Homili 22 Mei 2021

Hari Sabtu, Pekan ke-VII Paskah
Kis. 28:16-20,30-31;
Mzm. 11:4,5,7;
Yoh. 21:20-25

Teruslah bersaksi!

Menutup Hari Biasa selama masa Paskah tahun 2021 ini, saya sekali lagi sangat terpesona dengan sosok tiga orang penting dalam Kitab Suci, khususnya dalam bacaan Liturgi hari ini yakni Santo Paulus, Santo Petrus dan Santo Yohanes Penginjil. Saya mengurutkan ketiga nama ini berdasarkan urutan bacaan Liturgi kita dalam Kisah Para Rasul dan Injil Yohanes.

Sosok Pertama, St. Paulus. Ketika tiba kembali dari tanah misi di Yerusalem, ia menjadi tawanan karena mulutnya tidak pernah berhenti memberi kesaksian bahwa Yesus Kristus orang Nazaret sudah wafat dan sudah bangkit dengan mulia untuk menebus dosa dan menyelamatkan semua orang. Ia pernah dihadapkan di depan Mahkamah Agama Yahudi dan benar-benar menjadi seorang tawanan. Tetapi apa yang terjadi saat itu? Saya justru merasa yakin bahwa perkataan Tuhan Yesus ini benar sekali bagi Paulus: “Apabila orang menghadapkan kamu kepada majelis-majelis atau kepada pemerintah-pemerintah dan penguasa-penguasa, janganlah kamu kuatir bagaimana dan apa yang harus kamu katakan untuk membela dirimu. Sebab pada saat itu juga Roh Kudus akan mengajar kamu apa yang harus kamu katakan.” (Luk 12:11-12). Paulus sendiri mengalaminya, bahkan Tuhan turun tangan ketika menampakkan diri kepadanya: “Pada malam berikutnya Tuhan datang berdiri di sisinya dan berkata kepadanya: “Kuatkanlah hatimu, sebab sebagaimana engkau dengan berani telah bersaksi tentang Aku di Yerusalem, demikian jugalah hendaknya engkau pergi bersaksi di Roma.” (Kis 23:11).

Perkataan Tuhan pada malam itu menjadi kekuatan bagi Paulus. Ia sungguh maju tak gentar membela yang benar. Ia dikirim ke Roma untuk diadili. Ijin khusus diberikan kepadanya untuk bisa tinggal di rumah sendiri dengan penjagaan ketat. Ia tidak menyia-nyiakan kesempatan ini dengan memanggil orang-orang terkemuka Yahudi dan menjelaskan persoalan yang yang sedang dihadapi sebagai tawanan politik hingga naik banding sehingga dikirim ke Roma untuk diadili. Hal yang menarik dari kehidupannya terungkap di sini: “Dan Paulus tinggal dua tahun penuh di rumah yang disewanya sendiri itu; ia menerima semua orang yang datang kepadanya. Dengan terus terang dan tanpa rintangan apa-apa ia memberitakan Kerajaan Allah dan mengajar tentang Tuhan Yesus Kristus.” (Kis 28:30-31). Sosok Paulus memang luar bias, ia terus bersaksi hingga kemartiran datang menjemputnya.

Sosok kedua adalah Simon Petrus. Siapa yang tidak kenal sosok ini. Dia mengalami banyak penderitaan karena kasihnya kepada Kristus. Sebelumnya ia memiliki banyak janji kepada Yesus, namun sebagaimana kita ketahui ia menyangkal Yesus sebanyak tiga kali. Dia hebat karena bisa melunasi penyangkalannya ini dengan tiga kali berjanji untuk mengasihi Yesus lebih dari segalanya. Karena itu Tuhan Yesus berkata kepadanya: “Ikutlah Aku”. Dia mengikuti Yesus dan menunjukkan kasihnya sampai tuntas. Ia menjadi martir. Ini adalah kesaksian Simon Petrus dan ia terus bersaksi sepanjang zaman.

Sosok ketiga adalah Yohanes Penginjil. Ia dikenal sebagai murid yang dikasihi Yesus dan Penulis Injil ke empat, surat-surat Yohanes dan Kitab Wahyu. Ia bersaksi tentang dirinya: “Dialah murid, yang memberi kesaksian tentang semuanya ini dan yang telah menuliskannya dan kita tahu, bahwa kesaksiannya itu benar. Masih banyak hal-hal lain lagi yang diperbuat oleh Yesus, tetapi jikalau semuanya itu harus dituliskan satu per satu, maka agaknya dunia ini tidak dapat memuat semua kitab yang harus ditulis itu.” (Yoh 21:24-25). Tulisannya adalah tanda kesaksian hidupnya tentang Yesus Kristus. Kita sungguh mengenal Yesus sebagai Tuhan dalam tulisan-tulisannya

Ketiga sosok ini sangat menguatkan saya pada hari ini sambil menyiapkan diri untuk menyambut kedatangan Roh Kudus pada Hari Raya Pentakosta, besok. Terima kasih Tuhan, karena Engkau memberi kepada kami sebagai Gereja, sosok rasul-rasul sebagai soko guru, pilar yang kuat supaya kami percaya dan mencintai Tuhan Yesus. Amen.

P. John Laba, SDB