Homili 1 Januari 2021 – Hari Raya Santa Maria Bunda Allah

HARI RAYA SANTA MARIA BUNDA ALLAH
Hari Perdamaian Sedunia
Bil. 6:22-27;
Mzm. 67:2-3,5,6,8;
Gal. 4:4-7;
Luk. 2:16-21

Bangga sebagai anak Tuhan!

Hari ini sangat istimewa bagi saya. Ada banyak peristiwa yang melintasi kehidupan saya hari ini. Pertama, dari tengah malam sampai saat menulis homili ini, handphone saya terus menerus memberikan notifikasi berupa ucapan selamat tahun baru 1 Januari 2021. Ada banyak pesan bergambar, ikon dan video yang mengatakan hal yang sama yakni ungkapan sukacita untuk memulai tahun yang baru. Maka saya mau mengucapkan selamat tahun baru kepada para pembaca setia homili harian dan juga website saya www.pejesdb.com. Kedua, hari ini adalah Hari Raya Santa Maria Bunda Allah. Saya mendapat banyak pesan bergambar Bunda Maria dengan sudut pandang yang berbeda-beda. Memang benar perkataan ini: “De Maria numquam satis” artinya, tentang Bunda Maria, tidak pernah ada kata-kata yang cukup. Ia disapa sebagai Bunda Allah dan kita bangga sebagai anak-anak Tuhan Allah, yang mengasihi kita tanpa batas. Ketiga, kita mengenang hari ini sebagai hari perdamaian dunia. Perdamaian dunia adalah cita-cita dan harapan untuk mewujudkan dunia yang aman dan damai melalui kerja sama bilateral dan multilateral. Keempat, hari ini menjadi hari pertama dalam bulan Don Bosco. Kami para Salesian menjadikan bulan ini dan menjadikan Don Bosco sebagai model kekudusan kami. Kelima, hari ini adalah hari Jumat pertama. Ini menjadi istimewa karena kita semua mengarahkan pandangan kita kepada Tuhan Yesus yang menumpahkan darah-Nya di kayu salib karena cinta-Nya tanpa batas kepada kita. Keenam, hari ini juga menjadi hari istimewa bagi keluarga kami, karena kami mengenang 40 hari meninggalnya mama Maria Bunga Keraf. Maka semua peristiwa ini benar-benar bermakna, ada suka dan dukanya bersama Tuhan.

Kita semua merasakan tahun baru ini begitu istimewa. Tahun baru dirayakan dalam masa pandemi yang membuat kita semua mengalami seribu satu kesulitan. Ada saudari dan saudara kita yang tidak dapat merayakannya dengan meriah sebagaiamana biasanya terjadi pada tahun-tahun sebelumnya. Ada yang sempat merayakannya dalam kesederhanaan. Semua pengalaman ini ikut mewarnai dan memperindah pengalaman tahun baru di masa pandemi. Dan saya merasa yakin bahwa kata syukur tidak akan lewat begitu saja. Setiap pribadi yang masih berhati nurani akan mengatakan rasa syukurnya kepada Tuhan di masa pandemi ini. Saya sendiri merasa bahwa tahun 2020 yang sudah dilewati ini tetap istimewa karena Tuhan, Allah yang hidup memanggil mama saya, dan genaplah, saya menjadi anak yatim piatu. Ini adalah pengalaman hidup, dan semua orang sudah, sedang dan akan mengalaminya.

