Homili 1 Februari 2022

Hari Senin, Pekan Biasa ke-IVC
2Sam. 18:9-10,14b,24-25a,30-19:3
Mzm. 86:1-2,3-4,5-6
Mrk. 5:21-43

Doa dan Berkat itu perlu

Hampir setiap hari selalu ada sebuah permohonan dari umat yang menyadarkan dan menguatkan saya sebagai seorang imam, alter Christus. Umat biasanya menulis atau menyampaikan secara lisan begini: “Romo, mohon doa dan berkatnya ya” atau “Pater, mohon doa dan bensanya”. Doa dan berkat merupakan wujud nyata permohonan umat yang percaya kepada Tuhan. Tuhan memberi apa yang dibutuhkan dan selalu tepat pada waktunya. Inilah yang dinakaman mukjizat kehidupan. Setiap hari selalu ada mukjizat kehidupan dari Tuhan. Kita perlu bersyukur kepada Tuhan atas mukjizat kehidupan yang sungguh nyata dari Tuhan. Saya sendiri bersyukur atas panggilan istimewa dari Tuhan untuk melayani-Nya dan melayani sesama dengan berdoa dan mendoakan dan diberkati dan memberkati. Sungguh ini merupakan pengalaman iman yang luar biasa.

Pada hari ini kita mendengar kisah Injil tentang orang-orang pada zaman Yesus yang sudah mengandalkan doa dan berkat dari Tuhan. Penginjil Markus mengisahkan bahwa pada waktu Yesus Sudah mulai tampil di depan umumu, banyak orang berbondong-bondong mengikuti Yesus dari dekat dan memohon berbagai macam anugerah, berkat dan pertolongan-Nya. Di antara mereka adalah Yairus, seorang kepala rumah Ibadat. Dia datang kepada Yesus, tersungkur di depan kaki Yesus dan memohon. Mungkin saja orang-orang pada zaman itu merasa biasa-biasa saja, tetapi kita yang membaca Injil saat ini merasa sesuatu yang luar biasa. Kepala rumah Ibadat ini menaruh harapan dan kepercayaan sepenuhnya kepada Yesus. Gerak tubuhnya menunjukkan semangat doanya yang Penuh penyembahan: datang kepada Yesus, tersungkur dan memohon. Doa seharusnya seperti itu. Kita mengangkat hati dan pikiran kita kepada Tuhan dengan dasar iman dan kerendahan hati. Kita percaya bahwa Tuhan sungguh baik di dalam hidup sebagaimana diimani Yairus.

Apa yang Yairus tunjukkan kepada kita? Dia memohon doa dan berkat dari Tuhan Yesus. Yairus berkata: “Anakku perempuan sedang sakit, hampir mati, datanglah kiranya dan letakkanlah tangan-Mu atasnya, supaya ia selamat dan tetap hidup.” (Mrk 5:23). Perkataan Yairus ini mengandung dua hal penting yakni doa untuk memohon keselamatan Anak perempuannya yang tidak disebutkan namanya, dan memohon berkat Tuhan Yesus untuk meletakkan tangan-Nya atas anak perempuan ini. Dalam perjalanan menuju ke rumah ternyata ada pembawa berita yang menyampaikan bahwa anak perempuan itu sudah meninggal dunia. Yairus tentu merasa sedih, tetapi Tuhan Yesus menghiburnya dengan mengatakan kepadanya untuk percaya saja. Iman sungguh menyelamatkan. Tuhan Yesus tiba di rumah Yairus dan menenangkan semua orang dengan mengatakan bahwa anak itu tidak meningal. Dia hanya tidur saja. Mungkin orang-orang yang mendengar Yesus mencibir dan menertawakan-Nya namun Dia memiliki kuasa untuk menghidupkan dan mematikan. Dengan kuasa Sabda-Nya, Yesus mengatakan kepada anak perempuan itu, “Talita kum,” yang berarti: “Hai anak, Aku berkata kepadamu, bangunlah!” Anak Perempuan yang berusia dua belas tahun dan sudah meninggal dunia ini bangun dan berjalan. Dia sudah menunggal dunia, hidup kembali karena kuasa doa dan berkat. Doa ayahnya dan berkat Yesus telah menyelamatkannya.

Bacaan Injil juga menyelipkan sebuah mukjizat lain yang juga sangat unik. Dalam perjalan ke rumah Yairus, ada seorang wanita yang sakit pendarahan selama duabelas tahun. Ia berobat ke mana-mana, tetapi belum mengalami kesembuhan. Kali ini dia mendengar Yesus lewat di dekatnya maka ia mengatakan dalam hatinya, “Asal kujamah saja jubah-Nya, aku akan sembuh.” (Mrk 5:28). Pada saat itu ada kuasa yang keluar dari Yesus dan menyembuhkannya. Perempuan itu merasa sembuh, pendarahan yang selama dua belas tahun berhenti total. Perempuan ini menjadi sembuh karena dia mengimani Yesus. Imannya sungguh nyata dalam doa dan kerendahan hatinya. Dia memandang Yesus dan tersungkur di hadapan Yesus. Yesus pun memuji imannya.

Dua mukjizat yang sungguh nyata ini mengingatkan kita tentang hal-hal penting berikut ini:

Pertama, iman adalah anugerah istimewa dari Tuhan, diberikan secara cuma-cuma bagi kita. Iman kepada Tuhan menyelamatkan kita. Apakah kita sungguh beriman kepada Tuhan?

Kedua, kuasa doa. Doa memiliki kuasa yang dapat dialami secara langsung, kuasa untuk menyelamatkan. Doa Yairus menyelamatkan anak perempuannya. Doa wanita yang mengalami pendarahan selama dua belas tahun mengalami kesembuhan total. Dalam doa, orang perlu iman dan kerendahan hati. Di tengah keramaian pun orang tetap tekun berdoa.

Ketiga, kita membutuhkan berkat dari Tuhan hari demi hari. Setiap kali mengikuti misa kudus atau berdoa, kita selalu memohon berkat Tuhan. Doa dan berkat haruslah menjadi bagian dari hidup kita. Apakah anda juga memohon doa dan berkat dari Tuhan?

P. John Laba, SDB