Homili 1 Oktober 2021 – St. Theresia Lisieux

Pesta St. Teresia dari Kanak-kanak Yesus
Yes. 66:10-14c;
Mzm. 131:1,2,3;
Mat. 18:1-5.

Bersukacita dalam Tuhan

Kita memasuki hari pertama dalam bulan Oktober ini. Ada beberapa peristiwa penting yang kita ingat pada hari ini. Pertama, banyak orang berpikir tentang ‘JumPer’ atau Hari Jumat Pertama dalam bulan Oktober. Ada umat yang memiliki cinta kasih istimewa kepada Tuhan Yesus. Dia merelakan Tubuh-Nya yang kudus ditombaki sehingga mengalir keluar air dan darah sebagai simbol sakramen-sakramen di dalam Gereja, teristimewa sakramen Pembaptisan dan Ekaristi. Orang-orang biasanya saling mengajak, “Misa JumPer yuk!” dan mereka benar-benar masuk dalam persekutuan kasih dengan Tuhan Yesus. Kedua, kita memasuki bulan Maria yang digelar sebagai Ratu Rosario. Selama sebulan ini umat Katolik berkumpul untuk berdevosi, menunjukkan cinta kasihnya kepada santa Perawan Maria, Ratu Rosario. Kegiatan yang lazim adalah dengan berdoa Rosario atau berdoa Kontas bersama, berziarah ke gua Maria atau Gereja secara pribadi dan kelompok. Ketiga, kita mengenang Santa Theresia dari Kanak-Kanak Yesus atau Theresia Lisieux. Orang kudus ini tidak pernah pergi ke tanah misi tetapi diberi gelar sebagai pelindung misi karena doa-doa dan pengurbanannya bagi tanah-tanah misi. Inilah beberapa peristiwa yang menjadi ingatan yang indah mengawali bulan Oktober ini.

Mari kita memandang Santa Theresia Lisieux ini. Beliau lahir dalam sebuah keluarga yang terbilang unik karena ayahnya Louis Martin dan ibunya Marie-Azélie Guérin juga diberi gelar sebagai orang kudus di dalam Gereja Katolik. Theresia yang dikenal dengan sapaan lain ‘Bunga Kecil’ dan ‘Jalan Kecil’ merupakan salah seorang Pujangga Gereja wanita di dalam Gereja Katolik, selain St. Teresa dari Avila, St. Katarina dari Siena dan St. Hildegard dari Bingen. Saya mengingat sebuah ungkapan yang menggambarkan kekudusannya di dalam Jalan Kecil: “Cinta membuktikan dirinya dengan tindakan, jadi bagaimana saya menunjukkan cinta saya? Saya tidak bisa melakukan jasa besar. Cara yang dapat saya lakukan untuk membuktikan cinta saya adalah dengan menyebarkan bunga dan bunga ini adalah pengorbanan yang sangat kecil, setiap pandangan dan kata, dan hal yang saya lakukan adalah aksi cinta yang terkecil.” Perkataan ini ‘super sekali’ bagi kita semua ketika mengalami dan menjawabi kasih Tuhan dalam hidup kita.

St. Theresia Lisieux juga memberi teladan dalam hidup doa. Ia menulis dalam ‘Jalan Kecil’: “Bagiku, doa berasal dari hati; ini merupakan tatapan sederhana ke Surga, ini merupakan permohonan pengakuan dan cinta, memeluk cobaan dan kegembiraan; dalam satu kata, sesuatu yang ningrat, supernatural, yang membesarkan jiwaku dan menyatukannya pada Tuhan… Aku tidak memiliki keberanian untuk mencari doa-doa indah di dalam buku-buku… Aku melakukannya seperti anak kecil yang belum belajar membaca, Aku hanya menceritakan pada Tuhan kita semua hal yang aku inginkan dan Dia mengerti.” Kadang-kadang kita memikirkan doa yang muluk-muluk. St. Theresia mengatakan bahwa doa itu berasal dari hati dan ketika berkomunikasi dengan Tuhan, kita menatap sederhana ke surga sambil menceritakan pengalaman hidup yang terjadi setiap hari.

Apa yang kita pelajari dari Santa Theresia Lisieux?

Pertama, kita belajar untuk memiliki hati yang penuh sukacita di dalam Tuhan. Kita bersukacita sebagaimana dikatakan juga oleh nabi Yesaya dalam bacaan pertama: “Bersukacitalah bersama-sama Yerusalem, dan bersorak-soraklah karenanya, hai semua orang yang mencintainya! Bergiranglah bersama-sama dia segirang-girangnya, hai semua orang yang berkabung karenanya!” (Yes 66:10). Semua mata tertuju ke Yerusalem, sebab di kota damai ini akan terwujud keselamatan kita dari Tuhan. Di tempat itulah orang mengalami kedamaian dan kesejahteraan. Nabi Yesaya juga mengatakan: “Hanya Tuhan sajalah yang mengalirkan keselamatan seperti sungai dan kekayaan bangsa-bangsa seperti batang air yang membanjir, akan menyusu, digendong, dan dibelai-belai di pangkuan.” (Yes 66:12). Kita bersukacita seperti santa Theresia Lisieux karena Tuhan menghibur dan menyelamatkan kita.

Kedua, kita belajar mengontrol diri kita terhadap kecenderungan hati untuk memiliki ambisi-ambisi tertentu yang membuat kita mudah lupa diri bahwa masih ada Tuhan dan sesama yang jauh lebih hebat dari diri kita. Seharusnya kita berusaha untuk mengalami Allah melalui pertobatan dan kebajikan kerendahan hati. Ambisi untuk mengabdi dengan tulus kepada kemanusiaan jauh lebih indah dan berharga dari pada ambisi untuk mematikan atau membunuh karakter sesama lain. Perkataan Tuhan Yesus ini sangat meneguhkan kita: “Sesungguhnya jika kamu tidak bertobat dan menjadi seperti anak kecil ini, kamu tidak akan masuk ke dalam Kerajaan Sorga.” (Mat 18:3). Sama seperti St. Theresia, kita belajar menjadi rendah hati. Ada sebuah nasihat santa Theresia Lisieux bagi kita semua: “Mengapa kita harus membela diri ketika kita disalahpahami atau dihakimi dengan keliru? Tinggalkanlah hal itu. Mari kita tidak mengucapkan apapun. Merupakan hal yang manis untuk membiarkan orang lain menghakimi kita dengan cara yang mereka suka. Oh keheningan yang terberkati, yang memberi begitu banyak kedamaian bagi jiwa!”

Santa Theresia Lisieux, doakanlah kami untuk menjadi pribadi yang rendah hati dalam mengabdi Tuhan dan sesama. Semoga Bulan Oktober menjadi bulan penuh kasih bagi kita semua karena pertolongan Bunda Maria dan St. Theresia Lisieux.

P. John Laba, SDB