Food For Thought: Tanggung Jawab Orang tua

Tanggung jawab penuh orang tua

Pada hari ini saya patut mengucapkan selamat kepada para orang tua, termasuk anda sekalian para orang tua yang sedang membaca tulisanku ini, sebab anda sekalian telah menunjukkan karakter sebagai orang tua yang hebat dan bertanggung jawab terhadap anak-anak di dalam Rumah tanggamu. Sebagai orang tua, anda tidak dapat melepaskan tugas utamamu kepada anak-anakmu. Salah satu tugas utama anda sebagai orang tua adalah mendidik anak-anak sesuai dengan kemampuan sebagai orang tua. Anda sekalian adalah pendidik nomor satu bukan nomor dua atau tiga. Maka jangan pernah memindahkan tugas mendidik anak-anak kepada orang lain karena tentu saja ‘beda’ rasa mendidiknya dan ‘beda’ pengaruhnya kepada mereka. Seorang anak yang dididik oleh kakek dan neneknya akan berbeda karakter dengan seorang anak yang dididik oleh kedua orang tuanya. Ikatan bathin, sosok atau figur seorang ayah dan ibu sangatlah penting bagi seorang anak sejak usia dini hingga pertumbuhan selanjutnya. Kehilangan sosok seorang ayah dan ibu merupakan kekurangan terbesar bagi pertumbuhan seorang anak. Bisa jadi masa depannya suram. Maka tetaplah semangat hai ibu dan bapa sekalian. Jadilah pendidik ulung bagi anak-anakmu.

Mari kita kembali ke Sabda. Hari ini kita memandang sosok Abraham dan Sara di dalam Kitab Kejadian. Pasangan hidup ini memiliki sebuah pergumulan yang luar biasa. Mereka bergumul dengan diri sendiri, bergumul dengan Tuhan dan bergumul dengan lingkungan hidupnya yaitu padang gurun. Sebagaimana kita ketahui bahwa hingga memasuki usia senja, mereka belum memiliki keturunan. Namun karena iman kepada Tuhan, Ia menganugerahkan Ishak sebagai anak mereka yang dilahirkan Sara di usia senja. Sara sebenarnya merasa ragu-ragu sebab ia sendiri mengaku sudah mati haid sedangkan Abraham suaminya juga sudah tua, namun bagi Allah tidak ada yang mustahil (Kej 18:1-15). Harapan Abraham dan Sara dipenuhi karena iman.

Selanjutnya, Abraham dipanggil Tuhan untuk mempersembahkan Ishak anaknya yang dikasihi di gunung Moria. Tentu saja ini adalah sebuah ujian yang berat. Setelah bersusah paya merindukan kehadiran seorang anak di dalam keluarga, kini Tuhan sendiri memintanya kembali sebagai kurban bakaran. Abraham memang hebat. Ia memiliki tanggung jawab kepada Tuhan dan keluarganya. Ia mentaati kehendak Allah maka ia siap mempersembahkan Ishak. Karena keberanian dan ketulusan hatinya sebagai orang beriman maka Tuhan melindungi Ishak dan Sara ibunya. Abraham memang seorang prototipe dari Allah sahabatnya. Ia rela mengurbankan anaknya yang tunggal seperti Allah sendiri merelakan Anak-Nya yang tunggal yakni Tuhan Yesus Kristus. Pengurbanan ini semata-mata karena kasih (Yoh 3:16). Itu sebabnya St. Paulus mengatakan: “Allah tidak menyayangkan Anak-Nya sendiri, tetapi yang menyerahkan-Nya bagi kita semua” (Rom 8:32). Yesus adalah Anak yang penuh kasih (Mrk 9:7) dan karenanya manusia harus mendengar Allah di dalam hidupnya.

Kita mendapat inspirasi terbaik dari Abraham dan Sara yang percaya kepada Tuhan Allah dan mereka juga menunjukkan rasa tanggung jawab mereka kepada Tuhan dan kepada Ishak anak mereka. Apakah anda sebagai orang tua bisa menyerupai Abraham dan Sara yang berpasrah kepada Tuhan, membiarkan Tuhan berkarya di dalam hidup mereka? Dari semua ini, tanggung jawab mengandaikan kasih yang total. Mengasihi Tuhan Yesus dan mematuhi Sabda-Nya dalam hidup setiap hari. Tuhan memberkati kita semua.

P. John Laba, SDB