Homili 7 Agustus 2021

Hari Sabtu Pekan Biasa ke-XVIII
Ul. 6:4-13;
Mzm. 18:2-3a,3bc-4,47,51ab;
Mat. 17:14-20

Jangan mudah melupakan Tuhan

Hari Sabtu pertama dalam bulan, hari istimewa untuk mendoakan para gembala kita. Kadang kita berpikir bahwa para gembala tidak membutuhkan doa, sebenarnya keliru. Para gembala lebuh banyak membutuhkan doa supaya menjadi gembala baik yang berbau domba, an supaya melayani dengan sungguh-sungguh. Umat mudah lupa untuk mendoakan gembalanya.

Banyak orang memiliki sebuah kebiasaan yakni melupakan Tuhan. Saya pernah menjadi pastor yang bekerja di Paroki. Saya memperhatikan umat tertentu yang rajin melakukan praktek kesalehan. Misalnya dalam hal berdoa novena. Orang hanya datang pada saat novena di depan patung Bunda Maria, meletakkan rosarionya di tangan patung Maria, menulis intensi dan meletakkannya di bawah patung Bunda Maria. Setelah selesai novena dan doanya terkabul atau belum dikabulkan maka orang itu menghilang hingga novena berikutnya. Di masa pandemi ada orang hanya berdoa setelah setelah melihat hasil positif Swab antigen dan swab PCR. Setelah mendapat hasil negatif maka doa syukur pun terlewatkan. Itulah hidup manusia masa kini yang sebenarnya sangat mirip dengan umat Israel ketika mereka masih berziarah di padang gurun. Berkali-kali Tuhan mengingatkan mereka supaya tidak begitu saja melupakan-Nya, tetapi tetap dilupakan juga.

Tuhan melalui Sabda-Nya pada hari ini mengingatkan kita semua supaya tidak mudah melupakan-Nya. Supaya tidak mudah melupakan-Nya maka butuh cinta yang total kepada-Nya. Dalam Kitab Ulangan sebagaimana kita mendengarnya dalam bacaan pertama dikatakan: “Dengarlah, hai orang Israel: Tuhan itu Allah kita, Tuhan itu esa! Kasihilah Tuhan, Allahmu, dengan segenap hatimu dan dengan segenap jiwamu dan dengan segenap kekuatanmu.” (Ul 6:4-5). Kata yang penting di sini adalah Shema Yisrael (atau Sh’ma Yisroel atau Shema) (bahasa Ibrani: שְׁמַע יִשְׂרָאֵל‎; “Dengarlah, hai orang Israel”). Kata shema Yisrael merupakan dua kata pertama yang selalu diucapkan dalam doa orang Yahudi dari Taurat dan harus disebutkan dalam sehari dua kali yakni waktu malam dan pagi. Shema Yisrael merupakan bagian yang penting dalam sebagai doa Yahudi sebab merupakan sebuah mitzvah (perintah rohani) dari Yahwe. Selanjutnya penekanannya adalah pada Allah yang esa, tidak ada lagi allah-allah lain bagi mereka. Ada saja kecenderungan manusawi bagi manusia untuk menyembah berhala, bahkan setiap orang bisa memiliki berhala-berhala di dalam hidupnya. Sebab itu orang bisa mendengar kalau ia memiliki kasih yang total, dengan hati yang tidak terbagi kepada Tuhan. Ini juga sering dilupakan manusia karena ada berhala yang mengikat hatinya misalnya harta duniawi.

Tuhan mengenal umat-Nya. Mereka cepat berpuas diri, apalagi ketika Hasrat mereka sudah tercapai atau terpenuhi. Sebelum mereka tiba di Kanaan saja, Tuhan sudah mengingatkan mereka hal ini: “Maka apabila Tuhan, Allahmu, telah membawa engkau masuk ke negeri yang dijanjikan-Nya dengan sumpah kepada nenek moyangmu, yakni Abraham, Ishak dan Yakub, untuk memberikannya kepadamu, kota-kota yang besar dan baik, yang tidak kaudirikan; rumah-rumah, penuh berisi berbagai-bagai barang baik, yang tidak kauisi; sumur-sumur yang tidak kaugali; kebun-kebun anggur dan kebun-kebun zaitun, yang tidak kautanam, dan apabila engkau sudah makan dan menjadi kenyang, maka berhati-hatilah, supaya jangan engkau melupakan Tuhan, yang telah membawa kamu keluar dari tanah Mesir, dari rumah perbudakan. Engkau harus takut akan Tuhan, Allahmu; kepada Dia haruslah engkau beribadah dan demi nama-Nya haruslah engkau bersumpah.” (Ul 6: 10-13). Tuhan memang mengetahui hati mereka dan kita sehingga Ia bahkan mengingatkan supaya kita jangan mudah lupa kepada-Nya. Saya merasa bahwa perkataan Tuhan ini merupakan koreksi bagi cara kita hidup dan beriman kepada-Nya. Apakah anda seringa tau terbiasa melupakan Tuhan dan bersyukur atas rahmat yang diberikan-Nya kepadamu?

Tuhan melakukan sebuah mukjizat dalam Injil yang kita dengar hari ini yakni seorang yang sedang sakit ayan. Orang itu sangat menderita sehingga seorang kerabat tanpa nama datang kepada para murid Yesus dan meminta mereka untuk menyembuhkannya tetapi mereka tidak dapat menyembuhkannya. Sang kerabat ini lalu datang, sujud menyembah kepada Yesus dan meminta pertolongan untuk menyembuhkannya. Iman kerabat ini menyembuhkan orang yang sakit ayan. Tuhan Yesus mengetahui titik kelemahan para murid-Nya karena mereka kurang percaya. Bayangkanlah, mereka sudah tingga bersama-Nya namun masih belum percaya juga. Mereka memang memiliki mata tetapi tidak melihat dan telinga tetapi tidak mendengar. Para murid Yesus juga mudah lupa akan sabda dan karya Tuhan Yesus. Dari situ mereka juga tidak mampu melakukan pekerjaan-pekerjaan Yesus, salah satunya adalah menyembuhkan mereka yang sakit.

Tuhan Yesus menggunakan kesempatan untuk mengoreksi mereka dengan berkata: “Hai kamu angkatan yang tidak percaya dan yang sesat, berapa lama lagi Aku harus tinggal di antara kamu? Berapa lama lagi Aku harus sabar terhadap kamu? Bawalah anak itu ke mari!” (Mat 17:7). Para murid ikut menyaksikan mukjizat penyembuhan ini dan bertanya kepada-Nya tentang ketidakmampuan mereka untuk menyembuhkan. Yesus berkata kepada mereka: “Karena kamu kurang percaya. Sebab Aku berkata kepadamu: “Sesungguhnya sekiranya kamu mempunyai iman sebesar biji sesawi saja kamu dapat berkata kepada gunung ini: Pindah dari tempat ini ke sana, maka gunung ini akan pindah, dan takkan ada yang mustahil bagimu.” (Mat 17:20). Ternyata para murid Yesus belum memiliki iman sebesar biji sesawi. Anda dan saya juga belum memiliki iman kepada Yesus bahkan sebesar biji sesawi saja. Baiklah kita yang mudah lupa ini berkata kepada Tuhan: “Tuhan tambahlah selalu imanku!”

P. John Laba, SDB