik seperti ular dan tulus seperti merpati.” (Mat 10:16). Tentu saja para murid yang mendengar perkataan Yesus ini secara langsung merasa ketakutan dan kecemasan yang kuar biasa. Hanya orang yang sungguh beriman dapat menyatakan kesanggupannya untuk dikirim ke tengah serigala. Setiap murid harus beradaptasi seperti ular dan merpati. Berkaitan dengan hal ini, Tuhan Yesus pernah berkata: “Berbahagialah kamu, jika karena Aku kamu dicela dan dianiaya dan kepadamu difitnahkan segala yang jahat. Bersukacita dan bergembiralah, karena upahmu besar di sorga, sebab demikian juga telah dianiaya nabi-nabi yang sebelum kamu.” (Mat 5:11-12).

Para utusan Tuhan untuk mewartakan kasih dan kerahiman Allah selalu siap untuk menderita karena buah dari penderitaan adalah kebahagiaan abadi. Hal ini dirasakan oleh semua murid Yesus yang akhir hidupnya adalah menumpahkan darah sebagai martir. Benarlah perkataan Tertulianus: “Il sangue dei martiri e’ seme dei Cristiani” (darah para martir adalah benih bagi iman kristiani). Hal yang menarik perhatian kita adalah penyertaan Tuhan. Di saat-saat yang sulit, Tuhan menunjukkan penyertaan-Nya kepada manusia. Yesus berkata: “Apabila mereka menyerahkan kamu, janganlah kamu kuatir akan bagaimana dan akan apa yang harus kamu katakan, karena semuanya itu akan dikaruniakan kepadamu pada saat itu juga. Karena bukan kamu yang berkata-kata, melainkan Roh Bapamu; Dia yang akan berkata-kata di dalam kamu.” (Mat 10:19-20).

Hal yang penting dalam mewartakan kasih dan kerahiman Allah adalah kesetiaan. Para murid bertahan sampai kesudahan sehingga mereka selamat. Kita pun siap mewartakan kerahiman Allah, apapun situasinya. Dan Yesus dengan tegas berkata: “Dan kamu akan dibenci semua orang oleh karena nama-Ku; tetapi orang yang bertahan sampai pada kesudahannya akan selamat.” (Mat 10: 22). Bersama Yesus kita tidak perlu takut karena kita ‘lebih dari pemenang’.

Pada hari ini kita bersukur kepada Tuhan sebab Dia mengingatkan kita supaya melakukan pertobatan yang radikal dan mengalami kerahiman-Nya. Apapun hidup kita, Tuhan akan menguatkan dan menyempurnakan kita. Bersama St. Paulus kita berprinsip: “Karena bagiku hidup adalah Kristus dan mati adalah keuntungan.” (Flp 1:21). Kita setia memandang wajah Kerahiman Allah yang menguatkan kita.

PJ-SDB