Bacaan-bacaan Kitab Suci hari ini mengajak kita untuk memulai tahun baru ini dengan hidup yang baru. Hidup yang penuh sukacita sebagai anak dan ahli waris Allah. Sebab itu Tuhan mengingatkan kita untuk selalu bersyukur atas berkat dan kasih-Nya kepada kita. Tuhan bersabda melalui Musa: “Tuhan memberkati engkau dan melindungi engkau; Tuhan menyinari engkau dengan wajah-Nya dan memberi engkau kasih karunia; Tuhan menghadapkan wajah-Nya kepadamu dan memberi engkau damai sejahtera.” (Bil 6 :24-26). Nada optimisme yang Tuhan berikan kepada kita di masa pandemi ini bahwa Tuhan akan tetap memberkati, melindungi, menghadapkan wajah-nya dan memberi damai sejahtera. Kita melihat sosok Tuhan adalah kasih. Tuhan tak henti-hentinya memberikan berkat, perlindungan, kasih dan damai-Nya tanpa kesudahan. Semua ini diberikannya cuma-cuma dan gratis! Maka tugas kita adalah bersyukur. Kita juga percaya bahwa segala rahmat Tuhan diberikan kepada kita melalui perantaraan Bunda Maria.

Dari Bunda Marialah kita merasakan kasih Allah yang tiada berkesudahan dalam diri Yesus Kristus. St. Paulus dengan sangat tepat menulis begini: “Tetapi setelah genap waktunya, maka Allah mengutus Anak-Nya, yang lahir dari seorang perempuan dan takluk kepada hukum Taurat. Ia diutus untuk menebus mereka, yang takluk kepada hukum Taurat, supaya kita diterima menjadi anak.” (Gal 4:4-5). Yesus adalah Anak Allah yang lahir dari rahim Bunda Maria. Itulah sebabnya, Maria layak disapa sebagai Bunda Allah atau Theotokos. Dialah satu-satunya manusia yang lebih mengenal Yesus dari pada kita. Dialah sosok karismatis yang membaktikan diri sebagai Ibu Yesus sampai tuntas. Dari rahimnya lahirlah sang Penebus dunia. Melalui Maria, kita juga menjadi anak-anak Allah.

Selanjutnya St. Paulus juga mengatakan: “Dan karena kamu adalah anak, maka Allah telah menyuruh Roh Anak-Nya ke dalam hati kita, yang berseru: “ya Abba, ya Bapa!” Jadi kamu bukan lagi hamba, melainkan anak; jikalau kamu anak, maka kamu juga adalah ahli-ahli waris, oleh Allah.” (Gal 4:6-7). Kebanggaan kita di awal tahun ini adalah bahwa kita adalah anak-anak Allah. Kita bukan lagi menjadi hamba tetapi karena jasa Yesus Kristus, kita menjadi anak-anak Allah. Dengan demikian kita semua diarahkan dengan jelas untuk menjadi anak-anak dari Aallah Bapa yang satu dan sama.

Apa yang harus kita lakukan?

Untuk membangun sebuah dunia yang damai dan tenteram, kita perlu memandang sosok Bunda Maria. Dalam segala hal, baik yang sulit dan menyenangkan, ia tetap menyimpan segala perkara di dalam hati dan merenungkannya (Luk 2:19). Sikap Maria ini membuat hatinya selalu tenang dan damai di hadirat Tuhan. Ia menjadi sangat focus dengan kekuarga kudus. Tentu saja dari Bunda Maria kita belajar untuk menyimpan segala perkara dan merenungkannya di dalam hidup kita. Kalau saja semua orang berperilaku seperti Bunda Maria, tentu dunia kita ini akan berbeda. Maka kita belajar untuk berbenah atau menata diri supaya layak di hadirat Tuhan. Kita menunjukkan kebanggaan kita sebagai anak Allah dengan memohon berkat, perlindungan, kasih dan damai dari Tuhan. Kebanggan kita sempurna dalam rasa syukur yang mendalam.

Saya mengakhiri homili dengan mengutip Edith Lovejoy Pierce. Penulis berkebangsaan Inggris ini pernah berkata: “Kita akan membuka buku. Halamannya kosong. Kita menuliskan kata-kata dalam buku itu dengan tangan kita sendiri. Buku itu disebut kesempatan dan bab pertamanya adalah hari tahun baru.” Mari kita memulai tahun baru ini dengan sukacita. Bunda Maria doakanlah kami. St. Yohanes Bosco, doakanlah kami. Amen.

P. John Laba, SDB