Food For Thought: Berdoalah kepada Bapamu

Berdoalah kepada Bapamu

Pada hari ini saya merenung kembali tentang kehidupan doa saya selama bergumul dengan sakit flu selama lebih kurang dua minggu, dan sudah saya lewati dengan baik. Pada saat itu saya mengalami sakit flu disertai batuk, pilek, demam dan seluruh badan saya terasa pegel. Tentu saja di masa pandemi ini pikiran langsung terarah pada pandemi covid-19. Saya menyadarinya dan mengambil test antigen di Ciputra Hospital dan hasilnya negatif. Meskipun hasilnya negatif tetapi bayang-bayang tentang covid-19 sempat membuat saya nyaris drop.

Di saat-saat penuh pergumulan ini, muncul dua hal yang sangat menguatkan saya. Pertama, saya tetap percaya kepada Tuhan. Saya percaya bahwa Tuhan ada dan Dia pasti menyembuhkan saya. Apalagi ini adalah flu biasa bukan covid-19 yang menakutkan itu. Kedua, saya tetap merasa yakin bahwa saya sehat. Saya sedang tidak memiliki sakit penyakit apapun. Bagi saya ini adalah bagian dari pikiran positif saya yang dapat membuat saya kuat dan memiliki imun tubuh yang stabil. Tanpa pikiran positif tentang diri sendiri tentu dapat mengakibatkan hal tertentu yang fatal dalam diri saya. Dan hasilnya memang sangat positif. Saya perlahan-lahan menjadi pulih bahkan saat ini hampir seratus persen. Saya sudah beraktifitas seperti biasa. Hati saya tentu penuh syukur dan saya ungkapkan dalam doa pribadi dan ekaristi harianku.

Pada saat-saat yang penuh pergumulan, hati kita memang tidak tenang. Pikiran kita kepada doa juga menurun. Secara fisik rasanya sakit, pikiran pribadi dengan sendirinya menjadi lemah. Di saat seperti inilah kita harus berani untuk tetap mengandalkan Tuhan sebab terlepas dari Tuhan Yesus, kita tidak dapat berbuat apa-apa. Maka mata dan hati kita harus tetap tertuju kepada Tuhan. Pikiran yang terarah kepada Tuhan dalam doa ini akan membantu kita untuk tetap hidup bahagia di hadirat Tuhan.

Tuhan Yesus dalam sabda Bahagia di bukit berkata tentang doa. Inilah perkatan-Nya: “Dan apabila kamu berdoa, janganlah berdoa seperti orang munafik. Mereka suka mengucapkan doanya dengan berdiri dalam rumah-rumah ibadat dan pada tikungan-tikungan jalan raya, supaya mereka dilihat orang. Aku berkata kepadamu: Sesungguhnya mereka sudah mendapat upahnya. Tetapi jika engkau berdoa, masuklah ke dalam kamarmu, tutuplah pintu dan berdoalah kepada Bapamu yang ada di tempat tersembunyi. Maka Bapamu yang melihat yang tersembunyi akan membalasnya kepadamu.” (Mat 6:5-6). Saya berusaha untuk menghayati perkataan Yesus ini.

Perkataan Tuhan Yesus ini menjadi dasar yang kuat untuk memeriksa kehidupan doa saya. Secara manusiawi, saya harus sadar diri untuk menjauhkan diri dari kemunafikan hidup. Orang-orang munafik di dalam doanya adalah mereka yang merasa bahwa doa-doa mereka yang muluk-muluk itu membuat mereka dekat dan mudah masuk surga. Orang cepat merasa puas, dan merasa bahwa orang lain belum tentu puas dengan doanya seperti mereka. Mereka berpikir dapat mengatur Tuhan melalui doa-doa mereka. Tuhan Yesus tidak menghendaki hidup sebagai orang munafik dalam doa. Seharusnya ketika kita berdoa, kita semakin rendah hati, tunduk dan patuh pada kehendak Tuhan yang ada dalam doa-doa kita. Tuhan Yesus benar ketika mengatakan: “Masuklah ke dalam kamarmu, tutuplah pintu dan berdoalah kepada Bapamu yang ada di tempat tersembunyi. Maka Bapamu yang melihat yang tersembunyi akan membalasnya kepadamu.” (Mat 6:6).

Mari kita memeriksa bathin kita: Apakah kita sedang sombong di hadirat Tuhan saat berdoa? Apakah kita meremehkan orang lain yang sedang berdoa? Apakah kita berniat untuk mengatur Tuhan untuk mengikuti selera kita? Hal terbaik yang harus kita lakukan adalah berdoalah kepada Bapamu yang di surga!

Tuhan memberkati kita semua,

PJ-SDB