Homili 3 Desember 2020 – St. Fransiskus Xaverius

Hari Kamis, Pekan Adventus I
St. Fransiskus Xaverius, Pelindung Misi
1Kor 9:16-19.22-23
Mzm 117: 1.2
Mrk 16: 15-20

Lengan yang menguduskan!

Pada hari ini kita mengenang St. Fransisukus Xaverius. Beliau terlahir dengan nama lengkap Francesco de Yassu Javier lahir di istana Xavier, Novarra pada tanggal 7 April 1506. Ia berdarah biru, memiliki pendidikan tinggi dan berani meninggalkan segalanya untuk mewartakan Injil. St. Ignasius Loyola memiliki pengaruh yang besar dalam hidup Fransiskus, terutama dalam hal panggilan misioner. Ia mewartakan Injil ke seluruh dunia, khususnya daerah-daerah multikultur di Asia termasuk Indonesia hingga meninggal pada tanggal 3 Desember 1552 di Sanchian. Dia dikenal sebagai ‘Misionaris perintis agama salib’ di Asia. Saya mengingat sebuah perkataannya yang inspiratif yang ditulisnya dalam sebuah surat kepada St. Ignasius Loyola pada tanggal 15 Januari 1544 seperti ini: “Lenganku sering terasa sangat letih dan sakit karena membaptis begitu banyak orang dan mengajari mereka kewajiban-kewajiban iman dalam bahasa mereka.” Lengan yang sangat letih dan sakit karena menguduskan banyak orang supaya mereka mengalami keselamatan. Lengan yang memberi harapan bahwa hanya Yesus sebagai satu-satunya keselamatan kita.

Bacaan-bacaan Kitab Suci pada hari ini mengajak kita untuk menjawabi panggilan Tuhan sebagai misionaris. St. Paulus dalam bacaan pertama membagikan pengalamannya kepada kita semua. Ia mengatakan kepada jemaat di Korintus bahwa jika ia mewartakan Injil, ia sendiri tidak memiliki alasan untuk memegahkan dirinya sebagai pewarta Injil. Memberitakan Injil merupakan sebuah keharusan baginya. Ia bahkan mengatakan: “Celakalah aku jika tidak memberitakan Injil” (1Kor 9:16). Perkataan Paulus ini tentu bukanlah deretan kata-kata kosong atau sebuah teori belaka tetapi berasal dari pengalaman hidupnya yang praktis sebagai misionaris. Dalam ketiga perjalanan misioner itu Paulus menunjukkan ketekunannya dalam memberitakan Injil.

Selanjutnya, Paulus mengatakan bahwa ia melakukan pekerjaan ‘memberitakan Injil’ bukan atas kehendaknya sendiri. Ia memberitakan Injil tanpa kenal lelah karena merupakan wujud nyata tugas panggilan yang ditanggungkan Allah kepadanya. Allah yang berkehendak maka ia patuh kepada kehendak Allah untuk mewartakan Injil. Apakah itu berarti Paulus mendapatkan upah tertentu? Paulus menegaskan bahwa upahnya sebagai pemberita Injil adalah bahwa ia boleh memberitakan Injil tanpa upah bahkan ia tidak akan menuntut haknya sebagai pemberita Injil. Perkataan Paulus ini mengingatkan kita pada perkataan Petrus kepada Yesus: “Kami ini telah meninggalkan segala sesuatu dan mengikut Engkau; jadi apakah yang akan kami peroleh?” Kata Yesus kepada mereka: “Aku berkata kepadamu, sesungguhnya pada waktu penciptaan kembali, apabila Anak Manusia bersemayam di takhta kemuliaan-Nya, kamu, yang telah mengikut Aku, akan duduk juga di atas dua belas takhta untuk menghakimi kedua belas suku Israel. Dan setiap orang yang karena nama-Ku meninggalkan rumahnya, saudaranya laki-laki atau saudaranya perempuan, bapa atau ibunya, anak-anak atau ladangnya, akan menerima kembali seratus kali lipat dan akan memperoleh hidup yang kekal.” (Mat 19:27-29).

Paulus sebagai misionaris besar hadir di tanah-tanah misi untuk mewartakan Injil dan memberi harapan kepada semua orang tentang keselamatan dalam nama Yesus Kristus. Sebagai seorang misionaris ia memberi harapan bahwa ia menjadi hamba atau pelayan bagi semua orang sehingga bisa memenangkan sebanyak mungkin orang. Ketika bersama orang lemah, ia menjadi seperti orang lemah supaya menyelamatkan mereka yang lemah. Ia mencari jiwa-jiwa dan menyelamatkan mereka tanpa kenal lelah. Mewartakan Injil adalah alasan utamanya dan dengan demikian ia mendapat bagian di dalamnya.

Paulus dapat melakukan tugas memberitakan Injil karena kekuatan Kristus sendiri. Tuhan Yesus yang bangkit dengan mulia memberi perintah kepada para murid-Nya: “Pergilah ke seluruh dunia, beritakanlah Injil kepada segala makhluk”. Tuhan sendiri turut bekerja dan meneguhkan firman dengan tanda-tanda yang menyertai para murid. Penginjil Markus bahkan memberi tanda-tanda orang yang percaya akan pewartaan Injil: “Mereka akan mengusir setan-setan demi nama-Ku, mereka akan berbicara dalam bahasa-bahasa yang baru bagi mereka, mereka akan memegang ular, dan sekalipun mereka minum racun maut, mereka tidak akan mendapat celaka; mereka akan meletakkan tangannya atas orang sakit, dan orang itu akan sembuh.” (Mrk 16:17-18).

Saya yakin bahwa Fransiskus Xaverius sebagai pewarta agama salib di Asia mengikuti perintah Tuhan Yesus dan keteladanan dari St. Paulus. Fransiskus Xaverius memberitakan Injil karena kasih kepada Kristus. Kitapun dipanggil untuk ikut memberitakan Injil dalam hidup kita yang nyata. Sama seperti Fransiskus Xaverius, lengan kita haruslah menjadi lengan yang menguduskan sesama. St. Fransiskus Xaverius, doakanlah kami. Amen.

PJ-SDB