Homili 4 Desember 2020

Hari Jumat, Pekan Adventus I
Yes 29:17-24
Mzm 27:1.4.13-14
Mat 9:27-31

Orang buta juga punya harapan

Adalah Antoine de Saint-Exupery (1900-1944). Dalam bukunya ‘The Little Prince’ penulis berkebangsaan Prancis menulis begini: “Tetapi mata memang buta. Orang harus melihat dengan hati.” Ada orang yang secara fisik memang buta tetapi memiliki hati yang dapat melihat dengan jelas. Ada juga orang yang secara fisik memiliki mata yang normal, namun memiliki hati yang buta terhadap sesama.Tuhan Yesus sendiri pernah berkata: “Mata adalah pelita tubuh. Jika matamu baik, teranglah seluruh tubuhmu.” (Mat 6:22). Nah, pertanyaan bagi kita: Apakah Anda dan saya pernah membayangkan diri sebagai orang buta? Mari kita coba sejenak menutup mata dan kita akan mengalami sendiri pengalaman orang buta dalam hidup kita. Kita tidak dapat melihat apa-apa, semuanya gelap!

Pada hari ini Tuhan menyapa dan menyadarkan kita melalui bacaan-bacaan-bacaan Kitab Suci bahwa orang buta juga memiliki harapan. Dalam bacaan pertama nabi Yesaya memberi harapan kepada bangsa Israel akan tatanan dunia yang baru. Ia mengatakan bahwa tidak lama lagi Libanon akan berubah menjadi kebun buah-buahan, kebun subur selebat hutan. Tanah yang tandus diubah menjadi tanah yang subur dan berguna bagi manusia. Hal lain yang memberi harapan adalah orang tuli akan mendengar perkataan Tuhan dan mata orang buta akan melihat, lepas dari kekelaman dan kegelapan. Orang-orang yang menderita akan mengalami sukacita dalam Tuhan. Orang-orang miskin juga akan bersorak sorai di dalam Yang Mahakudus Allah Israel. Di mata Tuhan, ada keteraturan bukan kekacauan. Orang yang percaya tentu memiliki mata iman yang selalu terarah kepada Tuhan.

Tuhan juga mengoreksi orang-orang yang sombong di hadirat-Nya supaya menjadi pribadi yang rendah hati. Nabi Yesaya mengatakan bahwa orang-orang yang gagah dan sombong akan lenyap dan orang-orang pencemooh akan habis. Orang-orang berhati jahat dan memiliki niat untuk berbuat jahat akan lenyap. Semangat pertobatan sangat di kehendaki oleh Tuhan sehingga nama-Nya tetap dikuduskan. Orang-orang yang sesat pikiran akan mendapat pengertian dan orang-orang yang bersungut-sungut akan menerima pengajaran.

Dalam bacaan Injil, penginjil Matius melaporkan tentang mukjizat penyembuhan dua orang yang buta karen mereka percaya kepada Yesus. Mereka mengikuti Yesus sambil memanggil nama Yesus sebagai Anak Daud: “Kasihanilah kami, hai Anak Daud!” Ketika Yesus masuk ke dalam rumah, Ia memanggil mereka dan menanyakan mereka apakah mereka percaya bahwa Ia akan menyembuhkan mereka berdua. Mereka menjawab Yesus bahwa mereka percaya kepada-Nya. Ia pun menjamah mata mereka dan mengatakan ‘terjadilah padamu menurut imanmu’. Pada saat yang sama mata mereka yang buta menjadi melek. Mereka melihat dengan jelas. Meskipun dilarang, mereka tetap memasyhurkan nama Yesus ke seluruh daerah.

Di masa adventus ini kita diingatkan untuk selalu memiliki harapan. Kita selalu mengalami berbagai macam kesulitan hidup misalnya adanya perubahan iklim, bencana alam, pandemi covid-19, suasana sosial politik yang bergejolak, radikalisme agama-agama dan lain sebagainya. Dalam situasi seperti ini butuh kesadaran bahwa kita masih punya harapan. Kita masih memiliki Tuhan yang akan melindungi dan menyelamatkan kita. Kita juga memiliki kelemahan-kelemahan fisik seperti mata buta, tuli, bisu, lumpuh. Kelemahan-kelemahan fisik ini bukanlah menjadi halangan bagi keselamatan kita sebab Tuhan tetap menyertai kita semua. Tentu saja butuh iman kepada Tuhan yang menyelamatkan kita. Orang buta juga punya harapan akan keselamatan karena beriman kepada Tuhan. Bagaimana dengan kita?

PJ-SDB