Homili 15 Juli 2020

Hari Rabu, Pekan Biasa ke-XV
Peringatan Wajib St. Bonaventura
Yes. 10:5-7,13-16
Mzm. 94:5-6,7-8,9-10,14-15
Mat. 11:25-27

Hidup yang berkenan kepada Tuhan

Sejarah dunia menunjukkan bahwa Revolusi Industri di Eropa terjadi pada tahun 1750-1850. Dampak dari Revolusi Industri ini adalah terjadinya perubahan besar-besaran dalam bidang pertanian, manufaktur, pertambangan, transportasi, dan teknologi. Semua perubahan ini berdampak langsung juga pada kondisi sosial, ekonomi, dan budaya di dunia. Maka banyak kaum muda dan remaja miskin di negara-negara Eropa Barat saat itu harus meninggalkan kampung halamannya dan melakukan urbanisasi secara besar-besaran supaya mencari sesuap nasi dan seteguk air di kota. Padahal mereka sendiri tidak memiliki keterampilan apapun. Maka kaum muda dan remaja ini mengalami eksploitasi dan semakin menderita. Don Bosco adalah seorang imam Diosesan yang ditahbiskan pada tahun 1841. Ia belajar dari pengalamannya sebagai orang miskin dan berusaha untuk menolong anak-anak muda dan remaja yang miskin saat itu di oratoriumnya supaya hidup mereka lebih bermartabat. Dia melatih mereka supaya memiliki keterampilan dan memperkenalkan mereka kepada Tuhan. Prinsip Don Bosco adalah membentuk kaum muda menjadi warga negara yang jujur dan orang Kristen yang baik. Cita-cita dan harapan Don Bosco adalah supaya dia menjadi kudus dan anak-anak muda dan remaja juga menjadi kudus. Maka ia menyiapkan dirinya dan membentuk anak-anak muda dan remaja supaya hidupnya berkenan kepada Tuhan. Pada saat ini Don Bosco adalah orang kudus dan banyak orang mudanya juga kudus. Salah satunya adalah St. Dominikus Savio.

Kita semua memiliki banyak pengalaman di dalam hidup sehari-hari seperti Don Bosco yang prihatin terhadap kaum muda dan remaja dan menolong mereka supaya hidupnya berkenan kepada Tuhan. Di dalam keluarga masing-masing, banyak orang tua yang mencari waktu tambahan untuk menolong anaknya supaya hidupnya berkenan kepada Tuhan dan sesama. Dalam mengedukasi anak-anak, tidak hanya dengan berkata-kata melalui seribu satu nasihat, tetapi dengan teladan dan pengurbaban diri. Anak-anak berubah menjadi baik dan berkenan kepada Tuhan dan sesama karena mendengar dan melihat teladan baik orang tuanya. Banyak anak juga menginspirasi orang tuanya untuk hidup berkenan kepada Tuhan dan sesama. Orang tua yang hanya bisa mengantar anak-anak untuk ikut sekolah minggu, lama kelamaan mengikuti misa kudus baru menunggu anaknya sekolah minggu. Ada transformasi dalam hidup supaya lebih berkenan kepada Tuhan dan sesama. Ini adalah misi bersama Gereja dalam keluarga, lingkungan dan masyarakat kita yakni mendekatkan semua orang kepada Tuhan.

Pada hari ini kita mengalami penguatan akan pengalaman-pengalaman hidup kita oleh Tuhan Yesus. Penginjil Matius mengisahkan bahwa pada suatu ketika Yesus bersyukur kepada Tuhan Bapa di dalam Surga. Ia memengadah ke langit dan berkata: “Aku bersyukur kepada-Mu, Bapa, Tuhan langit dan bumi, karena semuanya itu Engkau sembunyikan bagi orang bijak dan orang pandai, tetapi Engkau nyatakan kepada orang kecil.” (Mat 11:25). Siapakah orang-orang kecil yang dimaksudkan oleh Tuhan Yesus? Mereka adalah para murid pilihan-Nya yang nantinya menjadi rasul. Para murid terpilih adalah nelayan-nelayan sederhana, pejuang bawa tanah dan penagih pajak. Mereka adalah orang-orang kecil, lemah dan tidak sempurna di mata manusia tetapi layak di mata Tuhan sebab Tuhan memiliki rencana yang indah dan luar biasa bagi mereka. Para murid pilihan Yesus yang tidak sempurna ini berkenan di hati Tuhan.

