Homili 1 Juni 2021

Hari Selasa, Pekan Biasa ke-IX
Peringatan Wajib St. Yustinus
Tob. 2:9-14;
Mzm. 112:1-2,7bc-8,9;
Mrk. 12:13-17

Kita ini milik Tuhan

Pada hari pertama bulan Juni ini, kita mengenang sosok santo Yustinus. Orang kudus ini disapa Yustinus Martir (Ιουστίνος ο Μάρτυρας). Beliau juga dikenal sebagai seorang apologet Kristen awal, dan dipandang sebagai penafsir terpenting teori Logos pada abad ke-II. Sambil menyiapkan perayaan misa pagi ini, saya mengingat sebuah perkataannya yang memiliki makna yang sangat mendalam tentang transubstansi: “Kami menyebut makanan ini Ekaristi, dan tak satu orangpun diperbolehkan untuk mengambil bagian di dalamnya kecuali jika ia percaya kepada pengajaran kami… Sebab kami menerima ini tidak sebagai roti biasa atau minuman biasa; tetapi karena oleh kuasa Sabda Allah, Yesus Kristus Penyelamat kita telah menjelma menjadi menjadi manusia yang terdiri atas daging dan darah demi keselamatan kita, maka, kami diajar bahwa makanan itu yang telah diubah menjadiEkaristi oleh doa Ekaristi yang ditentukan oleh-Nya, adalah Tubuh dan Darah dari Kristus yang menjelma dan dengan perubahan yang terjadi tersebut, maka tubuh dan darah kami dikuatkan.”

Perkataan Santo Yustinus ini mengingatkan saya pada perayaan Ekaristi di tempat tertentu di mana sebelum komuni kudus, selalu ada pengumuman yang bunyinya: “Yang menerima komuni kudus adalah mereka yang sudah dibaptis di dalam Gereja Katolik dan sudah menerima komuni pertama dan sedang hidup dalam rahmat Tuhan.” Saya yakin bahwa perkataan ini bisa diucapkan karena ada kesadaran bahwa ketika kita berpartisipasi di dalam perayaan Ekaristi, kita menerima Tuhan Yesus Kristus yang hadir secara nyata. Kita percaya bahwa Tuhan Yesus hadir secara nyata dalam Sabda dan Ekaristi. Kita tidak menerima hosti dan anggur, kita menerima Tubuh dan Darah Kristus setelah mengalami Transubstansi. Tuhan Yesus sungguh menjadi Allah yang tersamar, yang hadir dan memberi diri-Nya secara total kepada kita semua. Terima kasih St. Yustinus, Engkau menguatkan iman kami akan kehadiran nyata Yesus Kristus dalam Ekaristi. Sakramen Ekaristi merupakan sumber dan puncak kehidupan kristiani yang sangat mendalam kepada kita dan ibadah kita.

Bacaan-bacaan Kitab Suci hari ini mengingatkan kita untuk tetap sadar diri bahwa kita adalah selamanya milik Tuhan. Mari kita membaca kutipan Kitab Suci ini: Berfirmanlah Allah: “Baiklah Kita menjadikan manusia menurut gambar dan rupa Kita, supaya mereka berkuasa atas ikan-ikan di laut dan burung-burung di udara dan atas ternak dan atas seluruh bumi dan atas segala binatang melata yang merayap di bumi.” Maka Allah menciptakan manusia itu menurut gambar-Nya, menurut gambar Allah diciptakan-Nya dia; laki-laki dan perempuan diciptakan-Nya mereka.” (Kej 1:26-27). Manusia diciptakan menurut gambar dan rupa Allah maka dengan sendirinya manusia adalah milik Allah. Manusia harus berusaha untuk menjadi serupa dan menjadi milik Allah.

Dengan pemahamanan seperti ini, mari kita kembali ke perikop Injil Markus. Ketika itu ada beberapa orang Farisi dan Herodian menghadap Yesus untuk menjerat Dia dengan pertanyaan apakah diperbolehkan membayar pajak kepada kaisar atau tidak. Sebelumnya mereka begitu licik memuji Yesus bahwa Yesus adalah Guru, orang jujur, tidak takut kepada siapapun, tidak mencari muka, jujur mengajarkan jalan Allah. Tuhan Yesus tidak hanyut dalam pujian dangkal dan munafik ini. Ia malah mengedukasi mereka dengan cara yang khas. Ia meminta mereka untuk menunjukkan sekeping dinar kepada-Nya. Ia lalu bertanya kepada mereka sambil menunjukkan uang dinar itu soal gambar dan tulisan yang tertera pada uang dinar itu. Orang-orang Farisi dan kaum Herodian mengatakan bahwa pada kepingan uang dinar itu terdapat gambar dan tulisan kaisar. Yesus memandang mereka dan berkata dengan suara keras: “Berikanlah kepada Kaisar apa yang wajib kamu berikan kepada Kaisar dan kepada Allah apa yang wajib kamu berikan kepada Allah!” (Mrk 12:17).

Perkataan Tuhan Yesus ini benar-benar mengubah kiblat hidup mereka. Sebab itu penginjil Markus menambahkan: “Mereka sangat heran mendengar Dia” (Mrk 12:17). Mereka merasa heran karena pertanyaan mereka yang bersifat jebakan ini dijawab dengan tepat, sekaligus mengubah kiblat hidup mereka. Perubahan kiblat hidup seperti apa? Tuhan Yesus menyadarkan mereka bahwa secara nyata mereka memang berada di bawah kekuasaan bangsa Romawi. Kenyataan ini harus mereka amini maka layaklah mereka memberi kepada kaisar apa yang menjadi haknya kaisar. Kita mengingat surat kepada umat Ibrani: “Taatilah pemimpin-pemimpinmu dan tunduklah kepada mereka, sebab mereka berjaga-jaga atas jiwamu, sebagai orang-orang yang harus bertanggung jawab atasnya. Dengan jalan itu mereka akan melakukannya dengan gembira, bukan dengan keluh kesah, sebab hal itu tidak akan membawa keuntungan bagimu.” (Ibr 13:17).

Tuhan Yesus juga membuka wawasan mereka untuk menyadari eksistensi mereka sebagai pribadi yang diciptakan sesuai dengan gambar dan rupa Allah (Kej 1:26-27). Dengan memahami dirinya sebagai ciptaan Tuhan maka mereka harus bertanggung jawab dengan memberi kepada Tuhan apa yang menjadi haknya Tuhan. Dalam hal ini, persembahan diri yang total kepada Tuhan karena kita adalah milik Tuhan. Kita juga dipanggil untuk memberi diri secara total kepada Tuhan karena kita adalah gambar wajah Tuhan. Kita juga menghargai sesama karena sesama adalah gambar dan rupa Tuhan Allah juga. Kita sama-sama merupakan milik Tuhan.

P. John Laba, SDB