Homili 12 Januari 2021

Hari Selasa, Pekan Biasa I/B
Ibr. 2:5-12
Mzm 8:2a.5.6-7.8-9
Mrk 1:21b-28

Sebaiknya kita merasa malu!

Saya memberi tema homily hari ini, “Sebaiknya kita merasa malu”. Anda yang membacanya pasti langsung bertanya-tanya dalam hati tentang alasan mengapa saya memberi judul seperti ini. Yah, yang saya maksudkan adalah bahwa kita harus belajar untuk memiliki rasa malu di hadapan Tuhan dan sesama. Kita merasa malu karena kita mengatakan dengan bangga diri kita sebagai pengikut Kristus tetapi sebenarnya kita juga belum mengenal lebih dalam siapakah Tuhan Yesus Kristus itu sebenarnya.

Saya sebagai seorang gembala memiliki pengamatan-pengamatan tertentu seperti dua contoh berikut ini:

Pertama, saya pernah mengamati anggota-anggota PDKK tertentu yang kelihatan seolah-olah tidak memiliki devosi kepada Bunda Maria. Orang seperti ini harus berani merasa malu karena Bunda Maria adalah sosok karismatik paling pertama dan terhebat sepanjang zaman. Mungkin saja anggota PDKK ini merasa lebih karismatik dari Bunda Maria. Sebenarnya ini adalah sikap yang sangat keliru dan memang kekeliruan sangat fatal.

Kedua, Saya melihat orang-orang katolik kalau pergi ke Gereja melewati Tabernakel kurang memiliki perhatian dan rasa hormat kepada Tuhan Yesus di dalam Sakramen Mahakudus. Tabernakel adalah tempat Tuhan Yesus bersemayam, tempat yang selalu memiliki sebuah ‘lampu khusus’ untuk mengingatkan kita bahwa disitulah Tuhan sungguh-sungguh hadir di tengah-tengah kita. Dialah Imanuel, Allah menyertai kita.

Saya hanya mengangkat dua contoh yang selalu terjadi, dan hampir kita semua melakukannya di dalam hidup kita. Mungkin anda dan saya belum sadar dan kini disadarkan oleh Tuhan melalui Injil yang kita bacakan atau kita dengar pada hari ini. Apa yang membuat kita belajar untuk merasa malu? Sebab Penginjil Markus bercerita: “Pada waktu itu di dalam rumah ibadat itu ada seorang yang kerasukan roh jahat. Orang itu berteriak: “Apa urusan-Mu dengan kami, hai Yesus orang Nazaret? Engkau datang hendak membinasakan kami? Aku tahu siapa Engkau: Yang Kudus dari Allah.” (Mrk 1:23-24). Pikirkanlah bahwa roh jahat saja mengenal Yesus sebagai yang kudus dari Allah. Dia semakin tidak berdaya ketika Tuhan Yesus menghardiknya: “Diam, keluarlah dari padanya!” Roh jahat itu menggoncang-goncang orang itu, dan sambil menjerit dengan suara nyaring ia keluar dari padanya.” (Mrk 1:25-26).

Banyak kali kita begitu bangga memiliki Yesus di dalam hidup kita. Tetapi kebanggaan kita sangatlah dangkal. Mulut kita berbangga tetapi hati, pikiran dan perilaku kita tidaklah sejalan dengan mulut kita. Kita terlalu jauh dari Tuhan Yesus yang kita ikuti dan bahkan menamakan diri ‘orang Kristen’. Padahal Kristen berarti Kristus kecil di tengah dunia. Kita kalah dengan roh jahat yang tidak malu-malu dan tidak takut mengakui Yesus sebagai “Yang Kudus dari Allah”. Roh jahat ternyata mengoreksi kita untuk hidup lebih Kristen lagi. Kita hidup lebih beriman lagi, jangan hanya bangga menjadi pengikut Kristus.

PJ-SDB