Food For Thought: Keluarga sulid diprediksi

Keluarga tidak dapat diprediksi!

Pada malam hari ini saya melanjutkan bacaan malam saya dari buku ‘The Storm-Tossed Family’ karya Russel Moore. Pada bagian awal buku tentang Salib Sebagai Krisis Keluarga, beliau mengatakan bahwa keluarga itu sulit sebab keluarga tidak dapat diprediksi. Perkataan ini memang hanya bisa dijelaskan oleh Anda sekalian yang menghayatinya dalam keluarga masing-masing. Saya juga dapat memahaminya sendiri dalam konteks kehidupan komunitas saya sebagai soerang Rohaniwan.

Apa yang membuat Moore mengatakan bahwa keluarga itu sulit diprediksi? Ia mengatakan bahwa di dalam setiap keluarga, setiap orang secara pribadi tidak dapat menetapkan kehidupannya sendiri. Ia memberi beberapa contoh, misalnya, kita semua tidak dapat memilih orang tua, gen dan lingkungan di mana kita dibesarkan. Kita lahir dan besar di dalam keluarga dan menemukan model-model yang membentuk kehidupan dan kepribadian kita. Moore juga memberi contoh yang lain, misalnya orang tidak dapat mengetahui segala sesuatu tentang calon pasangan hidupnya. Orang akan sungguh-sungguh jatuh cinta saat mereka mulai hidup bersama. Keaslian mereka akan nampak dengan sendirian. Para orang tua tidak dapat memaksakan anaknya untuk masuk ke dalam rencana mereka yang sudah direncanakan jauh-jauh hari. Saya merasa bahwa perkataan sekaligus kritikan Moore ini cukup realistis dengan kehidupan keluarga juga pribadi-pribadi masa kini.

Moore juga mengatakan bahwa keluarga berarti kerentanan. Ada saat-saat di mana kita merasa terluka akibat perlakuan-perlakuan tertentu di dalam keluarga. Anak-anak yang sering dipersalahkan akan mengalami kesulitan-kesulitan bahkan keengganan untuk bersoalisasi dengan sesamanya. Ada trauma psikis yang perlu disembuhkan. Ketika seorang terluka dan kronis, lalu orang tinggal diam saja maka sungguh menakutkan karena dia akan melukai hidup orang lain yang tidak disukainya. Hal yang penting dan menarik perhatian kita adalah pengalaman terluka itu butuh proses pemulihannya. Sehingga bagi Moore, kita perlu belajar untuk mencintai yang lain sehingga kita berharap bisa menjadi pelindung yang baik. Masih banyak orang yang dibully, tunangan yang memutuskan pertunangannya. Dalam keluarga dapat juga dikenal pribadi-pribadi yang menunjukkan kepura-puraan, memiliki topeng monyet. Keaslian kita sungguh nampak dalam hidup bersama di dalam keluarga.

Saya merasa yakin bahwa perkataan Moore juga masuk dalam pengalaman keseharian di dalam rumah tangga masing-masing. Susah diprediksi! Pada saat prewedding, semua begitu bagus serasa surga hanya milik mereka. Ketika menikah semua acara begitu meriah, semua orang mengatakan kata cantik dan genteng, namun setelah beberapa tahun ada perceraian atau salh satunya diam-diam meninggalkan rumah dengan alasan-alasan yang sesuai dengan pribadinya yang tidak masuk akal. Mengapa demikian? Karena sifat egois masing-masing pribadi. Orang tua terlalu egois sehingga anak-anak menjadi korban. Itulah keluarga yang sulit untuk diprediksi.

Pada hari ini kita diteguhkan dalam keluarga masing-masing. Memang keluarga tidak dapat diprediksi. Namun manusia memiliki akal budi dan hati nurani untuk membentuk keluarganya yang indah dan membahagiakan. Tuhan memberkati dan melindungi keluarga-keluarga kita semua.

P. John Laba, SDB