Food For Thought: Terima kasih Tuhan

Terima kasih Tuhan

Saya mengakhiri Hari Minggu ini dengan mengucapkan kata Terima kasih Tuhan. Tentu saja ucapan semacam ini bukanlah untuk pertama kalinya keluar dari mulut saya. Pada hari ini saya mengucapkannya lebih spesial sebab Tuhan sudah menyadarkan saya melalui sabda-Nya yang luar biasa pada hari Minggu ini. Kesadaran yang muncul dalam iman saya adalah bahwa Tuhan Allah sungguh baik kepada saya. Ia mengundang saya untuk ikut terlibat di dalam perjamuan penuh sukacita di dalam Kerajaan-Nya. Saya menyadari bahwa saya pernah secara sadar tidak mengikuti ajakan dan undangan Tuhan untuk hidup baik di hadirat-Nya. Saya pernah mencari-cari alasan untuk membenarkan diri sehingga pelayanan-pelayanan saya menjadi tidak maksimal. Saya pernah lalai dalam melakukan tugas dan kewajibanku sebagai gembala umat. Saya juga pernah tidak mengenakan pakaian pesta di hadirat Tuhan. Pengalaman ini adalah guru kehidupan dan sangat mendewasakanku. Lebih lagi perkataan Tuhan pada hari ini sungguh menjadi revolusi mental bagiku.

Mengapa saya mengatakan sebagai sebuah revolusi mental bagiku? Saya merenungkan sosok Raja yang menggambarkan Pribadi Allah sendiri yang begitu sabar dengan manusia yang berdosa, manusia egois dan suka membenarkan dirinya, yang kiranya seperti saya sendiri. Tuhan Allah dalam Injil hari ini mencari yang terbaik di dalam diri para undangan khususnya untuk menjamu mereka dengan hidangan lezat. Setiap orang yang diundang pasti layak di mata Tuhan, hanya yang diundang sering tidak tahu diri. Saya berterima kasih karena Tuhan sungguh baik dan hebat. Melalui perkataan-Nya, benar-benar memiliki power untuk mengubah kiblat hidupku, hidupmu dan hidup kita semua.

Di dalam kelemahan seperti ini, saya toh merasa dikuatkan kembali. Saya memandang St. Paulus. Dia juga memiliki masa lalu, banyak kelemahannya. Dalam kelemahannya ia merasa dikuatkan karena kuasa Tuhan. St. Paulus berkata: “Aku tahu apa itu kekurangan dan aku tahu apa itu kelimpahan. Dalam segala hal dan dalam segala perkara tidak ada sesuatu yang merupakan rahasia bagiku; baik dalam hal kenyang, maupun dalam hal kelaparan, baik dalam hal kelimpahan maupun dalam hal kekurangan.” (Flp 4:12). Orang yang pernah memiliki masa kegelapan, tetapi rendah hati akan mengenal dirinya dan mengakui kelemahannya di hadirat Tuhan. Orang sombong akan merasa tidak pernah berdosa. Makanya St. Paulus juga berkata: “Segala perkara dapat kutanggung di dalam Dia yang memberi kekuatan kepadaku.” (Flp 4:13). Paulus mengandalkan Tuhan, kita lebih sering mengandalkan diri sendiri.

Terima kasih Tuhan. Ternyata segala perkaraku dapat kutanggung di dalam Dikau sendiri yang senantiasa memberi kekuatan kepadaku. Begitu luar biasanya Engkau Tuhan. Kasih-Mu tidak pernah berubah bagiku. Rasa syukurku memang tidak Engkau butuhkan, tetapi saya tetap menyatakan syukur kepada-Mu. Terima kasih Tuhan untuk sabda-Mu yang sangat menguatkan dan transformatif. Sungguh, “Firman-Mu itu pelita bagi kakiku dan terang bagi jalanku.” (Mzm 119:105).

Tuhan memberkati kita semua.

P. John Laba, SDB