Saya merenungkan perkataan Tuhan Yesus ini dalam konteks panggilanku. Ketika memulai pembinaan untuk menjadi anggota Kongregasi Salesian Don Bosco. Kami memulai masa Novisiat pada tanggal 13 Juni 1990 sebanyak 13 orang. Pada tanggal 13 Juni 1991 kami yang terpilih untuk mengikrarkan kaul pertama sebanyak 9 orang. Pada tanggal 15 Juli 2020 ini, kami tinggal 3 orang, satu menjadi pastor paroki, satu menjadi rector Seminari Tinggi, Keduanya berada di Timor Leste dan saya sendiri di Komunitas Don Bosco Tigaraksa Tangerang. Dan ternyata kami bertiga bukanlah orang hebat. Kami minim bakat dan kemampuan tetapi Tuhan luar biasa karena memilih dan mempercayakan kami menjadi abdinya hingga saat ini. Maka perkataan Yesus ‘yang berkenan di hati Tuhan’ sungguh meneguhkan hidup kami bertiga saat ini. Kami yang lemah tetapi dikuatkan oleh Tuhan. Kiranya perkataan St. Paulus sangat menginspirasi: “Karena bagiku hidup adalah Kristus dan mati adalah keuntungan.” (Flp 1:21). Di tempat lain Paulus berkata: “Namun aku hidup, tetapi bukan lagi aku sendiri yang hidup, melainkan Kristus yang hidup di dalam aku. Dan hidupku yang kuhidupi sekarang di dalam daging, adalah hidup oleh iman dalam Anak Allah yang telah mengasihi aku dan menyerahkan diri-Nya untuk aku.” (Gal 2:20). Dengan hati yang tulus saya bersyukur atas rahmat panggilan untuk mengabdi Tuhan karena saya juga berkenan di hati Tuhan.

Tuhan Yesus selanjutnya mengatakan: “Semua telah diserahkan kepada-Ku oleh Bapa-Ku dan tidak seorangpun mengenal Anak selain Bapa, dan tidak seorangpun mengenal Bapa selain Anak dan orang yang kepadanya Anak itu berkenan menyatakannya.” (Mat 11:27). Perkataan Yesus ini menambah rasa optimisme kristiani di dalam hidup kita. Bukan hanya saya yang mengalaminya, tetapi anda juga mengalami hal yang sama dari Tuhan Yesus. Kita semua percaya bahwa Bapa di surga menyerahkan kita kepada Yesus Putera-Nya untuk dikasihi dan diselamatkan. Dengan demikian kita juga mengenal Bapa yang disapa Yesus sebagai Abba sebab kita berkenan pada Yesus. Apakah kita pernah sadar bahwa kita berkenan pada Yesus? Banyak kali kita lupa bahwa kita berkenan pada Yesus, apapun hidup kita. Kita tidak hanya diserahkan Bapa kepada Yesus tetapi kita ditarik dan diselamatkan. Tuhan Yesus berkata: “Tidak ada seorangpun yang dapat datang kepada-Ku, jikalau ia tidak ditarik oleh Bapa yang mengutus Aku, dan ia akan Kubangkitkan pada akhir zaman.” (Yoh 6:44).

Apa yang harus kita lakukan supaya berkenan kepada Tuhan?

Nabi Yesaya dalam bacaan pertama mengharapkan supaya kita rendah hati di hadirat Tuhan. Kita membiarkan diri kita dibentuk dan diatur oleh Tuhan supaya berkenan kepada-Nya. Inilah perkataan nabi Yesaya: “Adakah kapak memegahkan diri terhadap orang yang memakainya, atau gergaji membesarkan diri terhadap orang yang mempergunakannya? Seolah-olah gada menggerakkan orang yang mengangkatnya, dan seolah-olah tongkat mengangkat orangnya yang bukan kayu! Sebab itu Tuhan, Tuhan semesta alam, akan membuat orang-orangnya yang tegap menjadi kurus kering, dan segala kekayaannya akan dibakar habis, dengan api yang menyala-nyala.” (Yes 10:15-16). Hidup kita di tangan Tuhan maka layaklah kita rendah hati dan selalu bersyukur kepada-Nya. St. Bonaventura, doakanlah kami. Amen.

PJ-SDB