Homili 19 Oktober 2020

Hari Senin, Pekan Biasa ke-XXIX
Ef. 2:1-10
Mzm. 100:2,3,4,5
Luk. 12: 13-21

Allah kita kaya Rahmat

Joseph Addison (1672-1719) adalah seorang politikus, penulis dan penyair dari Inggris. Beliau pernah berkata: “Rahmat sering datang kepada kita dalam bentuk kesakitan, kehilangan dan kekecewaan; tetapi kalau kita sabar, kita segera akan melihat bentuk aslinya.” Saya sepakat dengan Addison. Rahmat atau kasih karunia itu kita peroleh gratis dari Tuhan, namun pengalaman membuktikan bahwa rahmat itu datang dalam bentuk kesakitan, kehilangan dan kekecewaan. Yang diperlukan dari kita hanya sebuah kesabaran untuk memenangkan rahmat yang dibutuhkan itu.

Selama masa pandemi covid-19 ini, kita semua mengalami kesulitan berupa kesakitan, kehilangan dan kekecewaan. Ada banyak saudari dan saudara kita yang mengalami kesulitan berupa kesakitan. Mendengar nama covid-19, kita membayangkan betapa menderita, hingga nyawa menjadi korban. Ketika dikuburkan juga terburu-buru sehingga anggota keluargapun tidak bisa berpartisipasi secara maksimal. Banyak di antara kita yang merasa kehilangan orang-orang yang dikasihi. Saya sempat merayakan misa keluarga yang menjadi korban covid-19 dan merasakan beban hidup juga perasaan kehilangan yang mereka alami. Pengalaman kekecewaan tentu dialami oleh semua orang. Kami para konfrater Salesian di Timor Leste dan Indonesia barusan kehilangan seorang konfrater, Romo Ilidio Correia, SDB. Dia seorang imam yang berusia 50 tahun, meninggal saat baru memulai perayaan Ekaristi di Dili, Timor Leste. Perasaan kecewa dengan Tuhan dan sesama sedang menguasai hidup orang-orang tertentu. Sebagai orang beriman, pengalaman-pengalaman ini merupakan sebuah rahmat dari Tuhan sang Pencipta, bila kita memandangnya dari kacamata iman.

Pada hari ini saya merasa dikuatkan oleh perkataan Santu Paulus ini: “Sebenarnya dahulu kami semua juga terhitung di antara mereka, ketika kami hidup di dalam hawa nafsu daging dan menuruti kehendak daging dan pikiran kami yang jahat. Pada dasarnya kami adalah orang-orang yang harus dimurkai, sama seperti mereka yang lain. Tetapi Allah yang kaya dengan rahmat, oleh karena kasih-Nya yang besar, yang dilimpahkan-Nya kepada kita, telah menghidupkan kita bersama-sama dengan Kristus, sekalipun kita telah mati oleh kesalahan-kesalahan kita oleh kasih karunia kamu diselamatkan.” (Ef 2:3-4). Pikiran saya dibuka lebar-lebar oleh Paulus karena setiap orang memang memiliki masa lalunya. Paulus pernah menjadi Saulus yang kejam tetapi bertobat menjadi Paulus, seorang rasul, misionaris agung yang kudus. Kita masing-masing memiliki cerita masa lalu dan Tuhan mengubahnya menjadi baik dan baru karena Dia kaya rahmat. Dialah yang menjadikan kita hidup bersama Kristus dan mengakui-Nya dengan bangga.

Apa yang harus kita lakukan?

Untuk dapat merasakan seorang Allah yang kaya rahmat maka kita perlu memiliki sebuah sikap yang disebut sikap lepas bebas terhadap harta duniawi. Tuhan Yesus sendiri mengatakan: “Di mana hartamu berada, di situ hatimu juga berada” (Mat 6:21). Setiap orang memiliki ketertarikan dan keterikatan terhadap harta duniawi. Ketertarikan menjadi berlebihan sehingga orang akhirnya menjadi tamak dalam hidupnya. Tuhan Yesus berkata: “Berjaga-jagalah dan waspadalah terhadap segala ketamakan, sebab walaupun seorang berlimpah-limpah hartanya, hidupnya tidaklah tergantung dari pada kekayaannya itu.” (Luk 12:15). Maka yang harus kita lakukan adalah menjadi bijak dalam hidup sehingga tidak menjadi tamak, tetapi lebih baik mencari harta di surga.

Apakah kita pernah berhenti sejenak untuk merenungkan masa lalu yang menjadi guru kehidupan kita masing-masing? Apakah kita pernah bersyukur ketika melihat akibat masa lalu, berupa bekas luka yang melekat pada tubuh kita? Bekas luka membuat kita semakin mapan dalam iman dan bersyukur karena pengalaman yang sangat mendidik untuk lebih berhati-hati dalam menghadapi masa depan. Dari semua pengalaman itu, satu kata kunci bagi pertumbuhan iman kita adalah Allah kita kaya rahmat. Terima kasih Tuhan Allah, semoga rahmat-Mu mengubah dan membaharui hidup kami, anak-anak-Mu.

Tuhan memberkati kita semua.

PJ-SDB