Homili Pesta Salib Suci – 2021

Pesta Salib Suci
Bil. 21:4-9;
Mzm. 78:1-2,34-35,36-37,38;
Flp. 2:6-11
Yoh. 3:13-17

Salib adalah tanda kasih

Saya selalu mengingat perkataan ini: “Simbol kasih yang agung bukanlah “Hati” melainkan Salib. Mengapa? Karena jantung selalu bisa berhenti berdetak, tetapi Dia yang disalibkan di atas kayu salib itu tidak akan pernah berhenti mengasihimu.” Bagi saya kutipan ini sederhana namun super! Orang boleh mengatakan mengasihi tetapi bisa mengkhianati dan kasih itu sirna. Hanya Dia yang disalibkan itu sangat menderita tetapi tetap mengasihi sampai tuntas. Dialah Yesus Kristus, Tuhan kita. Santo Paulus mengatakan: “Yesus Kristus, yang walaupun dalam rupa Allah, tidak menganggap kesetaraan dengan Allah itu sebagai milik yang harus dipertahankan, melainkan telah mengosongkan diri-Nya sendiri, dan mengambil rupa seorang hamba, dan menjadi sama dengan manusia. Dan dalam keadaan sebagai manusia, Ia telah merendahkan diri-Nya dan taat sampai mati, bahkan sampai mati di kayu salib. Itulah sebabnya Allah sangat meninggikan Dia dan mengaruniakan kepada-Nya nama di atas segala nama, supaya dalam nama Yesus bertekuk lutut segala yang ada di langit dan yang ada di atas bumi dan yang ada di bawah bumi, dan segala lidah mengaku: “Yesus Kristus adalah Tuhan,” bagi kemuliaan Allah, Bapa!” (Flp 2:6-11).

Pada pagi hari ini saya merayakan Ekaristi. Saya sekali lagi mendoakan Prefasi khusus Pesta Salib Suci hari ini. Saya tertarik dengan perkataan ini: “Pada pohon salib, Engkau mendasarkan keselamatan manusia: dari pohon Firdaus datang kematian, dari pohon Salib bangkitlah kehidupan; dan yang dulu menang di pohon Firdaus, kini dikalahkan di pohon Salib oleh Kristus, Tuhan kami.” Hal yang membuat saya tertarik adalah bahwa pada pohon salib ada keselamatan manusia. In Cruce Salus, pada salib ada keselamatan. Pohon Firdaus telah mengakibatkan kematian, pohon salib terdapat kehidupan dalam Kristus Tuhan kita. Kita mengingat kembali pada saat upacara Jalan Salib. Sambil berlutut di setiap stasi jalan salib kita berdoa: “Sebab dengan salib suci-Mu engkau telah menebus dunia.” Saya mengingat St. Paulus yang berkata: “Orang-orang Yahudi menghendaki tanda dan orang-orang Yunani mencari hikmat, tetapi kami memberitakan Kristus yang disalibkan: untuk orang-orang Yahudi suatu batu sandungan dan untuk orang-orang bukan Yahudi suatu kebodohan, tetapi untuk mereka yang dipanggil, baik orang Yahudi, maupun orang bukan Yahudi, Kristus adalah kekuatan Allah dan hikmat Allah.“ (1Kor. 1:22–24). Salib adalah keselamatan, salib adalah kasih, salib adalah kekuatan dan hikmat Allah bagi kita.

Bacaan-bacaan Kitab Suci pada hari ini menegaskan ungkapan salib sebagai kasih, salib sebagai keselamatan, salib adalah kekuatan dan hikmat Allah bagi manusia. Dalam Kitab bilangan kita mengingat kisah tentang ular tembaga di padang gurun. Ketika banyak orang Israel yang berdosa karena bersungut-sungut melawan Tuhan maka Tuhan memurnikan mereka dengan mengirim ular tedung untuk memagut mereka. Di saat yang sama Tuhan memberikan kerahiman-Nya dengan meminta Musa untuk membuat patung ular tedung dari tembaga supaya setiap orang Israel yang melihat patung ular tedung dari tembaga itu mereka akan hidup.

Peristiwa yang terjadi di dalam dunia Perjanjian Lama, dihayati secara baru oleh Yesus Kristus. Dalam percakapan dengan Nikodemus, Yesus berkata: “Tidak ada seorangpun yang telah naik ke sorga, selain dari pada Dia yang telah turun dari sorga, yaitu Anak Manusia. Dan sama seperti Musa meninggikan ular di padang gurun, demikian juga Anak Manusia harus ditinggikan, supaya setiap orang yang percaya kepada-Nya beroleh hidup yang kekal.” (Yoh 3:13-15). Musa menaikan patung ular tedung supaya mereka yang melihatnya tetap hidup. Yesus sebagai Musa baru naik ke Surga, Dia ditinggikan dan setiap orang yang memandang dan percaya kepada-Nya beroleh hidup kekal. Musa menggunakan ular, Yesus dengan tubuh-Nya, menyelamatkan manusia. Tuhan Yesus dapat melakukannya karena Ia mengosongkan diri-Nya, merendahkan diri-Nya untuk menyelamatkan manusia.

Saya menutup homili hari ini dengan mengutip dua perkataan inspiratif. Perkataan pertama dari St. Paulus. Ia mengatakan: “Tetapi aku sekali-kali tidak mau bermegah, selain dalam salib Tuhan kita Yesus Kristus, sebab olehnya dunia telah disalibkan bagiku dan aku bagi dunia.” (Gal 6:14). Salib Kristus adalah kemegahan kita. Yesus disalibkan bagi kita semua. Perkataan kedua dari St. Fransiskus dari Sales. Ia mengatakan: “Salib yang Ia kirimkan kepada kita telah Ia pertimbangkan dengan mata-Nya yang serba tahu, dipahami dengan pikiran Ilahi-Nya, diuji dengan keadilanNya yang bijaksana, dihangatkan dengan tanganNya penuh kasih, dan menimbang dengan tanganNya sendiri. Dan kemudian mengirimkannya kepadamu dari surga, salam istimewa dari Tuhan untukmu, sedekah kasih Allah yang maha penyayang.”

Terima kasih Tuhan Yesus, sebab dengan Salib Suci-Mu, Engkau telah menebus dunia. Amen.

P. John Laba, SDB