Homili Hari Senin Pekan Suci -2021

HARI SENIN DALAM PEKAN SUCI
Yes. 42:1-7;
Mzm. 27:1,2,3,13-14;
Yoh. 12:1-11

Masih setiakah engkau?

Sebelum istirahat malam ini, saya membuka kembali beberapa file lama di laptop saya. Saya menemukan sebuah kutipan yang saya simpan beberapa tahun yang lalu dari Michael Jackson tentang pribadi yang setia dalam cinta. Ia mengatakan: “You have to be loyal and true to one another, or your love will never last!” (Anda harus setia dan jujur satu sama lain, atau cinta Anda tidak akan pernah bertahan lama!). Saya tersenyum sendiri karena tadi pagi saya baru membahas masalah hidup sebagai pribadi yang setia di hadapan Tuhan dan sesama dengan seorang rekan saya.

Untuk menemukan pribadi yang setia dalam cinta itu sangatlah sulit. Seorang yang menikah boleh saja berjanji untuk setia selamanya dalam untung dan malam, di waktu sehat dan sakit sampai saudara maut datang menjemput, namun pada kenyataan tidaklah demikian. Orang harus berjuang setiap saat untuk menjadi setia. Seorang imam, biarawan dan biarawati juga memiliki janji setia, dalam hal ini janji imamat dan kaul-kaul kebiaraan. Kata kuncinya adalah setia selamanya sampai saudara maut menjemput. Namun kesetiaan tetaplah menjadi perjuangan setiap orang selama hayat di badannya. Godaan-godaan selalu datang bertubi-tubi. Kesetiaan memang mahal dan harus selalu di jaga sehingga relasi cinta bisa bertahan lama bahkan sampai keabadian. Maka bagi saya, perkataan Michael Jackson ini memang sederhana tetap penuh makna. Anda harus setia dan jujur satu sama lain, dengan pasangan hidupmu dan dengan Tuhan sendiri. Tanpa kesetiaan dan kejujuran maka relasi cinta tidak akan bertahan lama. Banyak orang, termasuk anda sendiri pasti pernah mengalami yang namanya ujian akan kesetiaan dalam hidup perkawinanmu atau dalam hidup bakti yang kami hayati. Kita sama-sama melewati ujian-ujian untuk semakin setia dalam hidup.

Dalam pekan suci ini kata ‘setia’ menghiasi persiapan kita untuk merayakan Paskah Kristus. Sang Hamba yang menderita yang ditampilkan nabi Yesaya menginspirasi kita untuk menjadi pribadi yang setia dalam untung dan malang dan selamanya. Nabi Yesaya bernubuat: “Lihat, itu hamba-Ku yang Kupegang, orang pilihan-Ku, yang kepadanya Aku berkenan. Aku telah menaruh Roh-Ku ke atasnya, supaya ia menyatakan hukum kepada bangsa-bangsa. Ia tidak akan berteriak atau menyaringkan suara atau memperdengarkan suaranya di jalan.” (Yes 42:1-2). Para pilihan Allah seperti kami yang menghayati hidup bakti menghadapi banyak godaan meskipun kami adalah pribadi ‘limited edition’. Tuhan boleh memegang tangan sebagai orang pilihan Tuhan dan hati Tuhan berkenan kepadanya namun hati manusia selalu rapuh. Hati, pikiran dan perbuatan tidak sinkron satu sama lain. Betapa rapuhnya hidup kita.

Lebih lanjut sang hamba Yahwe yang menderita itu menunjukkan kesetiaan dalam derita. Nabi Yesaya bernubuat lagi: “Buluh yang patah terkulai tidak akan diputuskannya, dan sumbu yang pudar nyalanya tidak akan dipadamkannya, tetapi dengan setia ia akan menyatakan hukum. Ia sendiri tidak akan menjadi pudar dan tidak akan patah terkulai, sampai ia menegakkan hukum di bumi; segala pulau mengharapkan pengajarannya.” (Yes 42:3-4). Tepat sekali perkataan Seneca, sang negarawan Romawi yang berkata: “Kesetiaan adalah kekayaan termulia di dalam kalbu manusia.” Sang hamba Yahwe tidak takut untuk menderita karena dia setia kepada Yahwe.

Kesetiaan itu pertama-tama berasal dari Tuhan. Dia mengasihi dan setia selamanya. Tuhan sendiri berkata: “Aku ini, Tuhan, telah memanggil engkau untuk maksud penyelamatan, telah memegang tanganmu; Aku telah membentuk engkau dan memberi engkau menjadi perjanjian bagi umat manusia, menjadi terang untuk bangsa-bangsa, untuk membuka mata yang buta, untuk mengeluarkan orang hukuman dari tempat tahanan dan mengeluarkan orang-orang yang duduk dalam gelap dari rumah penjara.” (Yes 42:6-7). Kadang-kadang kita mengklaim diri sebagai pribadi yang setia, padahal Tuhanlah yang lebih dan paling setia kepada kita. Kesetiaan kita masih penuh dengan hitungan-hitungan yang mudah kita ceritakan kepada orang lain. Tuhan setia dan Dia diam supaya tetap setia kepada manusia dan menyelamatkannya.

Kembali ke pertanyaan: Apakah engkau masih setia dalam hidupmu? Silakan merenung dan menjawab sendiri.

Tuhan memberkati dan menolongmu untuk setia.

P. John Laba, SDB