Homili 30 September 2021

Hari Kamis, Pekan Biasa ke-XXVI
Peringatan Wajib Hieronimus
Neh. 8:1-4a,5-6,7b-12;
Mzm. 19:8,9,10,11;
Luk. 10:1-12

Sang pekerja bagi tuaian

Pada hari ini kita mengenang Santo Hironimus, bertepatan dengan hari terakhir Bulan Kitab Suci Nasional. Santo Hironimus dengan nama lengkap Eusebius Hieronimus Sophronius terkenal karena berhasil menerjemahkan Kitab Suci Perjanjian Lama dalam bahasa Ibrani dan Perjanjian Baru dalam Bahasa Yunani ke dalam Bahasa Latin yang disebut Vulgata. Buah karya St. Hieronimus ini telah dinyatakan oleh Konsili Trente sebagai sumber dan acuan resmi Kitab Suci berbahasa Latin dalam Gereja Katolik dan juga menjadi sumber dan acuan dari versi-versi kitab suci yang diterjemahkan dalam bahasa-bahasa lain. Ia mengatakan sebuah ungkapan yang terkenal: “Ignorare le Scritture è ignorare Cristo” (tidak mengenal Kitab Suci berarti tidak mengenal Kristus). Perkataannya ini sangat bermakna dan Sangat memotivasi banyak di antara kita sepanjang bulan Kitab Suci Nasional tahun 2021 ini, untuk menjadikan Yesus sebagai Sahabat seperjalanan kita. Yesus adalah sahabat seperjalanan mereka yang putus asa, mereka yang kehilangan, mereka yang menderita dan mereka yang bertobat.

Bagi saya, santo Hironimus juga sangat inspiratif dalam hal transformasi radikal diri atau dalam hal pertobatan pribadi. Dia pernah mengalami goncangan dalam dirinya terutama dalam hal kedagingannya di kota Roma. Untunglah dia cepat menyadarinya dan berusaha untuk keluar dari kekelaman itu. Benar, orang kudus itu pernah memiliki masa lalu yang unik, dalam hal ini gelap dan terang. Dan pertobatan merupakan cara Tuhan mengubah pribadi orang untuk bersatu dengan-Nya. Ketika menjadi seorang pertapa di Padang gurun, St. Hironimus pernah menulis surat kepada santo Eustochium berupa pengalaman pribadi dan pergumulan hidupnya. Pengalaman pribadinya ini menjadi gambaran diri banyak orang di hadirat Tuhan Ketika menyadari panggilan untuk menjadi kudus, atau panggilan untuk menjadi pekerja bagi tuaian.

Inilah kutipan pengalaman St. Hironimus ketika masih bertapa di Padang gurun selama empat tahun yang terungkap dalam suratnya kepada St. Eustochium: “Terbakar oleh panasnya matahari yang menghanguskan dan begitu menakutkan, bahkan untuk para pertapa yang tinggal di sini. Aku melihat tampaknya aku berada di tengah-tengah kesenangan-kesenangan dan hiruk pikuknya kota Roma, dan juga seperti di dalam pembuangan dan penjara, yang terdapat ketakutan akan neraka. Aku dengan sukarela menghukum diriku sendiri, tiada teman, yang ada hanyalah kalajengking dan binatang buas. Aku acapkali membayangkan diriku menyaksikan tarian para gadis Roma, dan aku ada di tengah-tengah mereka. Wajahku begitu pucat karena puasa, walaupun demikian aku masih merasakan serangan dari hasrat dalam tubuhku yang dingin, dalam dagingku yang kering dan hangus karena matahari ini. Sepertinya aku mati sebelum kematian itu datang. Nafsuku menjadi begitu hidup dan aku sendirian dengan musuh ini. Aku memberikan diriku dalam roh di kaki Yesus, membasahinya dengan air mataku, dan aku menjinakkan nafsuku dengan berpuasa selama seminggu penuh. Aku tidak malu untuk menyingkapkan godaan-godaanku. Aku seringkali menangis dari malam sampai siang hari dan memukul dadaku sampai ketenangan itu kembali.” Pengalaman adalah guru kehidupan. Hironimus sungguh-sungguh menjadi pekerja bagi tuaian milik Tuhan sampai tuntas.

Bacaan-bacaan Kitab Suci pada hari ini sangat menginspirasi kita untuk menjadi pekerja-pekerja bagi tuaian yang melimpah. Dalam bacaan pertama, kita mendengar sebuah model Lectio Divina di dalam Kitab Nehemia. Orang-orang Israel sudah kembali dan menetap di Yerusalem. Mereka meminta Ezra untuk membaca Kitab Taurat dari pagi sampai tengah hari dari mimbar Sabda. Orang-orang Israel mendengar dengan Penuh perhatian, mereka berlutut dan sujud menyembah Tuhan. Ezra membaca dan menjelaskan Kitab Taurat sehingga semua orang mengerti dan terharu bahkan menangis. Umat yang hadir lalu diminta untuk melakukan perbuatan kasih sebagai tindakan nyata untuk menjawabi sabda yang mereka dengarkan itu. Di samping itu masing-masing mereka diingatkan untuk tetap tenang dan bersukacita dalam Tuhan. Para pelayan Sabda memang harus melakukan tugas dan tanggung jawab mereka dengan baik. Dalam hal ini, mereka menyiapkan sabda dengan membaca, merenungkan, menerangkan dan melakukannya dalam hidup yang nyata. Hanya dengan demikian, orang-orang yang dilayani juga akan melakukan hal yang sama di hadirat Tuhan.

Dalam bacaan Injil kita mendengar khabar sukacita yang sangat memotivasi kita semua. Tuhan Yesus mengingatkan para murid yang akan diutusa-Nya bahwa mereka adalah pekerja milik Tuhan. Jemaatlah yang akan berdoa memohon kepada Tuhan sang pemilik pekerja supaya Tuhan sendiri mengutus para pekerja-Nya bagi tuaian yang melimpah itu. Para pekerja yang diutus Tuhan akan mengalami banyak kesulitan seperti domba ke tengah serigala. Maka di sini butuh kesetiaan sampai selamanya. Dengan bertahan dalam derita maka mereka dapat menghadirkan Kerajaan Allah dan membawa damai kepada semua orang. Hal yang penting bagi seorang pekerja adalah kesetiaan, kerelaan untuk berkorban bahkan menyerahkan nyawa karena kasih kepada Tuhan. Sejarah Gereja membuktikan bahwa Gereja bertumbuh karena Darah para martir. Tertulianus mengatakan: “Il sangue dei cristiani, dei martiri, è seme dei cristiani” (Darah para Martir adalah benih bagi Iman Kristiani). Semoga Gereja tetap Kuat karena darah para martir, keringat para pekerja untuk menghadirkan Kerajaan Allah di dunia ini. St. Hironimus, doakanlah kami. Amen.

P. John Laba, SDB