Homili 15 Maret 2021

Hari Senin Pekan IV Prapaskah
Yes. 65:17-21;
Mzm. 30:2,4,5-6,11-12a,13b;
Yoh. 4:43-54

Sukacita pengampunan

Kita berada di hari Senin, Pekan ke-IV Prapaskah. Hari Minggu pekan ke-IV kemarin disebut Hari Minggu Laetare. Nama Laetare diambil dari Proprium Introit atau Antifon Pembuka pada perayaan hari Minggu Prapaskah IV yakni “Laetare Ierusalem” artinya Bersukacitalah Yerusalem (Yes 166:10-11; Mzm 121). Kita secara liturgis mengalami nuansa kegembiraan di tengah masa Prapaskah sebab setengah masa puasa sudah kita lewati, boleh dikatakan kesuraman Liturgis prapaskah dikurangi sedikit. Itu sebabnya busana Liturgi yang dikenakan para Romo berwarna rose (pink), di altar dapat diletakkan sedikit bunga dan iringan musik dalam Ekaristi. Nuansa laetare atau sukacita ini menjadi bagian dari sukacita hidup kita karena pengampunan berlimpah yang Tuhan berikan kepada kita semua.

Bacaan-bacaan Kitab Suci pada hari ini membantu kita untuk bersukacita karena Allah kita penuh kerahiman. Dalam bacaan pertama, kita diingatkan bagaimana Tuhan menunjukkan kerahiman-Nya dengan memulihkan bangsa Israel. Ia menyiapkan mereka untuk kembali dari masa kegelapan di Babilonia untuk menempati kembali Sion. Maka melalui nabi Yesaya Tuhan berkata: “Sebab sesungguhnya, Aku menciptakan langit yang baru dan bumi yang baru; hal-hal yang dahulu tidak akan diingat lagi, dan tidak akan timbul lagi dalam hati.” (Yes 65:17). Pemulihan bangsa pilihan-Nya ini diibaratkan dengan langit dan bumi yang baru. Langit dan bumi yang lama adalah gambaran hidup lama manusia yang penuh dengan dosa. Ini adalah sisi kegelapan manusia. Tuhan memulihkan dengan tidak menghitung-hitung kesalahan manusia. Dari lubuk hati-Nya yang terdalam Tuhan melupakan dosa-dosa manusia. Kerahiman Allah sungguh luar biasa.

Dampak pengampunan berlimpah dari Tuhan adalah sukacita. Tuhan berkata: “Tetapi bergiranglah dan bersorak-sorak untuk selama-lamanya atas apa yang Kuciptakan, sebab sesungguhnya, Aku menciptakan Yerusalem penuh sorak-sorak dan penduduknya penuh kegirangan. Aku akan bersorak-sorak karena Yerusalem, dan bergirang karena umat-Ku; di dalamnya tidak akan kedengaran lagi bunyi tangisan dan bunyi erangpun tidak.” (Yes 65:18-19). Ini adalah pemulihan yang luar biasa bagi bangsa Israel dan sungguh nyata. Kita mengingat bahwa Tuhan menciptakan segala sesuatu baik adanya. Ia juga memiliki rencana dalam penciptaan supaya ada sukacita dalam diri manusia. Rencana dan kehendak Tuhan ini sungguh dirasakan oleh umat pilihan-Nya ketika mereka kembali dari masa kegelapan di Babilonia dan mulai menempati kembali, menata diri kembali di Yerusalem (Sion). Tuhan menjanjikan sebuah tatanan hidup baru di Yerusalem yakni hidup penuh sukacita ilahi dan tidak ada lagi penderitaan bagi umat pilihan-Nya. Usia mereka akan bertambah panjang dan hidup mereka penuh kesejahteraan. Tentu saja ini benar-benar menjadi leatare bagi mereka masa itu dan bagi kita saat ini yang sedang membaca dan merenungkannya.

Dalam bacaan Injil kita mendengar sukacita Injil yang diberikan Yesus kepada anak seorang pegawai istana yang sakit dan hampir mati. Kita dapat membayangkan suasana keluarga yang memiliki tanggung jawab besar kepada anak yang sedang sakit. Pegawai istana itu mencari jalan medis dan juga memohon bantuan dari Tuhan Yesus. Tentu ia percaya bahwa Tuhan Yesus akan memberikan yang terbaik bagi anaknya maka ia berani meminta supaya Tuhan Yesus datang dan menyembuhkan anaknya: “Tuhan, datanglah sebelum anakku mati.” (Yoh 4:49). Perkataan ini menarik perhatian kita sebab pegawai istana ini tidak hanya mengimani Yesus, ia juga memiliki sukacita batin kepada Yesus. Tuhan Yesus memberikan sukacita Injil kepadanya: “Pergilah, anakmu hidup!” (Yoh 4:50). Mukjizat penyembuhanpun terjadi maka ada sukacita di dalam keluarga ini sebab hidup baru yang dialami di dalam keluarga ini.

Pengalaman keluarga ini sedang dialami oleh kita semua saat ini. Di masa pandemi ini kita semua tentu mengalami hal yang mirip. Ketika ada anggota keluarga yang sakit kita mencari dokter untuk mengobati dan Tuhan yang memberikan penyembuhan. Kita perlu merasa yakin bahwa Tuhan juga bekerja di dalam diri para dokter dan perawat untuk menyembuhkan anggota-anggota keluarga kita yang sakit. Hal yang penting adalah kerendahan hati untuk membuka hati dan mulut untuk berdoa, memohon dan bersyukur kepada Tuhan.

Apa yang hendak Tuhan katakan kepada kita pada hari ini?

Pertama, kita bersukacita di dalam Tuhan karena Ia mengasihi, mengampuni dan membaharui hidup kita. Ini adalah sukacita Injil yang dapat kita bagikan kepada sesama kita. Jadilah agen sukacita Tuhan kepada sesama karena sukacita pengampunan yang kita rasakan secara pribadi.

Kedua, Dalam masa pandemi ini Tuhan tetap dan turut bekerja di dalam hidup kita. Ia menghendaki sebuah tatanan dunia yang baru, harmonis, tanpa ada penderitaan dan kemalangan. Tuhan sudah melakukannya dan akan tetap melakukannya di dalam hidup kita. Tentu saja hal ini membutuhkan iman yang besar.

Ketiga, sukacita pengampunan sungguh nyata dan dapat kita rasakan di dalam hidup kita. Mari kita bertobat dan percaya kepada Injil. Tindakan nyatanya adalah mengakui dosa dan memulai hidup baru.

Tuhan melindungi dan memberkati kita semua.

P. John Laba, SDB